2

24 3 0
                                    

"Lus, temenin gue ke Cofeeshop yuk!" suara Bintang di sebrang sana. "Kapan? Gue lagi sibuk nih?" ucap gue datar sambil erat-erat megang nih Hp. "Tumben lo sibuk? Sibuk tidur ya??!"
Gue jauhin hp. Bentar. Terus gue berpikir. Bintang andai lo tau kalau hari ini gue males banget nemenin lo karena lo udah buat gue cemburu tingkat dewa. "Halo! Lus!? Lusa?!"
"Hah? Iya apaan?" gue nanya dengan nada sewot. "Mau nggak temenin gue?"
"Mm.." Gumam gue males-malesan. "Oke! Gue jemput lo jam delapan malem."
Tuttttt..
Sambungan terputus dan gue diam, gue nangis nggak bisa gue tahan lagi, sampai kapan gue kayak gini. Nyimpen perasaan yang nggak tau ujungnya dimana.
Cinta gue ke Bintang emang bener-bener sia sia. Ya allah!! Sampai kapan ini?!
"Yaelah! Lusa! Lo lebay banget sih jadi cewek!!" Teriak gue frustasi sedikit.

**

Malem ini gue sengaja tampil agak biasa, Baju gaun selutut berwarna santai dan kets merah. Tak lupa gue juga bawa tas yang isinya, Hp, charger, handset, dan Uang. Oke Fix! Sekarang gue udah siap. Tapi Bintang belum juga ngejemput gue tapi Sekarang jam delapan lewat 10 menit.
Hp gue getar. Dan itu chat dari Bintang di WA.

Bintang:
Lus! Sorry ya, kita nggak jadi ke Cofee shop soalnya. Elisa ngajak gue Dinner sama keluarganya.

Lusa:
Oke!

Cuma itu? Nggak sadar gue ternyata Air mata gue udah kayak banjir bandang aja. Gue megang hp erat-erat, gigit bibir bawah dan gue sakit hati banget! Sumpah! Tega bener-bener tega. Ternyata Bintang lebih milih Elisa daripada gue. Wajarlah cewek itu lebih cantik dan kalem dari pada gue. Oke fix! Gue ikhlas.
"Dev, temenin gue jalan." suara gue di balik telephone. Kali ini cuma Devon yang bisa gue andelin.

**

"Tumben, lo ngajak gue jalan?" Devon natep gue, gue tiba-tiba gue gugup nggak karuan "Gue, lagi sedih." jawab gue melas.
"Sedih kenapa?" tanya Devon sambil memperhatikan wajah gue teliti "Gue nggak mau cerita."

Sekarang, gue sana Devon lagi berada di sebuah Club. Sebenarnya Si Devon nggak mau kesini tapi gue maksa dan akhirnya dia nurut sama gue. Dengan syarat gue nggak boleh minum alcohol. "Lo mau ngapain?" tanya Devon setelah ngeliat gue ngambil sebotol Alcohol. "Mau minum" jawab gue santai.
"Lo lupa? Kalau lo minum, gue tinggalin lo" ancam Devon Tajam
"Gue butuh ketengangan Dev! Plis izinin gue minum!" rengek gue. Tapi Devon masih nggak peka "nggak boleh, apapun alasannya lo nggak boleh Minum Lusa!"

"Gue cuma mau ketenangan Dev!" Teriak gue. Devon megang tangan gue erat "Lo nggak perlu minum cuma mau nyari ketenangan, sini gue peluk! Sampe lo ngerasa tenang." ujar Devon sambil gitu aja meluk gue dengan lembut. "Gimana? Tenang kan setelah gue peluk?" tanya Devon sambil terkekeh geli.
"biasa aja" gue jawab sewot padahal emang iya. Gue dapet ketenangan di peluk Devon, oke Fix gue nggak bisa pungkiri bahwa gue di peluk sama ketua kelas gue sendiri, Devon. "Dasar lo!"
"Gue siap kapan aja jadi pelindung lo Lusa!" ucap Devon. Gue senyum senyum sendiri di peluk Devon. Kok gue jadi nyaman gini ya? Ahhh!!! Lusa!! Ingat bahwa lo hanya mencintai Bintang bukan Devon!! Kata gue dalam hati.

**
See you... Next yaa

You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang