Fix You - Part 13 - this a disaster!

41.7K 1.4K 9
                                    

Nia POV

Dengan senyum lebar aku menaiki lantai 20 dimana ruangan suamiku berada. Rasanya gigiku mulai kering.

Ku lihat meja sekretarisnya kosong. Yaa wajar lah, jam makan siang.

Kotak bekal juga testpack yang sudah ku kasih pita unyu-unyu dan ku masukan dikotak kecil. Siap tertenteng ditangaku. Yakin deh sesudah aku nunjukin testpack ini, dia pasti langsung meluk aku. Cengiranku makin lebar.

Tapi sepertinya, Tuhan berkata lain.

Baru saja aku memegang ganggang pintu, samar-sama kudengar suara. "...mencintaimu." Itu suara Trey. Dadaku sesak.

Dan disusul suara perempuan dengan desahannya. "Aku mencintaimu!"

Dadaku langsung berdentum keras. Saat ku buka pintu.

Untuk kedua kalinya aku melihat Trey berciuman. Ditempat yang sama dengan wanita jalang yang sama.

Dia.. Menghianatiku.

Rasanya di hianati itu sakit sekali.

Kaki ku melemas. Air mata langsung menetes dari pelupuk mataku. Sekuat tenaga ku bekap mulutku dengan satu tangan. Aku mengigit telapak tanganku untuk meredam suara tangis yang mendesak keluar. Sampai rasa asin terasa dimulutku.

Ingin sekali aku pergi dari tempat sialan ini. Tapi kakiku seperti terpaku.

"Bu Nia?" Panggil seseorang. Aku menoleh mendapati sekretaris Trey. Tanpa banyak bicara aku melangkah. Meletakkan bekal untuk Trey dimejanya.

Aku menunduk agar dia tak melihat mataku yang memerah karna tangis. "Ini. Saya titip tolong kasih Pak Trey." Kataku sekuat mungkin agar suaraku tidak bergetar.

Setelah itu secepat mungkin aku pergi dari neraka sialan ini.

Aku memang pernah melihat Trey sebelumnya berciuman dengan wanita jalang itu tapi tidak terasa sesakit ini. Sebelum dia mengatakan mencintaiku.

Aku sakit. Merasa dibohongi, disakiti dan dikhianati. Mungkin Trey cuma kasihan ngeliat aku ngejar-ngejar dia terus. Iya pasti.

Aku terus melangkah menyusuri jalan raya. Bahuku bergetar hebat. darah ditelapak tanganku mengalir sampai terasa kebas. aku masih menangis. entah sudah seberapa bengkaknya mataku. Tak peduli orang melihatku menangis.

Segala sumpah serapah ingin ku teriakan. Tapi aku masih cukup waras untuk tidak teriak-teriak seperti orang gila.

Langkah kakiku membawaku menuju Rumah Anit. Ku pandangi Rumah Putih bergaya mediterania yang berdiri kokoh didepanku. Nampak sepi. Aku tau Anit sekarang tidak dirumah, pasti sekarang dia masih dirumah sakit.

Aku melangkah masuk menuju halaman rumah Anit. Tumben tak ada satpam yang berjaga.

Aku duduk disamping Pintu besar Utama rumah Anit. Terduduk menelungkupkan kepalaku. Rambutku kusut, mataku sembab sampai penglihatanku kabur. Aku merasa seperti monster.

Lama aku menangis disitu. "Van..nia?" Terdengar suara Anit yang ragu-ragu memanggilku.

Aku mendongak. Sepertinya dia baru pulang dari RS, terbukti karna dia menenteng tas pakaian lumayan besar. Rasanya leherku keram sekali karna menunduk sedari tadi.

"Astaga Nia?! Ada apa?" Anit ikut berjongkok didepanku.

Aku menggeleng, mataku kembali panas. Air mata kembali lolos. Aku gak sanggup bicara sekarang. Anit melirik telapak tanganku yang berdarah "siapa yang ngelakuin ini?!" Aku menunduk bahuku makin bergetar hebat.

"Ok, ok ayo kita masuk dulu.." Anit membantuku berdiri membimbingku masuk kedalam rumah.

"Bentar gue ambilin minum." Kata Anit sesaat setelah mendudukkanku.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang