17. Permintaan

110 1 2
                                    

Please vote + comment

Happy Reading ;)
********

"Thanks ya Meigh" ucap Gerry lirih

"For what?"

"Anything..."

Meigha tersenyum lalu menggenggam erat tangan Gerry, aku tahu kamu dan dia tak berdaya seperti sang lagu. Namun aku tahu kamu pria yang kuat. Aku yang akan selalu membantu menguatkanmu. Janji Meigha dalam hati.

***********

Lorong ruang itu sepi, tak lama kemudian tampak terdengar suara decitan roda dan derap kaki serta isak tangis. Beberapa orang berbaju putih mendorong brankar keruang UGD.

Ya ruang itu adalah RUMAH SAKIT.

"Ibu... Bertahanlah..." seorang pria berkemeja biru muda tampak khawatir menggenggam tangan seseorang yang terbaring di brankar tersebut.

"Mas yang tenang ya.. Kami akan memeriksa pasien" ucap perawat tersebut.

Gerry Mahesa, dialah pria yang sedang dalam perasaan kalutnya. Gerry menghela napas lalu menyandarkan punggungnya di dinding lorong rumah sakit.

Tampak seorang wanita paruh baya berlari kearah Gerry bersama seorang gadis dengan gaun birunya.

"Bulik Nia? Maaf ya bulik, aku tinggal jadi ngrepotin bulik sama Meigha" ucap Gerry penuh sesal.

"Nggak papa Ger.. Alhamdulillah kita bisa membawa mbak Rini tepat waktu"

"Makasih juga bulik udah nolongin Ibu."

"Sama-sama Gerr.. Kan mbak Rini udah kayak mbak ku sendiri" ucapnya tulus.

Gerry juga bersyukur setidaknya sekarang ibunya sedang ditangani dokter. Andaikan saja. .

Flashback on

Gerry menelungkupkan tangan kelututnya , dia berada di sudut kota. Setelah acara tadi Gerry memutuskan untuk pulang ke Gresik. Dia sangat kecewa karena Tasya sama sekali tak mau ditemui.

Bukannya langsung ke rumah, justru Gerry membelokkan motornya ke pinggir kota, dekat jalan tol dimana dia bisa memandang ramainya kota Gresik yang padat dengan industrinya.

Seorang gadis menghampirinya, ya Gerry tidak sendiri! Dia bersama Meigha, mantan kekasihnya yang selalu ada dimanapun dia berada. Meigha mengusap kepala Gerry dengan lembut.

"Gerr.. Sudahlah jangan sedih mulu dong.." bujuknya, Gerry masih bergeming

"Gerry.. Ayo dong jangan gini terus, aku ikut sedih nih..." Meigha berjongkok dihadapan Gerry lalu perlahan membuka tangannya, ditatapnya wajah Gerry ternyata pipinya sudah basah penuh air mata.

"Gerry.. Come on boy, air mata kamu jangan dibuang terus. Aku tahu kamu cinta Tasya, begitu pula sebaliknya. Namun kisah kalian yang rumit ini tak akan selesai kalau kalian sama-sama menjauh "

Gerry mendongakkan kepalanya, lalu menatap Meigha. Betapa mulianya hati wanita didepannya ini, apapun kesusahan Gerry selalu ada dia.

"Thanks ya Meigh.. Kamu slalu ada disaat aku butuh" Meigha mengangguk lalu menggenggam erat tangan Gerry.
Gerry membalasnya, lalu menatap Meigha. Wajah mereka berdekatan, Meigha jadi tegang.. Dia merasakan napas Gerry menyapu wajahnya, Gerry pun merasa deg-degan. Wajah mereka semakin dekat.. Semakin dekat dan..

Drrttt... Drrrtt..

Meigha terkaget lalu segera menjauhkan wajahnya dari Gerry, membuat Gerry menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DINDING KACA (Tasya-Gerry)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang