Si Penolong atau Bukan ?

10 0 0
                                    

Namaku Orin, usiaku 21 tahun. Kelebihanku sangat banyak. Bukannya aku sombong, tapi aku bisa melakukan segalanya. Namun ada sebuah perasaan dalam menjanggal dari diriku. Hal ini dimulai ketika melihat sebuah masalah. Perasaan ingin menolong yang sangat tinggi namun selalu ada kendala saat menolong mereka hingga perasaan itu menghilang secara mendadak.

Orang-orang membutuhkan bantuanmu tapi terkadang mereka tidak pernah berfikir perasaan orang yang mereka dimintai tolong.Sama halnya dengan perasaan yang aku alami. Karena hal ini sangat mengganggu dan tidak membuatmu hidup bebas disisi lain ada perasaan ingin menolong dengan harapan dilihat kebaikannya atau menyembunyikannya.

Kau tidak akan percaya tapi ini adalah kenyataan yang pahit yang aku alami. Sebagai seorang memiliki hati penolong atau tidak peduli. Agar terlihat seperti itu, aku hanya butuh sebuah sandiwara mimik wajah. Kau hanya bisa tersenyum karena tulus atau diminta secara paksa. Pura-pura tertawa agar terlihat menghargai orang lain. Benar-benar seorang pembohong yang besar dan seorang penolong yang berjasa.

"Orin ?" Aku menoleh ke arah asal suara. Ternyata si A yang suka minta tolong dan selalu bermasalah dengan cinta. "Beneran Orin. Syukurlah, sepertinya aku tidak ada harapan lagi"
Aku memasang wajah tersenyum " Ada apa A ?". Kemudian dia menceritakan semua masalahnya. Hingga aku mulai mengantuk mendengarkannya. Aku hanya memberikan saran atas keluh kesah yang sangat panjang dengan mengambil kesimpulannya.

Akhirnya dia berterima kasih kemudian pergi begitu saja. Benar-benar bukan tipe yang bisa diajak berteman. Apalagi menjadi seorang pasangan. Bagaimana tidak ? Dia hanya mengatakan sesuatu membosankan selama dua jam kemudian hanya berterima kasih tanpa meminta maaf karena membuang waktuku yang berharga yaitu ketenangan.

Saat aku berjalan pulang, aku melihat si A lagi bersama kekasihnya yang lama. Tampaknya mereka sudah baikan. Lihat saja gaya mereka yang tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya. Kenapa manusia selalu kejam walaupun hanya pada sebuah tanaman kecil yang baru saja mereka rusak.

Aku berdo'a kemudian berjalan kembali. Tiba-tiba aku melihat si B mengendarai sepedanya kemudian dia menabrak batu dan jatuh. Lukanya cukup banyak karena tergores karena melunjur di aspal berpasir. Aku yang melihatnya tidak tega dan ingin merawatnya. Setalah menolongnya kemudian dia memberikan beberapa uang ganti tetapi aku menolaknya. Dia memaksa namun aku kabur meninggalkannya.

Ibuku pasti sudah menunggu. Kira-kira ibu masak apa hari ini ?. "Sore Orin !" Si C tiba-tiba menyapaku dari balik jalan kemudian menyuruhku berhenti. "Kau punya waktu sebentar"
"Sepertinya kau kelelahan..."
"Begitulah, aku hanya pusing sedikit"

Kami berjalan sambil bercerita tapi saat aku melihat wajahnya. Dia terlihat kesusahan namun tidak ingin membaginya. Aku pun menepuk pundaknya dan menendang pantatnya sambil menyemangatinya. Dia hanya berterima kasih kemudian kami berpisah dipersimpangan.

Begitulah kisah sehari-hariku sebagai seorang penolong. Ada perasaan marah, kasihan maupun perasaan senang. Hal itu juga membuatku ingin menolong orang lain. Tapi, apakah mereka akan mengingatku. Aku tidak ingin diingat sebagai penolong tetapi seorang teman yang berguna. Lebih baik kau menjadi berguna walaupun ada rasa yang tidak diinginkan timbul.

Sesaat aku menatap pintu rumahku yang dan terbayang sebuah kenangan. Kenangan yang membuatku teringat akan hal-hal kecil berarti dan menyakitkan. Tapi, aku hanya berharap itu tidak terjadi lagi. Banyak hal yang berubah disini. Aku mulai masuk dan hawanya terasa dingin. Aku melihat Ayah sedang duduk menonton. Dia hanya duduk disana seperti patung. Aku bertanya dan dia hanya menjawab "Ya", "Tidak", "Mungkin" atau "Begitu".

Aku hanya berharap kalau Ayah tidak seperti ini. Rasanya sangat sakit ditambah mereka hanya datang disaat ada perlu. Haruskah aku berhenti dan menutup diriku. Tidak, aku tidak ingin seperti itu. Tapi, ini terlalu menyakitkan.

"Ayah, aku membawakan makanan kesukaan Ayah" Aku meletakkannya didepannya. Dia hanya mengangguk kemudian memakannya. "Ayah, aku sudah hampir menamatkan kuliahku. Aku sangat senang. Aku harap ayah juga begitu" Ayah hanya bergumam kemudian meletakan piringnya diatas meja.

"Ayah..." Aku hanya bisa melihat dari kejauhan. Aku dulu sangat menyukai ayahku, dia adalah idolaku dan mampun menyelesaikan masalah dengan cepat dan bersikap hangat. Tapi, sejak adikku meninggal dalam kecelakaan membuat mereka bertengkar dan bercerai. Ibu tidak pernah menghubungiku atau Ayah dan Ayah hanya menatap dirinya dalam kesedihan.

"A....Ayah... !" Suaraku tiba-tiba terdengar hingga bergema. "Ayo kita jalan-jalan... Ayah..." Aku memeluk ayahku kemudian dia membalas pelukan. Dia membisikan kata-kata yang bahkan aku tidak sempat membalasnya. Ayah tidak sadarkan diri. Aku hanya menangisi saat ayahku dibawa kedalam ruangan dingin.

Orang-orang yang merupakan tetangga berdatangan untuk menjenguk. Aku hanya bisa tersenyum saat mereka merasa iba kepada kami padahal mereka selalu bergunjing dibelakang. Apakah itu yang namanya rasa terima kasih ? Kenapa mereka hidup seperti binatang yang tidak berperasaan.

Ini sudah seminggu sejak Ayah dirumah sakit. Untungnya biaya tidak terlalu mahal karena ada asuransi miliknya dulu. Aku membawanya pulang dan membersihkan kamar Ayah dan membaringkannya disana.

"Orin... Ayah..." Tanganku ditahan oleh ayah saat aku beranjak keluar. Tubuhku bergetar hebat. Dia mengucapkan terima kasih untuk setelah sekian lama. Aku hanya bisa menangis sambil memeluknya dengan erat. "Orin, maafkan ayah..." Aku bisa merasakan kehangatannya lagi. "Kau harus mengingat kata-kata Ayah dulu, Kita akan memulai hidup kita lagi seperti dulu. Walaupun tanpa ibumu"

Aku sangat senang sekarang. Karena cinta yang diberikan ayah dulu hingga sekarang membuatku tiba disini. Bersama seorang gadis yang sudah aku lamar. Aku hanya bisa menyimpan perasaan bahagiaku setiap inci dari tubuhku. Mungkin walaupun tidak seberapa yang aku berikan kepada orang-orang namun, aku bisa merasakan hal itu adalah sebuah limpahan balasan dari mereka.

Tamat~

Corat Coret PensilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang