Beyond Imagination

512 41 13
                                    

The last day of exam.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh siswa. Beberapa siswa malah telah merencanakan berbagai kegiatan untuk merayakan berakhirnya ujian ini. Yah, terlepas dengan nilai yang akan mereka dapat nanti, yang penting penderitaan mereka kini telah berakhir.

Biasanya, Sakura tidak termasuk pada golongan siswa-siswa yang sangat menantikan hari ini. Dibanding dengan berakhirnya ujian, dia lebih mengkhawatirkan nilainya nanti. Tapi kali ini berbeda.

Sebelum berangkat sekolah tadi dia sudah menerima pesan singkat dari Sasori.

Jangan lupa nanti sore, aku jemput sekitar jam 6. Goodluck with today exam as well.
A. Sasori

Sebenarnya, kemarin-kemarin Sakura merasa agak ragu tentang rencana hari ini. Pasalnya Sasori tidak mengabarinya sama sekali sejak hari minggu itu. Tapi tadi pagi, Sakura mendapat kepastian sendiri dari Sasori.

Perasaannya? Tentu senang. Rasa-rasanya fokusnya pun lompat entah ke mana saat mengerjakan soal ujian hari ini. Beruntung itu pelajaran Bahasa Inggris dan Sastra Jepang, yang memang keahliannya. Jika itu pelajaran matematika atau fisika, matilah Sakura.
.
.

3.00 PM
Semua kegiatan Sakura di sekolah telah berakhir. Setelah barusan klub dancenya menyelesaikan rapat, Sakura akhirnya dapat pulang juga. Kini dia tengah berada di halte bus dengan beberapa teman klubnya. Harusnya di sana ada Ino juga, tapi sayangnnya, Ino pulang bersama dengan kakaknya, Deidara.

Sakura melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. 3 jam lagi sebelum perjanjiannya dengan Sasori. Sakura menghela nafas. Untuk bersiap-siap, tidak akan membutuhkan waktu yang lama kan? Toh ini hanya acara main biasa saja.

Yah, walaupun hati kecilnya berkata ingin sesuatu yang lain. Tapi sebisa mungkin, Sakura menahan keinginannya itu dan mendorongnya dengan rasionalitas yang masih dia punya. Dia tidak ingin mengharapkan sesuatu yang tidak jelas. Sakura bukan tipe orang yang suka menuduh orang lain sebagai seorang PHP-pemberi harapan palsu-, padahal dirinya sendiri yang mengharapkan hal yang tidak-tidak.

Beberapa menit kemudian, Sakura dapat melihat bus tujuannya mendekat. Setelah bus itu berhenti, bersama dengan teman-temannya Sakura kemudian menaiki bus itu. Beruntung busnya kosong sehingga mereka tidak usah capek-capek berdiri.

Dalam perjalanan, teman-temannya ribut membicarakan rencana mereka yang akan jalan-jalan nanti malam. Merayakan berakhirnya ujian. Sakura sudah diajak juga untuk ikut bergabung sebenarnya, tapi tentu saja dia menolaknya karena rencananya dengan Sasori. Karenanya, dia tidak ikut mengobrol dengan teman-temannya itu. Toh takkan berpengaruh juga karena dia takkan ikut.

Alhasil, sepanjang perjalanan Sakura hanya termenung melihat pemandangan lewat jendela bus. Memikirkan bagaimana jadinya acaranya nanti dengan Sasori. Hatinya sudah tak karuan dari sekarang. Takut ini, takut itu.

“It’s so crazy.” Bisik Sakura pelan sambil memukulkan kepalanya pada jendela bus di sampingnya.

Ngomong-ngomong tentang acaranya dengan Sasori, Sakura tak banyak memberitahu orang-orang. Hanya Ino saja yang tahu. Sakura memberitahukannya sambil menunggu rapat klubnya dimulai tadi. Dan reaksi Ino tepat seperti perkiraannya.

Heboh tak terkira.

Untung tadi rapat klubnya keburu dimulai, kalau tidak, Sakura yakin Ino akan mencekcokinya ini-itu. Untungnya lagi saat pulang, Deidara menghampiri Ino untuk pulang bersama. Jadi kepala Sakura terselamatkan dari peningnya kicauan sang sahabat.
.
.
Sekitar satu jam sebelum waktu perjanjiannya dengan Sasori, Sakura sudah siap. Dengan one-piece soft pinknya, Sakura tampak manis. Tak lupa dengan belt yang dipakainya membuat lekuk tubuh langsing Sakura terlihat jelas.

Just SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang