Bagian Delapan

230 13 2
                                    

~    because fear is, when all you can, after it ended not happy    ~

                             ***

TO:INKA

Ini coretan kalbu
Yang hanya sempat kutulis diselembar kertas
Ini gabungan larik yang tak bertema
Tak beraturan namun ini tentangmu
Dan ini ku lukis suasana sebongkah cinta yang bertuliskan rapi namamu

(3/7)

                              ***

TO:INKA

Tolong ejakan aku satu per satu tentang cinta
Dan juga bagaimana berjuang dalam doa
Bantu aku bekerja sama mengerti sebuah rasa
Agar kelak kau bisa tahu isi hatiku ada kita

(4/7)

                                ***

TO:INKA

Kau dan cinta yang indah
Membuat gejolak hati berdebar senada
Ini aksara tentang hati yang mencari celah
Larut bersama perjuangan yang sempurna

(5/7)

                           ***

Lagi-lagi Inka menggeleng seraya melipat kembali tiga surat baru yang Ia kumpulan selama seminggu ini. Ia sengaja tidak membacanya saat disekolah, melainkan menyimpannya didalam tas dan Ia akan baca saat hari Minggu.

Sekarang, cewek nerd itu semakin bingung oleh lima surat yang sudah ada dihadapannya saat ini. Tergeletak diatas ranjangnya dan Inka hanya bisa memperhatikannya dengan pikiran yang berkecamuk. Inka hanya bertanya, cowok mana yang benar-benar menyukainya? Inka tidak bertanya, apa Marchell menyukainya? Atau Darwin yang menulis semua surat ini?

Pertanyaan seperti itu sangat jauh dari otak Inka, bahkan sulit untuk dijangkau. Kedua cowok itu hanya menjadi teman selamanya bagi Inka. Ia bahkan sangat bersyukur bisa mengenal anak kembar tidak identik itu dalam hidupnya. Ia juga bersyukur bisa merasakan bagaimana berteman dengan cowok yang tidak pernah membully-nya.

Ia menghela napas, meraba-raba surat itu seakan ia bisa menerka siapa si pengirim surat. Mana mungkin Ia bisa tahu kalau hanya menerawang surat tersebut? Dan lebih tidak mungkin lagi kalau Ia akan bertanya satu-satu kepada anak cowok disekolahnya, kan?

Selagi menerka, pintu kamar Inka terbuka begitu saja tanpa gadis itu tahu. Ia baru menyadari bahwa Joe yang masuk dan langsung duduk ditepi ranjangnya seraya kening mengernyit. Inka tersentak dan tidak sempat memasukan semua surat itu kedalam nakas. Joe memang kurang ajar! dari dulu sifat tak sopannya tidak pernah berubah menurut Inka. Terkadang keluar masuk kamar orang seenaknya.

"Apaan nih nying?" begitulah pertanyaan Joe.

Inka memutar kedua bola matanya, Ia membenarkan sedikit letak kacamatanya, "Masuk kamar orang ketuk dulu!" omelnya yang bukan jawaban dari pertanyaan Joe.

"Ini dari siapa?" Joe dan Inka sama saja. Sama-sama bisa mengabaikan pembicaraan.

Inka menghela napas. Ia bergidik tanda tidak tahu saat Joe mengambil salah satu amplop yang Ia pilih.

"Jangan dibuka! Jangan kepo!" Inka mengambil paksa salah satu amplop tersebut saat Joe hampir membukanya.

Joe mendelik kesal, "Lo beneran udah punya pacar?"

Nerdy, I Wuf YouWhere stories live. Discover now