Chapter 6

2.5K 311 232
                                    

S.W : Maaf untuk typo yang bertebaran.

#-#-#

#-#

#

Wonwoo datang ke sekolah lebih cepat dari biasanya. Ia menunduk seolah tengah menghitung setiap langkahnya. Perlahan namun pasti ayunan langkahnya membawanya mendekati loker.

Saat ia mendongakkan wajah, ia mendapati seseorang berdiri di depan lokernya. Wajahnya tertutup pintu loker yang tengah dibuka. Merasa tidak mengenali postur tubuh siswa itu, Wonwoo mendekat.

"Jadi, kau yang memberi buku itu?" Pertanyaan Wonwoo tidak membuatnya terkejut. Menolehkan wajah ke arahnya dan menutup pintu loker.

"Jadi sudah ketahuan ya?" tanyanya tenang. Tersenyum dan mencoba menyingkir dari loker Wonwoo. Tanpa mengatakan sepatah katapun, siswa itu berjalan menjauh.

"Kenapa kau melakukannya?" Siswa itu menghentikan langkah.

"Selain buku, semua barang misterius itu kau yang memberinya?" Bukannya menjawab, siswa itu hanya menoleh ke arahnya dan tersenyum. Kembali melanjutkan langkah seolah tidak terjadi apapun.

"Kenapa kau melakukan semua ini? Kau mengasihaniku?" Untuk ke-dua kalinya siswa itu menghentikan langkah. Kali ini berbalik dan menghadap ke arahnya. Kembali menampilkan wajah tenang dengan sebelah tangan masuk ke saku celana.

"Kau merasa dirimu pantas dikasihani?" tanyanya balik. Menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum tipis. Membuat Wonwoo bungkam karena bingung untuk memilah kata.

"Bagaimana mungkin aku mengasihanimu di saat aku mengagumimu dan iri denganmu?" Senyuman itu semakin terkembang sebelum berbalik. Meninggalkan Wonwoo yang masih mematung di tempatnya. Namun matanya sempat membaca name tag siswa asing itu.

"Lee Seokmin," gumam Wonwoo.

"Sebenarnya apa maksud ucapannya? Kagum? iri? Kenapa dia berpikiran seperti itu?"

#-#-#

Seokmin meninggalkan koridor loker dan berjalan menuju kelasnya. Tidak ada raut cemas meski Wonwoo sudah memergokinya. Tampak begitu santai berjalan di koridor sepi itu. Tidak jauh darinya Mingyu berjalan berlawanan arah dengannya.

"Menjauh darinya." Mingyu berucap rendah saat berpapasan dengannya. Membuat Seokmin menoleh dan mengangkat sebelah sudut bibirnya.

"Lihatlah siapa yang baru saja berbicara denganku! Seorang yang disamakan permata dan satu-satunya pewaris keluarga Kim. Waah ... aku tersanjung." Kalimat Seokmin membuat Mingyu langsung menatapnya tajam. Namun hanya ditanggapi senyuman dari siswa berhidung mancung itu.

"Aku ulang sekali lagi. Menjauh darinya," ucap Mingyu tegas.

"Menjauh?" Seokmin pura-pura berpikir.

"Aah ... Wonwoo? Yang kau maksud adalah Wonwoo siswa paling bodoh itu?" Seokmin tergelak.

"Menjauh darinya selagi aku masih memperingatkanmu." Mingyu berucap dingin. Rahangnya mengeras saat Seokmin kembali tergelak.

"Ada apa denganmu? Meski dia hanya seorang pembantu di rumahmu, tidak ada hakmu melarangku melakukannya. Dan lagi, bukannya derajat kalian berbeda?" Seokmin menaikkan sebelah alisnya.

"Justru karena itu kau harus menjauhinya."

Seokmin menghentikan senyumnya. Memasang wajah serius dan mendekatkan tubuhnya ke arah Mingyu.

"Aku tahu semua tentangmu. Meski kau satu atap dengannya, tapi kau tidak pernah ada saat dia membutuhkan. Cepat atau lambat Wonwoo akan menyadari siapa yang paling ia butuhkan." Seokmin menepuk pundak Mingyu beberapa kali dengan senyuman sinisnya. Kembali melanjutkan langkah tanpa menghiraukan tatapan tajam Mingyu.

Tree of PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang