"Lo enggak apa-apa?"
Beruntung suara itu segera menyadarkan Nada sebelum ia benar-benar pingsan. Nada mengerjapkan mata. Satu kali. Dua kali. Mencoba menerka makhluk apa yang sedang berdiri di hadapannya kini. Sepuluh detik kemudian, Nada berhasil mengumpulkan nyawanya. Kesadarannya kembali total.
Gila ni orang! Kena bola gede kayak gitu dibilang enggak apa-apa?! gerutunya dalam hati.
"Lo enggak apa-apa?"
Suara itu kembali menyadarkan Nada dari lamunannya. Ia mendongak dan matanya bertemu dengan seorang laki-laki dengan keringat yang memenuhi tubuhnya, "Apa?" tanya Nada. Matanya menatap lurus pada cowok itu.
"Gue udah tanya dua kali. Sekarang udah tiga kali. Lo enggak apa-apa?"
Nada masih memandang cowok itu dengan perasaan bingung. Ketika menatap lurus melewati bahu cowok itu, ia bisa melihat kalau teman-temannya sudah menunggu dengan tidak sabar. Nada kemudian beralih pandang pada cowok tadi, "G-gue ... enggak apa-apa, kok."
Cowok itu tersenyum lagi. Nada menatap dia berjalan melewati dirinya, mengambil bola basket yang tadi membentur kepala Nada. Tak berapa lama, cowok itu kembali berdiri di hadapan Nada, lagi-lagi ia tersenyum, "Maaf, ya, lain kali gue bakalan hati-hati."
Nada tak tahu harus menjawab apa, sangat pusing ia hari ini. Tak ada yang bisa dilakukan selain menganggukkan kepala.
Cowok itu kemudian berlalu meninggalkannya. Lima detik kemudian Nada juga melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Di tengah langkah kakinya, Nada terus saja merutuki hari buruk ini. Sepulang sekolah tadi, Amel mengajaknya makan di sebuah kafe dekat sekolah. Katanya, itu adalah TR karena hari ini dia berulang tahun. Nada memang langsung antusias menyambut tawaran itu. Secara, perutnya juga sudah keroncongan. Amel benar-benar bagai malaikat di siang bolong.
Mungkin karena hari ulang tahunnya, Amel mendadak dapat keberuntungan yang sangat ia syukuri. Secara tidak sengaja Amel menabrak seorang cowok saat akan memesan makanan. Dia cowok yang tampan, juga baik. Dan secara tak sengaja pula, Amel berkenalan dengannya.
"Maaf, lo enggak apa-apa, kan?" Cowok itu bertanya pada Amel.
Nada menatap kesal Amel yang tampak bodoh saat itu. Amel hanya menatap kagum tak berkedip. Sampai-sampai Nada harus menyenggolkan lengannya ke lengan cewek itu agar ia segera sadar dari lamunan.
Amel gelagapan, "Hah? Mm, gue enggak apa-apa, kok." Ia mengulum senyum terbaiknya. Nada yang melihat hanya bergumam jijik.
"Kalau lo mau, kita bisa makan bareng. Tempat ini rame banget. Gue enggak yakin lo bisa dapat kursi," tawar cowok itu.
Tanpa berpikir panjang, Amel langsung mengangguk mantap. Mereka berdua berjalan beriringan, namun terhenti karena cowok itu tiba-tiba menghentikan langkahnya, "Teman lo enggak ikut?" Ia menoleh bergilir, ke arah Amel, lalu menatap Nada yang berdiri mematung.
Baru saja Nada ingin menyahut, namun Amel sudah mendahuluinya, "Oh, dia lagi buru-buru. Katanya mau langsung pulang aja."
Mendengar itu, hati Nada meringis. Matanya melongo saat menatap Amel dan cowok itu berjalan menuju meja kosong lalu asyik mengobrol di sana, mencampakkan dirinya.
Dengan gusar Nada langsung melangkahkan kakinya cepat dan kuat. Berjalan melewati Amel dan cowok itu dengan wajah pongah, dan diangkat tinggi-tinggi. Pintu kaca kafe itu ditutupnya keras-keras. Supaya Amel menyadari kalau ia marah atas perlakuannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Heart
Roman pour Adolescents"Kenapa lo ngelakuin itu semua? Lo enggak puas ganggu gue?" "Dia itu musuh gue. Jangan dekat-dekat sama dia!" "Gue enggak perlu tahu kalian musuh atau enggak. Yang penting, jangan sampai lo manfaatin gue untuk ngejatuhin dia. Kalau sampai kejadian...