6

11 2 0
                                    

Untuk yang kesekian kalinya gue Kepoin Ig Elisa, Gue sangka Elisa emang cewek baik nggak kaya gue yang slengean, dia murah senyum, perhatian sama Bintang, Cantik pula dan Pinter. Pantes Bintang lebih condong ke Elisa dari pada ke gue. Sedangkan gue nggak cantik, gue nggak pinter juga nggak murah senyum. Gue nggak bisa pungkiri kalau gue terlalu cuek, ngeselin, dan Jutek. Tapi ini diri gue dan gue nggak bisa kayak Elisa.

Tapi, gue cinta sama Bintang. Dari dulu. Dia adalah cowok yang udah buat gue Move On dari Ken, Bintang nggak cinta gue dia Milih Elisa dan itu gue rasa Wajar. Oke Fix, apa sekarang gue harus menyerah dan ngelepasin Bintang gitu aja? Gue nggak yakin gue bisa tapi gue akan berusaha untuk itu.

Nggak sengaja gue lihat Buku Novel dengan Cover warna merah cerah di dalem laci yang kebuka. Novel yang gue beli di Toko buku waktu itu. Kenapa gue bisa beli tu buku Novel padahal gue nggak suka buku Bacaan dan gue nggak suka baca? Karena Devon maksa gue untuk baca Novel itu dan setelah gue baca setengah, ternyata kisah nya cukup menarik, bener kata Devon. Dan akhirnya gue beli tu Novel.
Sekarang Novel itu ada di Laci Gue.

"Cowok suka baca, kok gue baru nyadar ya kalo Devon itu beda dari yang lain" gumam gue sambil nopang dagu pake kedua telapak tangan gue terus natep Novel itu. Ah-ya ampun! Gue mikirin dia lagi kan.. "Lusa! Ingat! Lo nggak usah baper!" Desis gue Frustasi. Kayaknya gue harus melenyapkan penyakit baper ini.

**

"Bun, Hari ini Lusa pulang malem ya" Ucap gue, pagi ini gue ada di ruang makan sama Bunda. "Memang kamu mau kemana?" tanya Bunda sambil ngolesin Selai Kacang ke Roti Gandum. Gue diem sejenak terus.. "Mau ke toko Buku" Jawab gue hati-hati, Kalian semua jangan kaget denger jawaban gue karena ini cara gue untuk ngelupain Bintang. "Toko Buku? Bukannya kamu nggak suka toko buku ya?" Bunda nanya lagi kali ini sambil natep gue.

Gue tau kalau Bunda kaget denger gue mau ke toko Buku, tapi inilah cara gue untuk Move  on. "Sekarang udah enggak Bun"
"Oh, baguslah kalo begitu, bunda izinin kamu."

Gue senyum senang, gelas berisi susu langsung gue teguk, terus berlanjut salaman sama Bunda dan pergi "Aku pergi yaa!"
"Iyaa, hati-hati!!"
"Sip!"

Oh-ya pasti kalian bertanya-tanya, setiap pagi gue berangkat sekolah pake apa? Jawabannya yaitu, gue berangkat Sekolah di Anter Pak Sopir dan gue belum pernah di jemput seseorang pas mau berangkat Sekolah. Oke Fix. Ini mungkin nggak penting gue ceritain tapi semoga jadi penting. Haha..

**

jam istirahat kali ini gue sama Clara nggak ke Kantin melainkan kita mau ke Ruang Musik, kenapa ke Ruang Musik? Karena gue mau belajar Piano ke Clara. Asal kalian tau ya! Temen gue Clara itu jago banget Main Piano dan gue mau belajar sama Clara. "Eh! Di dalem ada siapa?"tanya gue kemudian setelah gue udah berada di depan ruang Musik dan gue dengar alunan Nada Not-not Piano yang menakjubkan. "Mungkin itu siswa lain Lus" jawab Clara, dia segera buka pintu dan Taraaa kalian bisa tebak siapa yang mainin piano itu sekarang?? Dan gue nggak akan jawab.

"Devon?"
"Dia emang sering main piano, dia lebih jago dari pada gue" Ujar Clara, gue cengo. Devon yang tak hanya hobby baca buku namun juga hobby Main Piano. "Eh, Lusa" Ucap Devon kemudian setelah dia menyadari kehadiran gue di Ruang Musik. Tu Cowok emang bisa aja buat gue baper. "Hai Dev" sapa gue.
"Wah kebetulan!" Timpal Clara
"Kebetulan apa?" gue nanya heran.
"Lusa, gue suruh pulang nih, papi gue kena serangan jantung, lo bisa kan Belajar Sama Devon? Kalian juga udah akrab." Jawab Clara, wajahnya sedih. Dan gue izinin dia walau terpaksa "Yaa Clara, yaudah deh"
"Oke, gue duluan yaa" dan Clara pergi. Sekarang di Ruangan Musik yang gede ini cuma ada gue sama Devon. Apa yang terjadi?
Jangan negativethingking dulu karena selanjutnya gue.. "Devon, gue nggak jadi belajar piano deh" "Kenapa?" tanya Devon.
Gue takut gugup sama kikuk kalo diajarin sama lo! Batin gue.
"Nggak kenapa-napa!" Jawab gue bohong.
"Yaudah deh gue ke Kelas duluan yaa!" Tambah gue kemudian gue bergegas keluar Ruang Musik. Tapi.. "Tunggu!"
Langkah gue Refleks terhenti dan gue noleh ke Arah Devon dan jantung gue dag dig dug..
"Ada Chat dari gue?"
Gue ngangguk.
"Kok nggak di bales?"
"Gue ketiduran"
**
devon dan gue. Sekarang kita saling diem di Caffe dekat Sekolah. Yap, dia ngajak gue tadi ke Caffe. Gue gugup banget plus kikuk, nggak tau harus mulai dari mana gue ngomong, akhirnya gue neguk Copucino untuk ngilangin sedikit kegugupan gue. "Ekhmm.. Mendung yaa" Ucap Devon kemudian sambil Noleh ke arah langit, gue nelen saliva gue sendiri. Kok jadi beku gini ya suasana biasanya Pas sama Devon gue biasa-biasa aja deh..
Kok ini beda yaa..
"Iya yh" Bales gue noleh ke langit juga, ngikutin Devon.
Di luar emang lagi hujan dan hujan nya deres banget.. Saking gugupnya gue jadi lihat hujan aja dari kaca lebar. Sedangkan Devon ngaduk-ngaduk minumannya dari tadi.

"Lo gimana sama Bintang?" tiba-tiba Devon nanya gue, dan gue bingung mau jawab apaan karena.. Ah-sudahlah.. "Gue sama Bintang cuma temenan"
"Oh, Syukurlah!"
"Hah?" gue pura-pura nggak denger padahal emang gue denger. Tuh kan Baper gue..
"Nggak ko! Lupain aja"
"Oh"

**

Bersambung yaaa...
See You.

You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang