Hari ini ayah dan eyang gimana kabarnya? Kalau aku baik-baik aja, aku harap ayah sama eyang sama baiknya kayak aku. Entah bakal seperti apa kehidupanku selama aku di Jakarta ini setelah kepindahanku dari Jogja dan tanpa kalian. Yang terpenting aku sekarang harus ikhlas dan selalu do'ain ayah dan eyang selalu.
07 Januari 2016
Rianti Ariska***
Destia, sebagai anak remaja ibu kota yang baginya jam 9 malam masih sore, malamnya malah curhatan sama aku tentang berbagai hal.
Mulai dari hal yang jelas seperti apa saja guru-guru di sekolah, kantin yang selalu rame pas jam istirahat dan jangan lupa bakso paling mak nyus-nya pak Asep yang wajib aku coba, sampai taman belakang sekolah yang berada di dekat parkiran sepeda yang jadi tempat nongkrong banget karena wifi-nya paling kencang dan hanya sedikit siswa yang tahu.
Seolah Destia tahu akan semua hal tentang sekolahnya sudah berasa tour guide sekolahnya dia. Ya, karena aku bakal satu sekolah sama Destia makanya dia cerita tentang sekolahnya.
Sampai hal yang nggak jelas, dia curhat tentang Reptilio, Kucing betina warna coklat putih milik Destia yang lagi bunting karena ulah kucing jantan liar, makanya Reptilio suka ngilang akhir-akhir ini.
Kalian heran kan kenapa nama kucingnya Reptilio? Sama aku juga heran waktu pertama kali dengar, awalnya aku nggak tahu kalau Destia punya hewan peliharaan, kalau di Jogja dia nggak pernah cerita.
Dan waktu aku tanya kenapa namanya Reptilio karena, awalnya Destia pengen melihara Ular, tapi jelas dilarang sama tante Jeni, dan ya tante Jeni ngebolehin kalau melihara kucing. Yasudah Destia melihara kucing tapi namanya Reptilio, haha, kasihan kucingnya cuma korban pelarian Destia doang.
"Tapi gini-gini aku sayang sama Reptilio Ri. Walaupun nggak jadi melihara ular gapapalah, sekarang kan aku dah nggak sabar nunggu anaknya Reptilio lahir, bangga nih aku mau jadi nenek yang ngurusin cucu-cucunya, kan Reptilio tuh udah kayak anak aku. Kalau Reptilio punya anak, anaknya Reptilio kan jadi cucuku. Hahaha, seneng deh aku." Seratus persen sableng nih orang.
Makanya, karena begadang tadi malam di hari pertama semester dua ini, kami malah telat bangun pagi dan alhasil malah dibangunin sama Hendra dengan tidak manusiawi.
"Bangun dong kak Destia, mau sekolah nggak sih. Hari pertama hlo ini"
Aku mulai kebangun karena suara berisik Hendra, tapi mata males banget kebuka. Aku malah benerin letak selimut kutarik keatas.
"BANGUUUUN~, BANGUUUN~, AYO BANGUN ATAU AKU GUYUUUUR~" Hendra malah nyanyi-nyanyi sambil teriak kenceng banget. Toa masjid emang ini anak, aku udah sadar 50%.
"Kak Rianti bangun juga dong kak, jangan kaya kak Destia"
Kesadaranku udah total, aku buka muka, bangun dari tidurku, molet ke kanan kiri dan aku liat Destia malah masih pules banget tidurnya, nggak keganggu barang sekali.
"Nah, gitu dong bangun kak, udah siang ini kak" omel Hendra, yee yang tua siapa? Suka-suka nya ngomel, beneran adeknga Destia ini.
"Siang? Jam berapa Ndra ini?"
"Buka aja gordennya kak, udah ada matahari"
Aku buka gorden jendela kamar Destia dan bener aja udah ada matahari, dijam dinding kamar waktu udah nunjukin jam 6. Gawat, bisa telat kita.
"Kak Rianti mandi gih, biar kak Destia aku yang bangunin."
"Oke, siap Ndra. Semangat ya bangunin beruang kutub yang lagi hibernasi."
"Ini mah orang yang minum obat tidur sebotol kak, hahaha"
"Hahaha, iya bener Ndra." Aku pun langsung masuk ke kamar mandi yang ada di kamar Destia atau lebih tepatnya sekarang kamar kita berdua. Mandi secepat kilatnya karena aku tipe orang yang takut telat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranting Patah
Teen FictionKetika Rianti Ariska 'si kabut misterius pagi' menemukan semesta baru bersama Ares Rivaldi 'si hangat mentari pagi' Kepindahan Rianti ke Jakarta mengubah semua alur kehidupannya. Biarlah kesedihan mengalir di kehidupan Rianti karena ayah dan nenekny...