Fool

541 50 3
                                    

Sakura menghirup nafas dalam-dalam, membiarkan oksigen memenuhi paru-parunya. Disenderkan tubuh bagian depannya pada dinding penyangga di atap tersebut, rambut soft pinknya bergerak lembut mengikuti sepoy angin, sedangkan matanya tertuju lurus ke arah lapangan basket.

Sebenarnya tidak ada orang di lapangan basket sana, hanya saja, entah mengapa hanya dengan melihat lapangan basket tersebut dapat membuat Sakura membayangkan dengan jelas bagaimana Sasori’Senpainya bermain di sana.

Seiring dengan lagu yang mengalun dari headset yang dipakainya, Sakura menutup kelopak matanya, menyembunyikan emerald indahnya untuk sementara. Karena suasana yang amat sepi, suara nafas Sakura dapat terdengar samar di sana.

Yah maklum, di sana memang hanya ada dirinya saja. Setelah beberapa bulan bersekolah di sini, Sakura telah menandai beberapa lokasi favoritnya, yaitu atap, taman belakang sekolah, dan perpustakaan. Dan jika ingin menemui Sakura di saat jam istirahat ke dua, carilah di ke tiga tempat itu dank au pasi akan menemukannya. Ketiga tempat itu adalah tempat yang sepi dan jarang dihadiri oleh siswa lainnnya. Bukan apa-apa, hanya saja Sakura lebih menyukai berada di tempat sepi seperti ini. Semacam me time mungkin?

Tap.

Sakura merasakan tepukan kecil pada ujung kepalanya. Tanpa membuka mata pun dia sebenarnya sudah tahu siapa pelakunya, hanya saja matanya tetap terbuka dan menatap sang pelaku.

Uchiha Sasuke.

Kaget? Yah, wajar. Karena dirinya dan Sasuke memang terlihat tak saling kenal jika di hadapan banyak orang. Padahal sebenarnya mereka benar-benar sahabat dekat. Tapi anehnya, mereka hanya akan terlihat dekat jika hanya ada mereka berdua ataupun di depan keluarga mereka.

Sakura perlahan melepaskan headsetnya, merapikannya, lalu memasukannya pada saku rok seragamnya.

“Sedang apa?”, tanya Sakura pada Sasuke. Basa-basi sebenarnya, karena setiap hari Sasuke juga akan berada di sini. Menghindari serangan para fansgirlnya. Toh lagipula, ditanya pun sahabatnya itu tak akan menjawab.

“Hn,” nah kan, hanya gumaman saja yang keluar dari mulutnya itu.

“Tidak ke perpus? Minggu depan sudah ujian akhir semester lho, Sasuke’kun. Kukira kau bakal mendekam di sana selama seminggu ini.”

“Terlalu banyak orang. Belum lagi kakak kelas yang sedang mendiskusikan proyek-proyek mereka. Mungkin lebih baik belajar di rumah saja.” Jelas Sasuke, agak panjang kali ini.

“Ah, pantas saja. Nanti aku ke rumah ya? Mau pinjam catatan, sekalian belajar bareng. Di rumah terlalu  ramai, Kak Karin dan teman-temannya terlalu berisik.” Ucap Sakura.

“Hn, datang saja.”

Yah mereka memang sudah biasa saling mengunjungi rumah masing-masing. Belum lagi jarak rumah mereka yang memang tidak terlalu jauh. Hanya berjarak lima menit jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Terkait dengan kedekatannya dengan Sasuke, sebenarnya Sakura ingin member tahu pada sahabat-sahabatnya yang lain. Tapi, dia bingung bagaimana cara mengungkapkannya. Lagipula akan aneh bukan jika Sakura menyebutkan Sasuke sahabatnya sedangkan mereka tak pernah sekalipun mengobrol di depan yang lain.

Makanya, Sakura menunggu momen tertangkap basah saja. Jadi dia tak perlu repot-repot bingung mencari tahu cara menyampaikan hal ini pada sahabatnya. Toh Sasuke juga sepertinya tidak berniat memberi tahu yang lain.

Beberapa menit berlalu, Sakura melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Menghela nafas, dia mulai beranjak dari tempatnya dan menuju pintu atap.

“Sasuke’kun, aku duluan. Aku lupa harus mengembalikan buku ke perpus. Ah ya, sepuluh menit lagi masuk, jangan keasyikan sampai telat masuk kelas nanti.”

Just SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang