Part 4

167 22 0
                                    

Berita tentang hadirnya grup rapper yang turut meramaikan hari kelulusan di sekolah membuat seisi sekolah riuh. Kicauan terdengar di sana sini membicarakan mereka. Tak terkecuali Jimin dan Taehyung yang kini tengah duduk di bangku taman sambil melakukan aktvitas seperti biasanya. Menonton video dance J-Hope.

“J-Hope akhir – akhir ini sering tertidur dengan sangat lama, aku juga menemukan pil aneh di dalam laci kamarnya. Mungkin itu adalah caranya agar bisa menari sebagus ini.”

“Apa maksudmu ? kau ini seakan – akan sudah mengenal J-Hope.”

“Dia hyung-ku,” Ujar Jimin datar

“MWO ??”

“Aku kan sudah bilang kalau nama hyung-ku Jung Hoseok,” Ucap Jimin santai.

“MWO ??”

“Ya ya ya ! Kau ini berlebihan sekali sih, biasa saja kagetnya,” Ujar Jimin sambil mempoutkan bibirya. Dan itu membuat pipinya makin menggembung lucu.

“Tapi..” Taehyung menatap seirus wajah Jimin dengan teliti “Kenapa kalian tidak mirip ?” Lanjutnya kemudian.

“Kakak tiri.”

“Ouh.. mian.”

“Tak apa, tapi aku kadang penasaran dengan obat yang selalu dia minum. Apa itu sejenis vitamin atau obat lain. Karena dia akan tertidur setelah meminumnya.”

“Mungkin saja itu obat tidur, lalu karena tak ingin ada yang curiga makanya dia menaruhnya di tempat vitamin.” Ujar Taehyung enteng seakan tanpa beban. Ia bahkan tidak sadar jika kata – kata itu keluar dari mulutnya.

Namun hal itu malah membuat alis Jimin bertaut “Benarkah ?”

***

Kepala berdenyut, pandangannya berkunang kunang, telinga berdengung, seakan sudah menjadi hal yang biasa bagi Jung Hoseok. Ia sudah menjalani bulan – bulan yang sulit dan harus terbangun dengan keadaan seperti ini. Ia tahu ini menyakitkan, namun ia tidak bisa berhenti.

“Mochi...”

Kata – kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya. Hampir terdengar seperti gumaman lirih, namun itu sudah lebih dari cukup untuknya.

Ia menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong. Mencoba mengumpulkan seluruh nyawanya yang kini seakan hendak melayang dari tubuhnya. Perlahan – lahan ia mulai bisa mendengar suara jam yang berdetik, ia mendengar suara beberapa kendaraan yang melintas di depan rumahnya. Syukurlah, sekarang ia mulai mendapat sedikit kesadarannya.

BRUK

Hoseok merebahkan tubuhnya di kasur lagi. Matanya terpejam sambil terus berkata pelan “Ayolah Hoseok, suga dan rapmon sudah menunggumu untuk latihan hari ini,” Ucapnya pada diri sendiri.

Namun apalah daya jika itu hanyalah menjadi sebatas ucapan yang ia sendiri juga tak dapat mewujudkannya dalam sebuah tindakan. Kini ia malah membiarkan keheningan menyelimutinya. Membayangkan kehadiran seseorang yang tengah ia rindukan saat ini tengah tertidur di samping kirinya.

***

Dari tempatnya, Jimin bisa melihat dengan jelas Hoseok tengah terbaring di kasurnya. Menyisakan tempat kosong di damping kiri. Jimin lalu mengikuti apa yang dilakukan Hoseok dengan cara berbaring di rerumputan sejuk. Membiarkan rambut oranye-nya sedikit basah.

“Andai kita bisa bersebelahan, Hyung.”

Dalam sekejap, hal yang mustahil kembali terjadi. Sesuatu yang Jimin sebut sebagai hadiah dan keajaiban yang menjadi satu. Kini rerumputan basah itu telah berubah menjadi lautan bulu berwarna putih. Saat ini mereka tengah terlentang di antara bulu – bulu putih yang terus bertebaran di sekeliling. Tangan kirinya ia gunakan untuk menumpu kepalanya, sedangkan tangan kirinya terlentang untuk menumpu kepala seseorang. Dan orang itu adalah Jung Hoseok yang sama sekali tak mengetahui jika hal ini terjadi.

Jimin mulai bercerita, banyak hal. Hoseok yang seakan tahu keberadaan Jimin, ia diam seolah mendengarkan setiap ocehan yang keluar dari benak Jimin. Padahal tidak.

“Kau masih mengkonsumsi ‘vitamin’ itu ya ?” Jimin mulai bermonolog.

“Aku mulai mengerti kenapa aku berada di sini. Rupanya aku tengah menjalani hukumanku.”

Hoseok bergerak, matanya terbuka namun menutup lagi. Sungguh jika ada orang yang melihat mereka pasti akan mengira mereka tengah berada di tempat yang sama sambil berbincang – bincang.

“Kau lah hukumanku,” Lanjut Jimin.

“Setiap kau menangis untukku tubuhku terasa sakit sekali. Saaangat sakit. Aku bisa melihat dirimu yang sangat frustasi dan selalu menyalahkan dirimu. Sungguh, ini bukanlah salahmu. Terkadang aku berpikir, inikah yang dirasakan oleh setiap jasad ketika seseorang masih menangisi kepergiannya ? Kumohon Hyung, biarkan aku tidur dengan tenang.”

“Jimin, bogosipheo...” Hoseok bergumam dengan mata terpejam.

“Nado, Hyung. Sekarang bangunlah... Taehyung akan ke sini.”

Seakan mendengar perkataan Jimin, mata Hoseok terbuka lalu duduk di tepi kasur, ia mengatur deru nafas agar kembali normal.

“Hyung...” Benar saja, Taehyung kini sudah berdiri di depan pintunya sambil menyodorkan layar ponselnya. “Suga Hyung sudah meneleponku berkali – kali, kau tidak mau berangkat latihan ?” Tanyanya mencoba berbicara senormal mungkin.

“Iya, aku tadi ketiduran.” Jawabnya

‘Ketiduran ? Huh...’ Ucap Taehyung dalam hati, ia berusaha untuk tidak berkata apapun di hadapan Hoseok. Ini bukanlah saat yang tepat untuk membicarakan masalah tadi.

“Hyung !” Teriakan Taehyung membuat Hoseok kembali menoleh

Ekspresinya seakan bertanya ‘Apa ?’

“Bolehkah aku ikut denganmu ? siapa tahu aku bisa bergabung dengan kalian. Aku kan lelaki dengan sejuta bakat.”

Hoseok terkekeh “Memangnya kau bisa apa ?”

“Banyak, aku bisa menari dan menyanyi dengan baik, modeling ? aku jagonya. Menulis lagu ? jangan ditanya lagi aku juara menulis puisi ketika sekolah dasar. Bahkan kemampuan rap ku sudah hampir menyamai eminem,” Ujarnya dengan penuh percaya diri.

Mlihat wajah Taehyung yang sangat berharap untuk diajak serta ke studio, akhirnya membuat Hoseok luluh juga.

“Bersiaplah...” Akhirnya ia mengijinkan Taehyung ikut. Mungkin ini saat nya untuk merubah sikapnya, ia tak ingin menyembunyikan apapun terhadap adiknya sama seperti apa yang telah ia lakukan pada Jimin.

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk bersiap – siap. Dan sekarang mereka berdua sudah berada di dalam mobil milik Hoseok.

“Huh? Kau membawa vitaminmu ini, Hyung ?” Tanya Taehyung ketika mendapati ada wadah vitamin di depannya.

“Iya, aku membutuhkannya. Bukankah lebih baik jika aku lebih sering mengkonsumsi vitamin ?”

‘Kau berbohong dengan sangat baik. Bahkan wajahmu saja tidak terlihat panik.’

“Ah, begitu rupanya.”

Tak ada yang namanya keheningan selama perjalanan. Pasalnya Taehyung memutar musik di ponselnya dengan sangat keras. Ditambah lagi dengan ia ikut menyanyi dengan suaranya yang... oh my god Hoseok rasanya ingin mengambil lakban lalu munutup mulut Taehyung dengan lakban.

“Menyanyi dengan baik katamu ? Huh...” Umpat Hoseok

“Hyung... aku tidak jadi ikut denganmu saja. Aku ingin mengunjungi Jimin. Aku ingin mengadukanmu padanya.”

“Kenapa ? Aku kenapa ?”

“Karena kau sudah berbohong.”

Dahi Hosoek berkerut, alisnya bertaut. Ia dibuat bingung oleh perkataan Taehyung. Namun ketika mendengar kata Jimin, itu cukup membuat dirinya luluh dan menuruti perkataan Taehyung.

Taehyung tersenyum kecil ketika rencananya berhasil. Ia meman sengaja melakukan ini karena ia ingin membicarakan masalah Hoseok, namun tidak tahu bagaimana jadinya jika mereka bebicara langsung. Entahlah... yang ada di pikiran Taehyung saat ini adalah jika ia bersama Jimin maka ia tidak merasa sendirian untuk membicarakan ini di hadapan Hoseok.

It Hurts Me [ ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang