You (KookMin)

1.5K 194 12
                                    

Menjadi gay di negara yang masih memandang sebelah mata hubungan sesama jenis memang sangat-sangat sulit.

Merahasiakan orentasi seksualmu terhadap semua orang termasuk keluarga itu benar-benar sulit.

Berlakon layaknya manusia pada umumnya --Menjalin kasih dengan lawan jenis dan mengenalkannya kepada keluarga. Jungkook lakukan hanya untuk menghindari cacian dan penolakan dari keluarganya.

Menjalin hubungan tanpa perasaan memang sangat hambar.

Tak ada perasaan yang membuat Jungkook gembira, atau jantungnya berdebar keras, atau sekelompok kupu-kupu terbang di perutnya.

Tak ada.

Hanya ada kehampaan.

Tak ada yang lain.

Walau seberapa keras Jungkook mencoba mencintai gadis itu tetap saja hatinya menolak.

Sungguh, Jungkook ingin merasakan sensasi jatuh cinta lagi, yang biasa di ceritakan teman-temannya.

Walau dulu Jungkook pernah jatuh cinta dengan seorang pria manis seniornya di Busan.

Dan ya karena pria itu pula Jungkook menjadi gay.

Park Jimin namanya.

Dengan wajah mengemaskan dan prawakan yang cukup mungil bagi Jungkook, mampu membuat seorang Jeon Jungkook berbelok.

Luar biasa memang pengaruh seorang Park Jimin itu seorang Jeon Jungkook.

Rasanya Jungkook ingin sekali menemuninya. Bagaimana kabar pria manis itu sekarang?

🌈🌈

Makan malam kali ini Jungkook tak sendiri dan menu makana pun berbeda jauh dari biasanya yang hanya mie dan telur.

Sekarang seorang gadis cantik tengah duduk di hadapannya sambil menatap Jungkook yang tengah asik menguyah makanannya.

"Pelan-pelan. Btw, jangan lupa akhir pekan nanti Hyung mu nikah."

"Iya, aku usahain."

"Bukan usahain, tapi memang harus."

Oh ayolah. Luangkan waktumu sedikit Jeon. Jangan terlalu mementingkan pekerjaanmu. Kau dan Hyung mu itu hasil dari sperma yang sama dan keluar dari rahim yang sama.

🌈🌈

Akhir pekan pun tiba. Acara besar yang di selenggarakan di kediaman Jeon pun tengah berlangsung.

Banyaknya tamu yang memenuhi halaman bahkan dalam rumah keluarga Jeon.

Semuanya terlihat bahagia kecuali si bungsu Jeon yang tampak tak tertarik dengan pesta pernikahan ini.

Dirinya sudah sedari tadi berdiam diri di kamar lamanya.

Kamar yang dia pakai selama 17 tahun lamanya, kamar yang banyak menyimpan kenangan.

Kamar yang dulunya bernuansa biru langin dan di penuhi mainan sedangkan kini bernuansa Ironman.

Lima puluh persen kebahagiaannya ada di kamar ini. Kamar yang menjadi saksi tentang kisah cinta terpendam Jungkook untuk Jimin.

Dulu kamar ini sering menjadi tempat modus Jungkook untuk berdua dengan Jimin berkedok ingin belajar.

Karena Jimin yang baik ya dia tidak keberatan mengajari Jungkook yang merupakan adik kelasnya.

"Bagaimana kabarmu Jimin?"

Jungkook baring di kasur kecilnya.

Sebelum Jungkook larut ke alam mimpi suara ketukan di pintu membuatnya menoleh.

Dan seorang pria yang kembali dapat membuat Jungkook jatuh cinta ada di ambang pintu.

Sosok itu semakin manis saja.

"Hai, Jungkook." Sapa Jimin kemudian berjalan ke arah Jungkook yang masih melongo.

"O-oh, Hai Jimin hyung." Bangkit dari baringnya lantas pria atletis itu berdiri.
"Bagaimana kabarmu Jeon kecil. Ada rencana meyusul Hyungmu ke jenjang yang lebih serius?"

Jimin lalu duduk di kasur Jungkook dan di susul oleh pemiliknya.

'Ada, dan itu bersamamu. Bukan dengan yang lain."

"Kabarku baik, seperti yang kau lihat. Tak ada pemikiran sampai kesana"

Jungkook terdengar lesu. Matanya menatap Jimin yang tengah menatapnya juga.

Mata indah itu semakin indah saja, bibir itu, pipi itu, seluruhnya membuat Jungkook semakin terpesona.

Dan Jungkook baru tau perasaan kosong yang dia rasakan selama ini adalah karena Jimin. Jimin yang bukan miliknya.

"Bagaimana denganmu hyung?"

"Baik, tak ada yang berubah denganku selama ini-- bohong kau makin mempesona hyung-- hanya semakin sibuk bekerja --ya kau terlihat lebih kurus dari terakhir kali aku melihatmu melambaykan tangan untuk kepergianku ke Seoul-- dan sedang merindukan seseorang yang bernama Jeon Jungkook."

Bolehkah Jungkook terbang sekarang.

"Maaf kook, aku mencoba membuang perasaanku padamu. Kau, kau boleh saja menjauhiku karena jijik padaku, tapi dengarkan dulu perkataanku."

"Aku mencintaimu Kook. Awal pertemuan kita itu juga awal aku jatuh ke dalam pesonamu yang sangat baik. Setiap harinya aku merasa hampir gila karena jatuh hati kepadamu."

Apa ini? Jungkook tidak mimpikan? Ini nyatakan? Kenapa jadi seperti ini? Kenapa? Apa? Siapa?

Jungkook mengigit bibirnya, haruskah dia mengakui perasaannya juga? Atau malah menyembunyikan.

Tapi, dia akan gila jika hanya menyimpannya.

"Yah, aku tau ini menjijikan. Tapi aku hanya ingin kau tau perasaanku selama ini Kook. Saat aku tau kau sudah memiliki kekasih rasanya duniaku hancur berkeping-keping. Maaf dan aku mencintaimu."

Jimin bangkit, namun belum sempat melangkah lenganya sudah di tarik Jungkook yang membuat tubuh mungilnya berada di pelukan Jungkook.

"Maaf hyung, tapi aku juga mencintaimu."

The end

😭😭😭😭😭

Sorry,, sorry.. Sorry..

⏪We Talk About Jimin⏩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang