Selagi pikiran Yuuri dipenuhi tanda tanya, tahu-tahu waktu berlalu dengan cepat.
Celestino datang menjemput Yuuri dari tempatnya berdiri di koridor. Yuuri mengernyit saat melihat mantan pelatihnya itu. Seingatnya, Phicit tidak ditempatkan di Cup of China, jadi seharusnya tidak ada alasan untuk Celestino berada di sini. Namun ... apakah Viktor sudah merencanakan sejauh ini?
Yuuri menggigit bibir.
Bohong bila ia tidak merasa sakit melihat Viktor bersikap tidak acuh padanya. Namun Viktor tidak akan melakukan itu tanpa alasan. Yuuri masih meyakini bahwa Viktor punya alasan yang kuat.
Lagi-lagi Yuuri menebak ia telah melakukan sesuatu pada Viktor semalam. Sesuatu yang tidak ia sadari sampai-sampai Viktor berlaku demikian .... Dan, bila ia pikir-pikir lagi, bukankah sisi tempat tidurnya tadi terlalu rapi? Seakan-akan Viktor semalam tidak berada di sana. Jangan-jangan, saat Yuuri terlelap, Viktor memutuskan untuk pergi dan memanggil Celestino?
Tidak, bagaimana pun cepatnya Viktor menghubungi Celestino, tidak mungkin Celestino sampai secepat ini ke Beijing. Itu berarti, Viktor telah mengatur semuanya sebelum pertandingan dimulai kemarin.
Oh, tidak. Itu artinya kesalahan Yuuri bukan hanya semalam tapi jauh sebelum itu.
Yuuri membenamkan wajah di kedua tangannya. Mereka memang kerap bertengkar, tapi Yuuri sangat yakin kemarin Viktor masih berlaku biasa. Kenapa ia harus berpura-pura menyayangi Yuuri jika ia sudah merencanakan ini semua? Jika saja Viktor memberi tahu apa kesalahannya, Yuuri pasti akan meminta maaf pada Viktor. Namun ....
Namun, pertandingan. Ia harus menyelesaikan pertandingannya dulu. Kesalahan apa pun yang telah Yuuri lakukan, Viktor lebih tidak akan memaafkannya bila ia mengacaukan pertandingan.
Yuuri memejamkan matanya erat-erat. Tentu saja ... dirinya sendiri pun tidak akan bisa menerima bila ia tidak fokus pada pertandingan. Ia akan kembali pada dirinya yang dua tahun lalu. Sebelum ia bertemu Viktor.
Dan bila itu terjadi, bagaimana bisa ia menghadapi Viktor?
Yuuri teringat hal serupa yang pernah terjadi sebelumnya. Setelah bertengkar, Viktor pernah tiba-tiba menghilang dan tidak mengacuhkan pesan Yuuri. Namun itu terjadi di Hasetsu. Ke mana pun Viktor menghilang, selama ia masih di Hasetsu, Yuuri bisa menemukannya dengan mudah. Ya ... di tempat ini pun, selama Viktor masih ada di venue Cup of China, ia bisa menemukan Viktor ... setelah pertandingan.
Argh, tapi ia tidak habis pikir, bisa-bisanya Viktor melakukan ini di tengah kompetisi. Kesalahan yang Yuuri lakukan pastilah benar-benar bodoh. Di Hasetsu dulu, Viktor baru memaafkannya setelah dua hari. Sekarang ini ... entah berapa lama ia harus membujuk Viktor.
Apa pun itu ... ia harus fokus dulu pada pertandingan.
Dengan pikiran itu, Yuuri mengangkat tangannya untuk mencium cincin, ritual yang selalu ia lakukan sebelum bertanding. Namun, ia tersentak. Jari manisnya polos tanpa cincin.
Gawat. Apakah Yuuri menjatuhkannya ketika mencuci muka di wastafel? Jika Viktor tahu, ini akan semakin memperburuk keadaan. Namun, tidak ada gunanya Yuuri panik sekarang. Sehabis pertandingan, ia terpaksa harus segera kembali ke kamar dan memeriksa segala sudutnya untuk memastikan cincin itu tidak hilang.
Sekarang, ia benar-benar harus konsentrasi. Yuuri menarik napas dalam-dalam.
Celestino memberinya cengiran lebar.
"Sudah baikan? Kau kelihatan gugup sekali dari tadi," kata Celestino.
Yuuri tertawa kaku. Bagaimanapun, bila Viktor sampai meminta tolong pada Celestino untuk membantu Yuuri ... Celestino pasti tahu telah terjadi sesuatu antara dirinya dan Viktor. Setidaknya Celestino tidak mengungkit hal itu. Mantan pelatihnya selalu spontan mengatakan apa yang ada di pikirannya, tapi kadang-kadang ia tahu keadaan.
