Malam yang dingin.
Suhu malam yang berbeda, yang sudah tak sehangat siang.
Tetapi selimut mencegah angin malam untuk menusuk tubuhnya.
Perlahan ia membuka matanya setengah. Karena pusing ia mengerjapkan matanya lagi. Beberapa detik kemudian, kepalanya sudah tak pusing lagi. Matanya terbuka lebar, kemudian ia terbangun dengan duduk.
Perlahan ia menatap sekeliling ruangan, ruangan yang tertutup dengan lampu kuning dan interior sederhana. Tetapi tetap terasa hawa dingin yang tak lain itu udara AC.
"Kau sudah bangun?" Ujar seseorang yang sedari tadi duduk membaca novel di samping ranjang tidur Clauzen.
"He? Siapa lo?"
Sejenak, pria itu menghentikan aktivitasnya membaca buku, lalu ia menutup bukunya. Kepalanya menengok ke kiri, menatap tajam mata biru milik Clauzen.
"Nona, bisakah kau berbicara sopan sedikit? Kami baru belajar Bahasa Indonesia hanya untuk beradaptasi denganmu" Timpal lelaki 19 tahunan itu dengan suara rendah.
Clauzen agak merasa bersalah, masih hening sejenak. Dalam pikirannya ia mengingat-ingat kejadian lalu dan kenapa dia bisa disini, masih belum ingat.
"Baiklah! Baiklah! Kamu siapa, kak? Dan aku lagi dimana?" Ujar Clauzen kini membuat sopan kata-katanya.
"Nah, gitu baru sopan.."
"Ealah.. maksudnya pake bahasa aku-kamu? Ngomong yaelah.."
"Mau baca novel? Aku juga lagi mendalami Bahasa Indonesia" Ujar pria itu menyodorkan novelnya yang telah ditutup.
Mata pria itu kembali menatap sejenak mata biru Clauzen, mata yang innocent.
Clauzen hanya mengangguk pelan dan menerima novel yang diberi oleh pria itu, kemudian membaca judul novelnya.
Tiba-tiba pria itu beranjak dari kursinya dan hendak keluar kamar. Clauzen teringat sesuatu,
"Hei kak! Kamu belum memberi tahu namamu!" Teriak Clauzen sebelum pria itu keluar dari kamar.
"Nanti aja! Mau pup!" Timpal pria itu tak terlihat lagi.
"Lah?"
Clauzen mengendikan bahunya tak mengerti, lalu menaruh novelnya di kursi. Ia berjalan keluar dari kamar sambil mengingat-ingat kejadian lalu.
Tiba-tiba ia melihat sebuah figura berdebu menempel pada dinding, yang sebelumnya ia tak mengetahui keberadaan figura itu. Bergambar laki-laki yang tadi dan gadis berambut hijau pendek?
"Eldas!" Ya, Clauzen mengingat semuanya secara tiba-tiba.
"Mungkin dia pacarnya Eldas kali?" Ujar Clauzen terus berpikir. Ia pun keluar dari kamar mencari Eldas yang ia maksud.
Belum sampai beberapa menit ia bertemu dengan Eldas.
"Tuan Putri!"
"Ha? Situ Eldas?"
"Tuan putri!" Teriaknya lagi, kini mukanya memerah.
"Iya, napa sih?"
Lalu Eldas menimpalinya dengan tunjukan ke celana Clauzen.
"Kyaa! Bocorr??!" Teriak Clauzen tiba-tiba.
"Mana kamar mandi? Mana kamar mandi??"
"Di atas di atas.."
Tanpa basa basi Clauzen segera naik tangga, menuju kamar mandi lantai 2.
DOK! DOK! DOK! CKLEK! BRAKKK!
KAMU SEDANG MEMBACA
[2017-DISCONTINUED] HALF DIMENSION
Fantasy[Jangan dibaca, udah DISCONTINUED yahaha/Last update 2017] Gimana rasanya tinggal bertiga bareng iblis? Dan mengetahui siapa jati dirinya sekarang? Ikuti Kisah Clauzen! Klik ↗ Add to library! Peringatan : Alur dan cerita ini buatan dan imajinasi aku...