Part 2

273 32 0
                                    

Seorang lelaki berdiri di depan almari tempat penyimpanan abu, tempat dimana abu para jasad bersemayam. Dipandanginya sebuah foto seorang lelaki yang tengah tersenyum di depan kamera, memamerkan deretan gigi putih nya yang sempurna.

“Aku datang...” Ucap lelaki itu, Jung Hoseok.

Hoseok masih saja memandang foto di depannya, mencoba mengingat masa indah sebelum mereka terpisah. Ya, dipisahkan oleh dua alam yang berbeda.

“Jimin-ah... aku datang membawakanmu bunga. Aku tidak tau bunga kesukaanmu, jadi aku bawakan saja berbagai macam bunga. Aku harap salah satunya adalah bunga kesukaanmu. Kau tahu? Aku merindukanmu,” Ucapnya sambil diselingi tawa.

Tertawa ? huh apa itu yang kau sebut tertawa ? Ketika bibirmu tersenyum, suara gelak tawa terdengar, namun matamu sayu dan alismu bertaut ? Terlihat sangat jelas jika itu palsu.

“Aku tidak bisa tidur semalam karena minum kopi terlalu banyak. Ah.. kau pasti tidur sangat nyenyak di sana. Iya kan ?” Ucapnya lagi

Terdengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Tak lama kemudian langkah itu tak bersuara lagi. Kini ada tangan yang menyentuh pundaknya lembut.

“Hyung...”

“Jimin-ah... ini Taehyung. Ah kau pasti sudah mengenalnya, kalian kan satu sekolah. Ahahaha...”

Taehyung menatap miris Hoseok yang kini tengah tertawa namun dengan kepala menghadap ke atas.

“Apa kau menahan air matamu, Hyung ?”

TES

Hoseok tak sanggup lagi menahan tangisnya. Bendungan yang ia buat ternyata tidaklah kuat, kini airnya malah meluap dengan deras membasahi pipi mulusnya.

“Jimin-ah... aku tidak percaya kalau aku akan menjadi adik dari kakakmu ini. Aku harap saudara tiriku ini akan menjadi kakak yang menyenangkan. Dia kakak yang baik, bukan ? Apa dia baik terhadapmu ? Apa dia sering mengajakmu bertengkar ? Ah mungkin akan sangat asik rasanya.”

Hoseok menatap Taehyung. Ia percaya bahwa setelah ini, ia akan membuat Taehyung menyesali kata – katanya. Nyatanya, ia hanyalah kakak yang jahat, tidak peduli dengan keluarganya, atau Jimin yang lumpuh kala itu. Ia tidak peduli dengan dirinya sendiri dengan membiarkan obat – obatan terlarang meracuni tubuhnya. Dan mungkin, candu itu kini makin kuat bersarang di tubuhnya.

“Mianhae...” Ucap Hoseok sambil menghapus air matanya. Memalukan, batinnya.

“Huh ?” Taehyung kaget dengan ucapan maaf dari Hoseok barusan. Apa dia berbicara padanya ? entahlah, tapi kenapa ?

“Kami pergi dulu Jimin. Tidur yang nyenyak ya...”

Lalu Hoseok dan Taehyung pergi meninggalkan tempat itu. Meninggalkan abu Jimin bersama dengan bunga – bunga yang ia sandarkan di dekatnya.

***

Jung Hoseok memasuki kamarnya. Ingatan tentang Jimin yang kembali terputar di otaknya membuat ia seakan lupa diri. Ia ingat saat dimana ponselnya terus berbunyi menampilkan panggilan dari nomor yang tak dikenal namun ternyata itu adalah panggilan dari rumah sakit, ketika ia menyadari bahwa korban kecelakaan yang menyebabkan kemacetan adalah keluarganya dengan Jimin di dalamnya, ketika ia tergeletak di atas panggung dan melihat Jimin berlari.

Ia merutuki dirinya karena merasa berdosa. Saat dimana ia kehilangan lebih banyak bagian  dari hidupnya untuk yang ke dua kali. Saat dimana lubang hitam dalam dirinya semakin membesar, semakin membuatnya terperangkap dalam setiap halusinasi-nya. Kini ia sudah terjun semakin dalam dan lupa jika ia harus mencari jalan keluar.

Hoseok membuka lacinya dengan kasar. Tatapannya berheti pada sebuah botol dengan tulisan ‘Vitamin’. Ia mengambilnya dengan kasar, membuka tutupnya dengan mantap, lalu menuangkan 3 pil sekaligus di telapak tangannya, mencium aromanya sebentar lalu obat itu langsung meluncur di tenggorokannya yang disusul oleh beberapa teguk air.

Detak jantungnya kian melambat, matanya semakin berat untuk tetap terbuka, tubuhnya terasa lemah untuk sekedar berdiri. Dengan tubuh sempoyongan, ia brusaha keras agar sampai di tempat tidurnya. Sampai – sampai ia tak sadar masih membiarkan botol dengan tulisan ‘Vitamin’ itu masih terbuka di atas meja cokelatnya.

BRUK

Tubuh itu sudah tergeletak begitu saja di kasur.

Hoseok memang pernah berniat untuk berhenti, namun semakin kuat ia menahan, semakin kuat pula hasrat untuk mengkonsumsi obat tersebut. Hingga ia tak sadar bahwa ia sudah terjebak. Dan dia hanya perlu pasrah dalam melanjutkan permainan ini entah sampai kapan. Sampai tubuhnya tak mampu lagi bertahan, mungkin...

It Hurts Me [ ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang