Reason

5.2K 120 11
                                    

Mungkin untuk beberapa alasan, cinta terlihat seperti mempermainkan hati seseorang.

Cinta itu takdirkan?

Berasal dari tuhan sama seperti kelahiran dan kematian.

"Mama, maaf Alvin baru dateng. Selama ini Alvin malu, mungkin kalau masih hidup mama pasti ngusir aku karena jatuh cinta sama saudara kandung sendiri. Tapi Audy sumber kebahagiaanku, ma. Jadi bisa mama izinin kita bersama? Papa selalu bawa tunangan yang berbeda buat Audy, itu buat aku frustasi sekaligus sakit, ma. Jadi, apa aku harus mundur karena cinta yang salah?"

Setelah cukup berkeluh kesah dengan mama, aku ngeliat Audy disamping yang masih berdoa khusyuk buat mama. Makam mama cukup bersih karena orang suruhan papa yang selalu ngerawat makam mama, sedikit ironis nyatanya bukan kami sendiri yang merawat makam mama. Karena kesibukan masing-masing, semua jadi jarang berkunjung.

Beberapa menit kemudian Audy mengadahkan wajahnya ke atas, dia nangis-wanita yang kucintai menangis-sesegukan.

Kupeluk tubuhnya, mencoba memberi kekuatan. Nyatanya disini Audy yang lebih terluka karena ditinggal mama.

"Jangan nangis lagi, kamu makin jelek kalo nangis"

"Aku cantik, gak jelek" Suaranya bergetar, semakin lama Audy makin menenggelamkan wajahnya di dadaku.

.
.
.
.
.
.

Selesai dari pemakaman, Audy masuk mobil dan gak mau bicara satu patahpun kata. Dia cuma ngeliatin luar jendela.

"Dy, mau ice cream hm?", tawarku.

"Gak mau"

"Terus kamu maunya apa, sayang?"

"Mau jalan-jalan"

"Mau jalan-jalan kemana?", kali ini kugenggam tangannya. Kucium punggung tangannya dengan lembut, sengaja menyalurkan cinta sejenak agar ia tau betapa sayangnya seorang Alvin Podomoro yang ingin melihat kebahagiaan di wajahnya.

"Kemana aja, asal bareng Alvin. Tapi aku juga laper, belum makan dari pagi"

"Makanya makan tadi pagi, manis. Aku udah sarapan, kamu mau makan apa sekarang? Aku anterin"

"Crepes" Audy jawab sambil mencicit.

"Okay okay, kita beli crepes. Tapi cium aku dulu"

Cup

Tanpa basa basi Audy cium duluan, disaat itu rasa khawatir karena dia sedih langsung ilang. Audy-ku yang dulu udah kembali.

.
.
.
.
.
.
.

Sampainya di tempat makan, gak tanggung-tanggung Audy pesen 5 crepes. Jujur bukan uang masalahnya, tapi aku gak mau dia sakit perut. Pelayanpun datang kemudian menyediakan crepes juga satu jus stroberi dan kopi Arabica di meja.

"Kamu bisa makan sebanyak ini? Nanti kamu sakit perut, dy"

"Nggak, aku laper. Jadi mau makan crepes yang banyak"

"Okay, makan sepuasnya. Kalo nanti sakit perut, jangan salahin aku"

Audy makan sambil ngeliatin anak kecil yang lagi main tumpukan bola plastik di arena sebelah, tersenyum pada anak-anak yang bahagia dengan kehidupannya sendiri. Sejenak kuterdiam..

Apa Audy bahagia?

Tanpa sadar jariku menyentuh sudut bibirnya

"Ng.. kenapa?" , Audy tersikap.

Deg

"Nggak, cuma ada selai disini. Kamu makan berantakan" buru-buru kubersihkan sisa selai-yang sebenarnya tidak ada sama sekali-

Deg

"Oh...kirain kenapa"

Tiba-tiba sebuah suara mengintrupsi kami

"AUDY! ALVIN!"

Shit, itu papa sama Denis. Audy belum tau apa-apa.

"Papa?"

Audy ngeliat papa kaget, bukannya ini jam kerja? Apa yang papa lakuin disini?

"Papa gak nyangka ketemu kalian disini, kalian lagi apa hm? Papa barusan habis meeting di lantai atas, kalian udah makan?", dengan santainya papa duduk didepan kami. Denis pun ikut duduk bersama papa.

"Tadi kita habis ngunjungin makam mama, pa. Ini juga Audy lagi makan, Alvin katanya udah makan tadi sebelum berangkat ke makam mama. Papa sendiri udah makan?"

"Udah tadi, sayang. Papa makan bareng client, maaf papa gak bisa ikut kalian ngunjungin makam mama. Papa tadi sibuk"

"Its okay, Audy sama Alvin ngerti. Mama juga pasti ngerti di alam sana"
Audy nunduk dan meremas tangan Alvin erat. Berbagi kekhawatirannya bersama.

Audy takut, jika papa akan melupakan mama.

"Dy, kenalin ini Denis. Dia rekan kerja papa dan Denis, kenalin ini Audy. Anak om"

Denis menjulurkan tangannya yang disambut hangat oleh Audy.

"Denis"

"Audy"

Selesai bersalaman, Audy menarik lagi tangannya sambil memperhatikan Denis. Menilai pria dihadapannya.

"Audy, kamu suka Denis? Gimana menurut kamu tentang Denis? Gagah kan? Papa suka Denis, dia juga kuat dan pintar. Mirip dengan Alvin"

Audy merenyitkan dahinya.

"Ngg.... maksud papa apa ya? Dimata Audy, Alvin tetep nomor satu kok. Gak ada duanya"

"Hahahaha papa juga tau itu sayang, kamu pasti sayang banget sama Alvin"

"Wah, ternyata Audy orang yang sangat sayang dengan keluarganya ya om?"

Fuck

Berhenti gangguin Audy.

Papa, Denis dan Audy saling tertawa. Entah apa yang mereka bicarain, yang pasti papa belum ngungkap kalau Denis itu calon tunangan Audy.

Shit, gimana caranya buang manusia macem Denis? Dia gak keliatan selemah calon sebelumnya.

.
.
.
.
.
.
.

Tbc

Sorry buat update lamanya =:) terimakasih doa kalian. Akhirnya gue resmi masuk kuliah, gue sibuk masuk ospek kemaren-kemaren. Dan lelah. Tapi karena semua udah berakhir.... so, next chapt selanjutnya semoga gak selama yang ini. Byebyee~~ by

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SISTER COMPLEXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang