[Author's Pov]
14.31 KST [Kim Corporation]
Jeolla Lim, gadis kelahiran 1997 itu melangkahkan kaki jenjangnya menyusuri koridor Kim Coorporation. Menyelinap lincah ke dalam lift dengan tubuh rampingnya. Segera jemarinya menekan angka lima, yang merupakan lantai tujuannya.
Bibir berbalut lipstik merah marunnya menyinggungkan sebuah senyum, ketika beberapa karyawan lain menyapanya. Sesekali berbasa-basi tentang cuaca atau pekerjaan mereka.
Satu persatu orang dalam lift mulai keluar. Menyisakannya, si gadis cantik. Hembusan pelan lolos dari bibir Jeolla. Bola matanya memandang datar pada dinding lift, yang memantulkan bayangannya. Sedikit ia menata kembali rambut sebahunya. Membenahi dress putih dengan tambahan blazer yang dikenakannya. Sepatu bertumit rendah kesukaannya terhentak pelan menunggu panel angka berhenti di lantai yang dituju.
"Sudah lebih baik." Kelopak matanya menutup. Berusaha membuat rileks tubuhnya sendiri.
Ting!
Lift terbuka, mau tak mau membuat kakinya kembali melangkah pasti. Keluar dan menuju ke ruangan sesungguhnya yang Jeolla tuju. Beberapa detik cukup untuknya berada di depan pintu kayu bercat cokelat dengan ukiran bunga pada tengahnya. Tinggal keinginan Jeolla untuk mengetuk pintu itu yang sepertinya memakan waktu.
Pikiran aneh dan sedikit rasa bersalah di hatinya, menahan tangannya mengetuk pintu itu. Kejadian sial semalam yang menimpa Mark dan Miki sepertinya juga menimpa Jeolla—walau tidak sepenuhnya seperti itu.
Jika bukan berkat Mark sialan yang membawa Jeolla ke apartemen pria itu semalam, ia tidak akan seperti ini sekarang. Memang bukan hal istimewa, bukan juga hal senonoh yang Mark lakukan kala Jeolla berkunjung.
Hanya sebuah obrolan kecil ditemani secangkir teh oolong dan berbincang tentang kenangan yang pernah terbingkai indah disertai debat cukup hebat mengenai kandasnya hubungan mereka. Jeolla menyesali jawabannya semalam. Membiarkan Mark yang mengantarnya pulang. Sangat menyesal.
"Kau tidak ingin masuk? Ya sudah..."
Jeolla tertegun. Mengerjap beberapa saat, lantas menyadari jika pria yang membuatnya kesal baru saja datang. Melewatinya dengan santai dan masuk ke ruangan Mingyu seenak jidat tanpa peduli wajahnya yang tersembur debuman pintu.
"Sialan..." decak Jeolla.
"Jeolla! Aku sudah menunggumu!" Kalimat sambutan dari Mingyu masuk ke pendengaran Jeolla, tepat ketika ia menjejakkan kakinya di ruangan megah milik kekasihnya. Mingyu masih sama tampannya dengan yang kemarin, jika kalian ingin tahu.
Jeolla mengedar pandang bingung pada ruangan yang telah terisi oleh beberapa orang lain. Selain dia dan Mingyu, ada si pria Tuan yang bersandar malas pada meja kerja Mingyu. Dan seorang gadis yang terduduk di sofa dengan tangan yang terlipat di dada.
Seragam khas Hanlim Senior High School melekat pada tubuhnya. Dia adalah Miki. Gadis Jepang itu memandang Jeolla malas. "Kau lama."
"Memangnya ada apa ini?" Pertanyaan akhirnya diluncurkan oleh Jeolla.
"Kau tidak memberitahunya?" Miki bangkit, merenggangkan persendiannya yang sepertinya pegal. Menatap Oppa-nya setengah kesal menuntut jawaban.
Gelengan serta cengiran menjadi jawaban Mingyu. "Bagus!" Delik Miki.
Gadis bersurai kecokelatan itu merampas tas yang tersampir di meja, berjalan acuh melewati Jeolla yang masih dalam fase bingung. "Kutunggu di lobi." Pintanya final entah pada siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
FanfictionKepingan masa lampau bagai tali pengikat, yang dengan sukarela membelenggu tiap-tiap ciptaan nyata. Membutakan, kadang pula menghancurkan. Mengikis lapisan dalam diri yang mencoba lepas darinya. Terikat secara kuat dalam stigma, yang membentuk luban...