Chapter 4: Dark Hitman

152 16 2
                                    

Aku dan Romi masih saling memandang satu sama lain. Aku memikirkan banyak hal. Menduga-duga kerjaan apa yang ditawarkannya ini.

"Pekerjaan macam apa ya Pak?" tanya Romi memecah keheningan.

"Pekerjaan ini sedikit berbeda dengan pekerjaan biasa lainnya, pilihan ada pada kalian, terserah mau gabung atau nggak juga nggak apa-apa," jelas sang penjual sambil tersenyum.

"Berbeda bagaimana maksudnya?" tanya Romi lagi.

"...Ehhh... contohnya menembak seseorang dengan senjata yang ada di tangan kalian ini. Sini biar saya jelasin," jawabnya.

Hah? Mataku terbelalak saat mendengar jawaban itu. Ia pun menjelaskan pekerjaan yang dimaksud dengan panjang lebar dan sangat rinci. Semakin lama aku mendengar penjelasannya, semakin aku tertarik dengan tawaran yang terlalu menggiurkan ini.

Untung yang didapat dari pekerjaan ini sangatlah besar. Hasil satu hari yang didapat dari pekerjaan ini setara dengan hasil bulananku sebagai pengedar narkoba. Benar-benar menggoda. Sepertinya aku tidak bisa menolak kesempatan emas ini.

"Gimana? Tertarik?" tanyanya.

Aku menatap Romi sejenak. Terlihat keraguan terpancar di matanya. Begitu pun denganku. Sebagian kecil hatiku ragu akan pilihanku, namun selebihnya yakin bahwa keputusanku itu sangat tepat.

"Baiklah, aku mau," jawabku dengan mantap.

"Eh!!? Apa kamu udah gila?! Hah?" sanggah Romi.

"Ayolah, kita 'kan udah biasa dengan hal-hal seperti ini. Ada tawaran bagus kok malah ditolak?"

"Lu pikir ini bakalan sama kayak yang udah kita lakuin tiap hari? Eeeenggak! Ini sesuatu yang berbeda Ndre!"

"Bro! Kejer-kejeran, tembak-tembakan, penipuan, kriminalitas, udah lazim bagi kita, sekarang cuman ditambah bunuh-bunuhan, kok mundur??"

"Nggak pokoknya, gue nggak akan ikut! Dan gue saranin loe untuk ngelakuin hal yang sama."

"Oke... oke... Saya tidak ingin mengganggu, tetapi saya harus mengurus sesuatu di belakang sana. Kalo kamu-kamu mau gabung, susul aja saya ke belakang sana ya, OK? Sampai nanti," lerai sang penjual.

Kami berdua pun berdebat hebat soal ini. Romi tetap pada pendiriannya, ia tidak ingin ikut ambil bagian dalam pekerjaan ini, sedangkan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Aku sadar bahwa ini memang sangat berbahaya, soal hidup dan mati, namun untung yang didapat sebanding dengan resiko yang diambil. Lama kami berdebat, akhirnya kami memutuskan untuk berpisah, mengambil jalan masing-masing.

"Terkadang, untuk meraih sesuatu yang berharga, ada harga yang harus dibayar, Rom," ujarku sambil berlalu meninggalkannya pergi menyusul penjual tadi.

"Hey Andree!! Setiap langkah memiliki konsekuensi! Ingat saja kalimat itu!" balasnya teriak.

Kumenoleh ke belakang, terlihat Romi masih terduduk di kursinya. Menatapku dalam-dalam. Aku tak peduli. Baru kali ini aku tak sejalan dengannya. Meski sakit hatiku, haruslah tetap pada pendirian. Menuju ke tingkatan yang lebih baik, memang perlu pengorbanan. Tidak berkutat di dalam hal yang itu-itu saja, bagaikan katak dalam tempurung. Keluar dari zona nyamanku, aku harus lebih memantapkan niatku.

Sebelum aku membuka pintu ke ruang belakang, aku menoleh ke tempat Romi duduk. Ia pun pergi, menghilang. Perasaan sedih dan kehilangan menyelimuti hatiku, namun tetap tidak mengubah tekad bajaku. Aku masuk ke dalam dan bertemu dengan penjual tadi.

Ia sedang mengurus sesuatu di mejanya, semacam berkas. Lalu ia menoleh ke belakang dengan perlahan. Menatapku serius sejenak, ia beranjak dari tempat duduknya.

"Jadi temanmu itu tidak akan ikut?" tanya sang penjual.

"Iya," jawabku datar.

"Kau yakin dengan hal ini?"

"Iya."

"Tak ada jalan kembali setelah kau menandatangani kontrak."

"Apapun akan kulakukan."

Ia pun tersenyum padaku dan mengambil beberapa lembar kertas di atas mejanya. Disuruhnya aku untuk menandatangani kontrak di beberapa lembar kertas. Aku masuk dan bergabung dengan organisasi 'Dark Hitman'.

Besarnya organisasi ini tak terbayangkan. Dark Hitman ada di seluruh penjuru dunia. Mereka melakukan pelayanan kepada klien di seluruh belahan bumi. Namun Dark Hitman tidak sendiri. Banyak organisasi sejenis Dark Hitman yang beroperasi di dunia ini, dan tentu mereka adalah saingan kami. Meski begitu, Dark Hitman lah yang terbaik di antara semuanya. Agen-agennya memang memiliki skill-skill yang luar biasa. Merekalah yang mengangkat nama Dark Hitman muncul ke permukaan dunia kriminal.

Ia mengantarku ke sebuah markas terdekat. Di perjalanan, kami berbincang-bincang ringan tentang hal-hal apa saja yang akan kuhadapi dalam organisasi ini. Penjelasan detail mengenai sangkut paut organisasi ini, serta resiko dan bahaya yang akan kuhadapi dalam organisasi ini.

"Tapi kujamin, kau tidak akan menyesal," ujarnya sambil tersenyum.

Tibalah aku di gedungnya. Diantarnya aku masuk ke dalam. Menyusuri koridor gelap. Setibanya aku di dalam suatu ruangan, di situlah aku mulai mendapat penjelasan yang lebih detail lagi tentang Dark Hitman. Aku duduk dan fokus pada materi-materi yang disampaikan. Hari itu merupakan hari di mana aku mulai menjadi seseorang yang berbeda. Menjadi seseorang yang tak kenal belas kasih. Menjadi pembunuh bayaran. Aku telah berubah sepenuhnya.

Pendidikan dan pelatihan dasar kujalani selama empat tahun. Hari semakin berlalu, perasaan ini semakin menghilang. Insting semakin tajam. Kemampuan semakin terasah. Meski begitu, aku tak sepenuhnya kehilangan rasa kemanusiaan. Masih tersisa hati nurani dalam gelapnya pikiran ini.

Loyalitas dan keteguhan hati kusematkan pada organisasi ini. Mulai serius dengan apa yang aku kerjakan. Profesionalitas menjadi poin utama. Menghasilkan lebih banyak uang. Membuahkan lebih banyak pertumpahan darah. Baku tembak menjadi sarapan sehari-hari. Kejahatan menjadi topeng penutup wajah.

Penjara Berlayar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang