After

324 29 13
                                    

“Aku bukan peramal lho Senpai, jadi bicaralah jika ada masalah. Membatalkan janji pun tak masalah jika Senpai sedang ada masalah,” ucap Sakura sambil tersenyum lembut,”Kalau begitu selamat malam. Hati-hati di jalan.” Dengan itu, Sakura menutup pintu mobil Sasori dan sedikit berlari menghampiri Sasuke di sana, meninggalkan Sasori yang menghempaskan kepalanya pada sandaran kursi kemudi di belakangnya. Tak lama setelah itu, Sasori menghela nafas frustasi sambil melajukan mobil kesayangannya.
.
.
.
.
.
Sakura kini tengah menuruni tangga setelah membersihkan dirinya. One-piece soft pink yang tadi melekat di tubuhnya kini telah tergantikan oleh celana putih selutut dan sweater oversized berwarna abu. Rambutnya yang masih agak basah tergerai biasa, membingkai wajahnya yang terlihat kusut.

Memasuki ruang keluarga, Sakura dapat melihat Sasuke sedang meminum cola sambil mengganti-ganti channel televisi di depannya. Melihatnya, Sakura mempercepat jalannya dan langsung duduk di samping Sasuke. Tangannya terulur pada pizza di depannya.

Sakura mengangkat potongan pizza itu ke depan mulutnya, saat sudah dekat mulutnya, Sakura menoleh pada Sasuke, “Kenapa bisa ada di sini, Sas?”, setelah bertanya pizza itu pun masuk ke mulut Sakura.

“Tadi Kak Karin mampir ke rumah, katanya di rumah cuma ada kamu, jadi yah biasa. Tadinya Itachi’Nii juga mau ikut, tapi antek-anteknya pada datang.” Jelas Sasuke panjang lebar sambil menyimpan kembali remote televisi di meja dan ikut mengambil pizza di depannya. Kini di televisi itu terpampang variety show kesayangan Sakura. Sasuke sebenarnya tidak terlalu suka acara yang seperti itu, tapi melihat Sakura yang sepertinya sedang kelabu, Sasuke memutuskan untuk mengalah barang sekali.

“Tadi lama nunggu? Kenapa ga telpon dulu coba, jadi kan ga usah nunggu lama-lama kaya tadi.” Saut Sakura sambil mengambil potongan pizza lainnya.
“Hn. Ponselmu mati, Sakura. Ah, omong-omong, tadi ada apa telpon? Handphone ku tertinggal di rumah.“ Mendengarnya, Sakura kemudian tersenyum kecut. Pantas saja dia menelpon Sasuke dan tak dijawab. Ya, saat di toilet tadi, Sakura memang menghubungi Sasuke. Entah kenapa, rasanya mendengar suara menyebalkan Sasuke barang sebentar sepertinya akan membuat Sakura sedikit tenang.
“Nothing.” jawab Sakura. Perhatiannya kini sepenuhnya teralihkan pada televisi.

Sasuke bukannya tak tahu jika ada sesuatu yang terjadi pada sahabat pink-nya. Lihat saja bagaiaman Sakura telah menghabiskan hampir 1 kotak penuh pizza yang Sasuke bawa. Akan tetapi, Sasuke enggan menanyakannya terlebih dahulu. Toh kalau memang itu hal yang serius, Sakura lambat laun pasti akan menceritakannya.

Untuk saat ini, Sasuke memilih untuk duduk diam di samping Sakura saja. Lagipula, jika melihat tadi Sakura yang turun dari mobil Sasori, Sasuke bisa menebak kalau masalah sahabatnya pasti berhubungan dengan cinta-cintaan. Jadi, yah mungkin Sakura akan lebih nyaman jika menceritakannya pada teman wanitanya, Ino misalnya.
.
.
Sejam telah berlalu dan jam dinding menunjukkan pukul 9 malam. Mereka masih duduk di sofa, dan menonton acara komedi yang biasanya jarang ditonton Sakura. Sasuke beberapa kali mencuri pandang ke arah Sakura. Bukan mencari-cari kesempatan atau terpesona oleh Sakura, atau hal-hal semacam itu. Akan tetapi di mata Sasuke, Sakura mulai terlihat mengkhawatirkan.

Secara sekilas mungkin tak ada hal yang aneh, tapi melihat Sakura tertawa terbahak-terbahak seperti itu agak membuat Sasuke merinding juga. Ya, Sasuke tahu kalau Sakura tipe wanita yang mudah tertawa, tapi tidak sampai seperti ini. Tertawanya kali ini, mungkin bisa Sasuke bilang terlalu dipaksakan.

Sakura tiba-tiba berdiri dan berlari ke arah dapur, “Kamar mandi dulu.” Teriaknya.

Melihatnya Sasuke hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Masih melihat arah perginya Sakura, Sasuke menghela nafas, kemudian diambilnya ponsel dirinya dan ponsel Sakura di meja. Memencet beberapa tombol di kedua ponsel tersebut, dan menelpon beberapa orang setelahnya.

Just SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang