(BEBERAPA PART DIPRIVASI)
"K-kau bukan manusia?" Aku memegang dadanya yang dingin. Tepat di atas jantungnya.
"Ya..." gumamnya. "Apakah kau akan menjauhiku?" Ucapnya sambil menatap padaku. Kulihat matanya yang sayu.
"A-aku..." aku bahkan gugup untuk...
Sekarang aku sedang duduk di salah satu kursi beton di koridor kampus. Duduk dengan segelas teh hangat dan dua roti bungkus rasa cokelat. Cukup untuk menemaniku menunggu jadwal kelas berikutnya di cuaca yang sedang dingin ini.
Kemarin ketika aku pulang dari hutan bersama Lay Hyung, aku tidak sengaja membawa ponsel Sehun. Terpampang pemandaangan bersalju sebagai lockscreen ponselnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Entah di mana foto ini diambil, aku tak tau. Yang jelas tempat ini sangat indah.
Kalau kuperhatikan, ponsel Sehun ini merupakan produk dari brand dunia. Desain ponselnya pun sangat elegan. Putih dan tipis. Pasti sangat mahal. Memegangnya pun tanganku bergetar-getar.
Hehehe... bercanda!
Sebenarnya aku ingin langsung mengembalikan ponsel Sehun, namun Sang Pemilik bahkan tak menampakkan wujudnya dari tadi. Anehnya lagi, ponselnya hilang pun tak ada panggilan masuk ke ponselnya. Misalnya panggilan untuk mengkonfirmasi keberadaan ponselnya yang hilang atau apalah. Itu tidak ada sama sekali. Seolah-olah ponselnya ini seperti permen dan bisa dibeli kapan saja jika mau.
"Apa Sehun anak orang kaya? Anak konglomerat mungkin?" batinku. Kugigit roti yang masih tersisa. Aku masih mencoba memecahkan pola pengaman ponsel Sehun. Jika terbuka, mungkin saja ada kontak yang bisa dihubungi.
Berhubung namanya Sehun, pola pertama yang kucoba yaitu huruf S. Aku mengusap membentuk huruf S dari di titik di pojok kanan atas ke titik pojok kiri bawah.
Pola salah.
"Apa mungkin dari bawah ke atas, ya?" Kucoba membentuk dari titik pojok kiri bawah ke pojok kanan atas.
Pola salah.
"Eh? Kok tidak bisa, sih?" Batinku. Kuputuskan untuk membentuk pola berdasarkan insting.
Pola salah.
Coba lagi.
Pola salah.
Coba lagi.
Pola salah dan harus menunggu tigapuluh detik untuk melanjutkan percobaan.
Aku gigit kembali rotiku sambil memikirkan pola yang akan kucoba untuk membuka sistem keamanan ponsel Sehun.
Setelah tigapuluh detik berakhir, aku kemudian mencoba lagi. Kubentuk sembarang pola.
Pola salah.
"Ah, coba lagi."
Pola salah.
"Mungkin seperti ini."
Pola salah.
"Kali ini pasti benar."
Pola salah.
Aish! Sudah sembilan pola yang kucoba tapi satupun tidak ada yang tepat. Tinggal satu kali sebelum ponsel meminta verifikasi email. "Coba lagi atau tidak, ya?" Batinku, "Ah, yang terakhir biasanya keberuntungan..."