[BoBoiBoy] Perang Terakhir

995 59 16
                                    

Superhero. Drama. Tragedy. Minor Action. AU. 7 Elemental Siblings. Angst. Hurt/Comfort.

WARNING! Rated 13+ for war theme & blood. Death characters.

 Death characters

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hujan Halilintar!"

Sebilah pedang elemen petir yang berkilat-kilat merah itu, dilemparkan jauh ke langit oleh pemiliknya. Sekuat tenaga, dengan segenap kekuatannya yang masih tersisa. Dalam sekejap, langit menggelap. Awan mendung berkumpul, seperti terpanggil. Detik-detik singkat berganti, lantas sesuatu berjatuhan dari awan-awan hitam bergulung. Bukan air, melainkan puluhan—tidak, ratusan—Pedang Halilintar seolah tertumpah. Menghujani tanah lapang di bawahnya.

Pemuda 16 tahunan berpenampilan serba merah-hitam itu bergeming. Ia sudah tak mampu menegakkan tubuh sepenuhnya, tetapi masih berdiri. Meskipun dengan napas tersengal, dan tubuh didera berbagai luka. Musuh yang mengepungnya masih cukup banyak. Namun, kini mereka semua menjadi mangsa senjata elemental miliknya yang terus berjatuhan dari langit.

Hanya dirinya sendiri yang entah bagaimana luput dari serangan masif itu. Serangan—mungkin—terakhirnya.

BRUK.

Pada akhirnya, pemuda itu tak mampu bertahan lagi. Kesadarannya terkikis, seiring rasa sakit yang semakin menggerogoti jiwa raga. Sementara tubuhnya tergeletak lemah, menelungkup di tanah.

Saat itulah, tiba-tiba Jam Kuasa si pemuda berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Dengan tangan gemetar, diulasnya permukaan layar jam itu. Sosok hologram mini dari seseorang yang dikenalnya, segera muncul. Alien ras Kubulus—dengan ciri khas badan hijau dan kepala kotak—berbadan kecil, berkacamata hitam, serta berpakaian militer dominan merah.

Komandan TAPOPS, Koko Ci.

"Halilintar! Syukurlah kau menjawab! Bagaimana keadaanmu?"

Halilintar—nama pemuda itu—berusaha bangkit, walaupun tidak berhasil.

"Komandan ... aku—ukh!"

Koko Ci di seberang sana menampakkan ekspresi kaget.

"Ada apa? Kau terluka?!"

Halilintar tidak menjawab. Saat itu, ia baru menyadari posisinya belum aman. Hujan Halilintar sudah berhenti, tetapi masih ada musuh yang bergerak.

Satu. Dua. Tiga ....

Sang penguasa petir tertawa lemah. Sinis. Paling tidak, masih ada lima lawan yang siap bertempur habis-habisan dengannya. Meskipun dengan kondisi tubuh yang tidak lebih baik daripada dirinya.

"Maafkan aku .... Di sini ... belum ... selesai ...."

"Hah? Hali—!?"

Pip.

Heroes Rise, Heroes Fall (Kumpulan Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang