Bagian Empatbelas

216 7 0
                                    

Inka Pov

        Baru saja aku melangkah, aku merasa seseorang dari belakang mengambil paksa tasku. Kemudian membuangnya kesembarang arah. Aku terlonjak kaget saat tangan itu menggegamku dan mendorong tubuhku hingga terduduk di bangku taman yang sepi.

Aku memberanikan diri untuk mendunga, "Mau apa kalian?"

"Kita? Mau apa?" tanya Irish balik. Ia kemudian mengeluarkan dua butir telur dari tasnya dan langsung mengenai kepalaku tanpa memakai hitungan lagi.

     shit!

Kedua kalinya aku seperti ini. Kedua kalinya kepalaku berciuman dengan telur. Telur ini memang tidak busuk, tapi bagaimana perasaan kalian jika dilempari dengan telur? Ujung-ujungnya akan menimbulkan bau amis bukan?

Ratu dan dayang-dayangnya tidak pernah absen untuk membully ku seperti sekarang. Aku sama sekali tidak mengganggu mereka.

Ratu maju selangkah. Ia mengeluarkan tepung terigu yang terbungkus plastik putih. Ia membukanya dengan cepat dan langsung menumpahkan tepung itu keatas kepalaku. Ditambah tawa dari Irish dan Maudy Ratu semakin cepat menumpahkan terigu itu. Membuat kepalaku seperti adonan.

Aku membersihkan sedikit terigu yang mengenai wajahku. Aku hendak berdiri, namun dengan cepat Maudy mendorongku dan aku terduduk kembali.

"Mau kemana? Ini belum kelar!" bentak Maudy.

Gadis itu langsung membuka tutup botol yang isinya adalah air berwarna hitam. Aku tau penderitaanku belum selesai. Baru saja aku ingin berlari, air itu sudah mengenai baju seragamku. Bau amis sekaligus busuk sukses membasahi seragamku hingga aku merasa air itu merembas kedalam seragamku.

Ini sangat menjijikan. Aku hanya mendunduk. Mendegar tawa ketiga anak manusia didepanku saat ini.

"Dengar ya, Inka. Gue nggak akan lelah untuk ngelakuin hal seperti ini sama lo sampai lo mau menjauh dari Marchell." ucap Ratu.

"Susah sih dibilanginnya. Disuruh menjauh aja susah." timpal Maudy. "Gue juga nggak rela saudara gue deket sama lo! Tambah nggak rela lagi kalau kalian jadian!"

"Mending lo jadian sama tukang es cendol yang biasa mangkal didepan sekolah." tambah Irish dibarengi tawa setelahnya.

        Aku rasanya ingin menangis. Tapi tidak mungkin, karena mereka pasti semakin jadi membully ku. Andai saja Marchell datang disaat seperti ini. Dan...

"Ada apa ini?" aku mendunga saat suara lain terdengar.

Aku melihat ada Pak Alam selaku guru BP. Tapi aku membulatkan mataku karena ada Marchell di sampingnya. Kulihat Ratu cs panik saat pak Alam mulai mendekat kearah kami. Aku yang masih terduduk hanya bisa diam dan menundukan kelapaku karena malu sedari tadi Marchell memperhatikanku.

"Eh... Ada pak Alam..." ucap Maudy seraya menyengir.

Pak Alam menatap malas kearah Ratu cs, kemudian dia beralih menatapku dengan pandangan heran. Aku bisa melihat itu dari balik bulu mataku.

"Inka, kenapa kamu?" tanya beliau.

Aku mendunga sekilas dan kembali menunduk. Tak berani untuk mengatakan apapun, sampai aku mendengar Marchell berbicara.

"Semua ini karena ulah mereka Pak," ucap Marchell seraya menunjuk kearah Ratu.

"Eng...Bukan gitu Pak, soalnya... Si...Si... Inka lagi ulang tahun. Iya ulang tahun." ucap Ratu membela diri.

Marchell berdecak sebal, "Mereka bohong Pak,"

"Eh, beneran ko Pak. Serius."

"Iya seriusan Pak,"

Nerdy, I Wuf YouWhere stories live. Discover now