Gara-gara kena Dare, Riko harus menginap di penginapan yang angker di Bandung. Tempat itu berada di Jalan Bahrekusa, sekarang ini mereka sudah berada di depan gerbang penginapan.
Penginapan tersebut dibangun dengan gaya umumnya hotel, mempunyai 3 lantai. Menurut orang-orang, penginapan ini menjadi angker dikarenakan ada pembunuhan massal di penginapan ini. Sering terjadi penampakan yang kerap menghantui pengunjung.
"Hayuk kita masuk" ajak Kuroko, untuk jaga-jaga Riko membawa Tetsuya Kuroko yang merupakan teman sekampus di ITB
Mereka masuk ke dalamnya ternyata juga rapih, terdapat meja resepsionis, koridor juga tangga. "Selamat datang," ucap wanita resepsionis tersebut dengan ramah
"Kumaha Aida-san? Mereka tidak punya 2 kamar" suara datar Kuroko membuyarkan pikiran Riko
"Ini sedang musim liburan, jadi penginapan kami penuh" ujar wanita resepsionis tersebut seraya memberikan senyuman meminta maaf, "Jadi?" Riko menatap Kuroko, meminta pendapat
"Hanya ada satu kamar dengan double bed, jika anda mau" kata sang resepsionis
"Kalau maneh mau, urang bisa ambil" tukas Kuroko, Riko mempertimbangkannya selama beberapa saat lalu ia berkata, "Baiklah"
Resepsionis tersenyum dan memproses check in lalu ia memanggil seseorang dari ujung koridor. Seorang pria kurus dan tinggi lalu membawa tas kedua mahasiswa tersebut, Kuroko dan Riko mengikuti pria tersebut menaiki tangga. Riko berjalan di belakang pria tersebut sementara Kuroko berjalan di sebelahnya, "Abdi rasa, kita tidak bisa melewatkan malam di sini" ucap Kuroko, Riko hanya mangut-mangut
"Tuan?" terdengar suara pria tersebut dari ujung koridor sebelah tangga
"Ayo" ajak Kuroko, kanan-kiri koridor itu berisi pintu-pintu yang saling berhadapan, entah kenapa Riko merasa ada sesuatu yang ganjil dan terkesan hawa mistis
"Terima kasih" ujar Kuroko kepada sang pria dan memberinya tip, mata Riko tertuju ke arah cermin yang berada di ujung koridor yang merupakan tangga menuju lantai 3
TAP TAP TAP
Terdengar suara langkah kaki dari arah tersebut. Suaranya terdengar begitu jelas di telinga Riko. Riko terus menatap di ujung koridor, muncul seorang wanita berbaju putih selutut, ia melihat di depan cermin. Riko hanya melihat sosok itu dari samping, namun wanita itu menoleh.
Sebelah wajahnya berdarah-darah!!
Riko ingin menjerit, namun ia harus tetap tegar dan berbalik membenamkan wajahnya di dada Kuroko. "Aida-san, naha?" tanya Kuroko heran melihat temannya bergetar ketakutan
"E-Eta!! Aya wanita di sana, wajahnya mengerikan!" pekik Riko
"Wanita?" Kuroko membelalakkan mata, lalu mengikuti ke arah Riko di mana ia melihat wanita tadi, aneh, tidak ada apa-apa. Kuroko menimpali, "Abdi rasa itu hanya rarasaan dari maneh aja"
Riko dan Kuroko ke kamar, wow, antik sekali. Riko ingin mengganti baju dan Kuroko merembahkan dirinya ke pulau kapuk untuk bobok. Di kamar mandi, Riko kembali bergidik ketakutan ketika mengingat kembali wanita yang dilihatnya tadi, ia menghela nafas Kuroko baik-baik saja saat keluar dari kamar mandi. Riko tertidur lelap.
Dalam keadaan setengah sadar, Riko merasakan ranjangnya bergerak perlahan, dirasakannya kehadiran seseorang di sampingnya.
'Kuroko-kun?' batin Riko dalam hati
Posisi Riko tidur membelakangi sosok yang tidur di belakangnya. Ia melihat di ranjang sebelah terdapat Kuroko tidur, jadi, siapa yang tertidur di sampingnya?
Riko merasakan siapapun di belakangnya itu bergerak perlahan. Riko membulatkan tekad dia akan melompat bangun dan berteriak sekencang mungkin.
"Mmmph!!" Riko mulutnya dibekap dari belakang, "Sst! Diam, ini abdi!" ucap Kuroko dengan pelan, Riko menghela nafas lega
"Jangan teriak atau bergerak tiba-tiba, nanti maneh bisa membangunkannya" ujar Kuroko, lalu ia berkata lagi, "Yang lagi sare bukan abdi"
Riko membelalakkan mata, dia menoleh ke ranjangnya dimana sosok yang terlihat seperti Kuroko sedang tertidur lelap. Lalu ia menoleh lagi dimana Kuroko yang asli duduk mengisyaratkannya untuk diam.
"Bangun pelan-pelan" Kuroko kembali berkata tanpa suara, Riko menurut. Mereka berdua terus melirik sosok di ranjang sebelah. 'Kuroko' di ranjang masih tidak bergerak
Kuroko dan Riko berjalan pelan-pelan menyusuri dinding, melewati ranjangnya dihuni oleh sosok kembarannya. Sesampainya di pintu, dengan hati-hati Kuroko memutar kunci. Ditatapnya sosok 'Kuroko' yang kini membelakangi mereka, sosok itu masih diam di tempat membuat Kuroko lega, namun, ketika Kuroko membuka pintu, terdengarlah suara dari arah ranjang.
"Fu, fu, fu....."
Kuroko dan Riko sontak menoleh dan menatap sosok di atas ranjang, jantung mereka berdebar-debar dengan keras. Tak lama kemudian sosok itu menoleh ke arah mereka dengan wajah pucat disertai dengan seringai menyeramkan. Wajah sosok tersebut di sebelah kirinya matanya tertutup oleh perban, lehernya juga, bahkan lengannya! Tak lama kemudian, terdengar suara lagi yang berasal dari pria yang mereka tahu yang mengantarkan mereka.
"Berharap bisa menghindar dariku, hm?"
Tanpa ba bi bu lagi, Kuroko menendang pintu dengan keras sambil menarik tangan Riko dan berlari sekencang-kencangnya. Tiba-tiba saja kuroko berhenti di depan tangga. "Naon, Kuroko-kun?" tanya Riko
DAK DAK SREEKK!
Suara itu menoleh ke arah tangga, ada sosok berbaju putih yang sedang berbaring berambut hitam seraya membenturkan ada yang di sekitarnya. Kuroko dan Riko menoleh, sang pria yang berada di kamar sudah berjalan keluar kamar, wajahnya menatap Kuroko dan Riko lalu menyerang mereka dengan banyak perban yang melayang.
"ANJRITTT!!" Kuroko dan Riko berteriak bersamaan dan menghindari serangan dengan berlari, tiba-tiba saja terdengar bunyi retakan kaca pecah menggema
Retakan kaca itu berhenti. Suara langkah kaki dan seretan di tangga yang makin dekat. Sang pria dengan perban dan wanita berbaju putih terlihat di depan tangga. Kuroko dengan sigap mengambil pot bunga di samping tangga yang cukup berat.
"Aida-san, mundurlah" pinta Kuroko, lalu ia menghantamkan keras-keras pot itu ke jendela dan.......
PRAAANNNNGGG!!!!!
Kuroko tanpa ragu menarik tangan Riko dan langsung meloncat dari lantai tersebut dan akhirnya mendarat sempurna di rumput. "Aida-san, ayo kita pergi dari sini!" titah Kuroko, Riko mengangguk lalu mereka berdua berlari menjauhi penginapan itu
Semenjak itu, Kuroko dan Rinne bersumpah tidak akan ke penginapan itu lagi, keesokan harinya, mereka menuju ke ITB melalui Jalan Bahrekusa, Riko melihat sang pria perban yang ia dan Kuroko temui di malam itu menyeringai menatap mereka seraya berdiri di jendela koridor lantai dua.
Tak lama kemudian, pria perban itu menghilang.
"Aya naon?" tanya Kuroko menoleh ke Riko yang sedari tadi melihat ke gedung penginapan tersebut, Riko menggeleng dan berkata, "Taya nanaon"
A/N: Bandung side merupakan sub-title buat Kuroko, Riko dll
YOU ARE READING
Kagami Urang Sumedang [ Kagami Drabble Collection ]
Short StoryKagami Taiga dan Momoi Satsuki urang sunda, kuliah di kampus Sumedang bersama dengan sahabatnya. Aomine, Nash, Mayuzumi, Takao dan Izuki. Mereka selalu menghadapi kesomplakkan dan kekocakkan. AU! University (juga AU macam-macam kayak Bandung side ju...