Hujan!
Satu kata itu mampu membuatku mengingat dia, walaupun aku baru sekali melihatnya namun aku tak bisa menghilangkannya dari fikiranku. Entah mengapa aku sendiri pun bertanya-tanya apa yang mampu membuatku mengingatnya, seakan baru semalam aku sosok perempuan yang memiliki paras cantik sepertinya berada di taman tengah malam, yang mana kala itu hujan tengah mengguyuran jakarta dan sekitarnya.
Padahal 3 tahun sudah aku menjalani hidupku dan selama itu pula bayang-bayangnya terus saja muncul memenuhi benakku, jika boleh memilih aku ingin menghikangkanya bayangnya dari fikiranku, karena menurutku itu bukanlah hal yang penting?. Takdir? Ck... Kurasa tidak, karena aku tak terlalu percaya dengan yang namanya takdir, dan juga menurutku takdir itu tidak ada.
Kalian boleh menganggapku bodoh karena tak mempercayai takdir, tapi aku selalu percaya dengan apa yang aku yakini. Tak perduli orang lain akan merasa senang atau tidak karena bagiku akulah pemeran utama, sutradara maupun produser dalam hidupku sendiri.
"Apa kau akan terus memikirkan Miss Rainmu dan melupakan tugasmu pak Bos?" Sebuah suara membuyarkan lamunanku tentang dia dan membuatku kembali ke dunia nyata.
"Apa yang kau mau Gall? Mengganggu saja" jawabku dengan menggerutu, Gallio Fakhir Atmajaya yang biasa ku panggil dengan Gall atau Atmajaya boy panggilan yang kugunakan untuk menggodanya. Yah.. bagaimana tidak, karena dia merupakan putra tunggal atau keturunan satu satunya dari keluarga Atmajaya, dia selalu marah kepadaku jika aku menyebutkan nama panggilan masa kecilnya. Ya, dia sahabat kecilku.
"Tidak ada, hanya mengunjungi sobat lama" ucapannya cuek, membuatku bedecak sebal karena seenaknya saja masuk kedalam ruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Walaupun itu sudah sering dia lakukan jika datang kemari, apa dia bilang tadi? Mengunjungi? Bahkan bisa dibilang bukan mengunjungi lagi karena dia sudah hampir setiap hari kemari, padahal kantornya terbilang cukup jauh jika menuju kemari yang memakan waktu 1 jam lebih.
"Apa lagi maumu?" tanyaku sensi yang melihatnya berjalan menuju mini kulkas yang berada didalam ruanganku dan mengeluarkan semua makanan ringan yang berada didalamnya beserta minumannya, ah...persediaanku habis jika ada manusia satu ini sudah kemari.
"Jangan memasang wajah nelangsamu, kau kan seorang 'Bos' bisa beli lagi jika habis. Toh, duwitmu banyak." Selorohnya dengan makanan yang memenuhi rongga mulutnya. Menjijikkan.
"Kau tidak akan bangkrut jika aku memakan snackmu" sambungnya
"Keluargamu juga tidak akan bangkrut jika membeli satu pabrik perusahaan snack untuk memberimu makan" cibirku dengam menirukan gaya bicaranya, mendengarkan cibiranku Gall cuma cengengesan. Sial.
"Buat apa loe ngelamunin Miss Rain mulu?" Tanyanya setelah beberapa saat terjadi keheningan karena aku sibuk dengan lembar kerjaku dan Gall yang sibuk dengan makananya.
"Cih. Siapa juga yang mikirin dia, kagak tuh" elakku,
"Sok lo, gaya-gayaan kagak mikirin, padahal dalam hati mah iya iya" dia selalu tau cara memojokanku dengan kata-katanya. Menyebalkan.
Soal Miss Rain yang Gall bicarakan adalah julukan yang ia berikan untuk dia wanita yang gue lihat dalam hujan, Gall tau tentang dia karena aku sudah menceritakan kepadanya dengan paksaan darinya tentu saja.
"Udah deh, apa tujuan loe kesini?" tanyaku mengalihkan topik pembicaraan, ini yang paling aku suka karena Gall sangat mudah teralihkan dengan topik lain,
"Oh iya, gue kesini kan buat ngajak loe survei tempat pembangunan hotel yang ada di Bali sekalian cuci mata liat cewek-cewek pakai bikini" kalo sudah berurusan dengan wanita semangatnya 45, padahal hampir setiap hari dia mendapat telfon dari ibunya, karena ingin menjodohkan Gall dengan anak dari para pengusaha atau para kolongmerat namun selalu saja dia menolak dengan berbagai alasan. Berbeda denganku, orang tua ku tak memaksaku menikah karena mereka tau menikah itu butuh kesiapan, ya walau terkadang mamaku menanyakan tentang seseorang yang dekat denganku dan ku jawab belum ada. Karena memang belum ada yang mampu membuatku jatuh hati, aku jujur soal itu karena memang belum ada. Mungkin ada yang berusaha mendekatiku tapi tentu saja mereka hanya melihatku karena ketampananku dan kekayaanku tentu saja.
Drrt...drrt...drrrt..
Getaran ponsel membuat kami mengalihkan perhatian kami dan melihat ponsel kami masing-masing
"Punya gue" bukan aku yang berucap tapi Gall dengan mengangkat ponselnya ke udara
"Mampus...dari nyokap gue" ujarnya panik, seperti yang kalian tau jika mamanya Gall sudah menghubunginya, pasti mamanya memiliki kandidat yang akan dijodohkan dengan Gall
"Assalamu'alaimku mah.." salam Gall pada mamanya disebrang sana
"Wa'alaikum salam, kamu dimana boy?" terdengar suara dari sebrang sana karena Gall me-loudspeker kan ponselnya
"Dikantor mah, ada apa mamah menghu...."
"Gallh ahh ahh lebih cepat sayang ahh ahh terus ahh" ucapku dengan suara desahan ala wanita cukup keras. Gall menatapku tajam karenaku sebenarnya aku sudah berusaha menahan tawaku
"BOY APA YANG SEDANG KAMU LAKUKAN? KENAPA ADA SUARA DESAHAN WANITA?" teriakan tante Mayang, ibu Gall, membuatnya panik tapi kejahilanku tak sampai disitu,
"Gall pakai bajunya dulu sayang" ucapku menirukan suara wanita dengan sedikit berteriak
"CEPAT PULANG MAMAH TUNGGU!! CEPAT!"
"Boy nggak melakukan apa-apa mah, iya mah ini aku pulang" seketika tawaku pecah saat sambungan telefon berakhir.
"Sialan loe... Mampus nih...nih...nih..nih..nih.." ujar Gall yang melempariku dengan berbagai majalah, snack bahkan fas bunga yang berhasil ku tangkap diserati tawaku yang masih pecah.
"Kalo sampe gue dihukum sama nyokap gue gegara loe, abis loe sama gue" ancamnya seraya keluar dari ruanganku dengan menutup pintu dengan keras. Seketika aku mengusap mataku yang sedikit berair karena terlalu lama tertawa.
Abaikan saja kejadian yang tadi, walaupun aku masih ingin tertawa jika mengingatnya. Aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Miss Presiden
RomancePertama kali aku melihatnya adalah saat dia tengah berdiri ditengah taman dibawah guyuran hujan malam, aku bisa melihat kalau ia tengah menangis karena kulihat bahunya bergetar walaupun dengan penerangan cahaya yang kurang dari jarak yang tak terlal...