"Aku menikmati setiap rintikan hujan dan memori yang dia ceritakan di setiap tetesannya." - Anonym
Jevon Kaget . Iya kaget , ia udah siap-siap mau teriak tapi tertahankan , alhasil ia hanya melongo dan memperhatikan setiap gerak-gerik cewek dihadapannya ini . Bayangkan ada seorang cewek yang tiba-tiba muncul di mejanya . First impression Jevon saat itu : kira-kira dia anak SMP , keliatan masih kecil , walaupun nggak kecil-kecil amat , tapi keliatan kalau wajahnya masih wajah bocah , bawa 2 tas kresek hitam , baju dan jaket jeans yang kebesaran , serta rambut panjang basah yang berantakan , serta senyum manisnya dan satu lagi datang tanpa diundang .
Sebenarnya ia ingin tertawa melihat penampilan cewek yang ada dihapannya ini yang mirip kayak napi kabur dari lapas , mirip buronan . Gayanya sok gede , padahal badan nggak tinggi-tinggi amat,paling juga tinggian Jevon .
Udah kepalanya ketatap meja , tapi gayanya minta ampun , padahal Gue tahu kalau itu sakit , tiba-tiba hp nya dijatuhin terus diambil jadi kaya pura-pura lagi ngambil hp nya yg jatuh padahal ya nutupin biar ngak malu . Saya tahu tipu muslihat mu pinter banget akting cewek ini , liat bakat aktingnya , gue jadi kepingin ngebuat sinetron . Udah deh terus dia diem , dan gue main hp . Hujan juga nggak berhenti-berhenti , lama banget sih , mirip deh kayak puisinya Sapardi Djoko Damono , 'Hujan Di Bulan Juni' suasana nya cocok deh sama puisinya pak Sapardi Djoko Damono , Bulannya juga sama , sama-sama Bulan Juni . Tapi orang aneh di depan gue nih yang nggak cocok , ngerusak suasana tau nggak . Serangkaian kalimat yang Jevon pikirkan tadi, menjadi topik pembahasan sambil menunggu redahnya hujan dan ditemani gadis aneh yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan tissu yang disediakan di meja .
Terus yang bikin Jevon kaget plus takut , si cewek ini ngomong sama gudeg yang dibungkus kresek , parno lihatnya . Kayak seolah–olah si gudeg itu hidup dan diajak ngomong .
Gue takut kalau dia pasien rumah sakit jiwa yang kabur dan sekarang perawatnya kebingungan nyari dia . Gue mulai waspada , apalagi matanya sok imut kalau ngelihat gue . Gue harus tetap tenang . Sekarang yang harus gue lakuin adalah memastikan kalau dia orang normal,oke bro lo bisa , kalau gue di anu-anu sama nih cewek , gue bakal teriak sekenceng-kencengnya , coba aja ada raket disini pasti udah gue tabok duluan nih bocah yang rada geser otaknya . Setelah menguatkan mental gue untuk mengahadapi nih bocah,akhirnya gue beranikan diri untuk ngomong . Kata Jevon berbicara dalam hatinya , walau sedikit was-was tapi ia berusaha memantapkan hatinya untuk memastikan , 'Apakah ia normal?' , 'Sedang sakitkah?' , 'Atau lupa belum minum obat?' , 'Dan apa ia benar-benar seorang napi yang kabur?' .
"Lo nggakpapa?" Tanya Jevon ragu .
"Nggakpapa,emangnya kenapa." Sambil kepalanya menggeleng , si cewek dihadapannya mulai penasaran .
"Oh nggakpapa , ngeri aja liat orang ngomong sama bungkusan kresek ,aneh aja . Maaf , tapi lo Udah minum obat belum? gue takut kalo lo belum minum obatnya." Tanya Jevon dan nggak sengaja lontaran jahil keluar dari mulutnya .
Cewek dihapannya ini melotot ketika ia diejek . Lalu menatap Jevon dalam-dalam , Jevon pun tak mau kalah , ia juga membalas menatap cewek itu lebih dalam lagi . Setelah bertatapan cukup lama , cewek itu akhirnya mengalah dan menjawab pertanyaan Jevon .
"Enak aja lo ngatain gue aneh , tapi iya sih . Orang-orang biasanya bilang gitu ke gue . Biasanya juga kalimat orang ke gue hampir sama kaya kalimat yang lo ucapin tadi , 'Udah minum obat belum ', 'Oh iya bener badan lo panas , makanya tingkah lo hari ini kaya cacing kepanasan' . Pertanyaan mereka itu klise banget . Tapi yauda sih , ini gue yang apa adanya dengan tingkah gue yang absurd . Be what you want and it's the real me!"
Katanya dengan percaya diri , sambil tangannya memeragakan setiap kalimat yang ia ucapkan . Sesadar itu akan dirinya yang rada weird dan tampil apa adanya ,tapi sanggup membuat Jevon takjub . Cewek dihadapannya ini ngebuktiin kalau jadi diri sendiri jauh lebih baik daripada ngikutin gaya orang yang bukan jati dirinya yang sesungguhnya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Dropshot
Teen FictionPertemuan tak terduga , yang berawal dari hujan di bulan Juni , yang menghantarkan mereka ke sebuah tempat peneduhan . Berawal dari sama-sama terpencar dan disinilah mereka sekarang di sebuah warung dekat Malioboro, di Kota Jogjakarta mereka dipert...