"Terima kasih ... erm, padahal kau tidak perlu melakukan ini," kata Yuuri.
Celestino tergelak dan menepuk-nepuk bahu Yuuri. "Tumben sekali kau berterima kasih padaku, Yuuri."
Yuuri menggaruk lehernya. "Ya ..., tanpamu aku benar-benar sendirian di sini."
"Kau habis makan apa? Sudah pasti, kan, aku ada bersamamu. Ayo-ayo," Celestino mendorong bahu Yuuri, "sudah waktunya kau ganti kostum."
Yuuri tidak punya pilihan lain selain mengikuti Celestino.
***
Yuuri baru benar-benar sadar ada sesuatu yang salah ketika ia berada di tengah es.
Tahun ini, harusnya Yuuri menggunakan lagu baru yang diaransemen kakak kelas Yuuri untuknya. Lagu long program-nya bertemakan rasa rindu terhadap kampung halaman—aransemen penuh nostalgia yang ia minta menggambarkan Hasetsu, tempat di mana rasa cintanya kepada keluarga dan teman-teman yang mendukungnya tertinggal.
Namun ... dentingan piano yang menggema di arena pertandingan, bukanlah lagu itu.
Piano Concerto in G 2nd Movement by Ravel, pembawa acara telah mengumumkannya tadi. Yuuri terpaku di posisinya, tahu pasti bahwa ia harus mengajukan protes bahwa lagu yang diputar adalah salah. Ia berbalik badan menghadap Celestino, dan—
Celestino tampak cemas, tapi Yuuri tahu betul apa isyarat tangan yang Celestino tujukan padanya.
Lanjutkan. Celestino kerap kali menggunakan isyarat itu untuk mendorong Yuuri yang mematung di atas es setelah terjatuh atau kehilangan tempo. Artinya ... artinya lagu ini tidak salah.
Alunan lagu terus melantun dan Yuuri masih saja terdiam. Ia harus melakukan sesuatu. Ia harus meluncur.
Yuuri memaksa kakinya melangkah, melakukan steps yang sangat tidak sesuai dengan lagu. Tubuhnya menolak untuk mengikuti perintahnya, dan semakin ia memaksa menari, semakin ia sadar seberapa buruk performanya. Yuuri mencoba melakukan camel spin meski gerakannya terpisah total dari alunan nada. Yang ia pikirkan hanyalah ia harus melalui ini. Ia harus bertahan hingga nada terakhir berbunyi. Triple axel dan triple lutz yang ia lakukan membuatnya mendarat dengan tangan menyentuh es, hingga akhirnya seluruh gerakan skating yang ia pelajari bertahun-tahun seakan menghilang dari benaknya.
Gerakan apa lagi yang harus ia lakukan? Bagaimana ia melakukannya? Ia terus menanyakan itu sementara kakinya hanya melucur layaknya pemula yang tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Hingga akhirnya, musik itu terhenti. Tidak ada tepukan dari bangku penonton.
"Yuuri!" Celestino memanggilnya dari tepi lapangan.
Yuuri memandangnya seakan ia adalah penyelamat, dan dengan tubuh yang entah bagaimana masih bisa ia gerakkan, ia menghampiri Celestino.
"Yuuri," Celestino membungkus pundak Yuuri dengan jaket dan menepuk lembut punggungnya. Tangan Yuuri bergetar dan ia mual. Celestino tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya terus menggiring Yuuri hingga mencapai Kiss and Cry. Yuuri didudukkan di sana sebelum Celestino mengambil tempat di sebelahnya.
Yuuri menggenggam erat ujung jaketnya dan pikirannya masih kacau. Di tengah-tengah itu, matanya menangkap sosok Viktor yang menyandarkan lengan pada reling, balik memandang Yuuri tanpa ekspresi.
Mendadak Yuuri nyaris tidak bisa menahan muntahnya. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, dan terus, terus bertanya dengan pandangannya pada Viktor.
Kenapa? Kenapa kau tidak ada di sisiku? Apa yang sesungguhnya terjadi?
Paha Yuuri ditepuk Celestino. "Yuuri, nilaimu."
Yuuri pun melepaskan pandangan dari Viktor dan melihat ke arah monitor. Dadanya serasa remuk dan perutnya bagai diremas.
Itu adalah nilai terburuknya sepanjang sejarah karirnya sebagai atlet profesional.
Celestino memeluk Yuuri dan ia juga yang menarik Yuuri hingga Yuuri berdiri. Air mata menggenang di pelupuk mata Yuuri dan ...
Ia membiarkan dirinya diantar Celestino kembali ke hotel tanpa menunggu hingga pertandingan selesai.
***
YOU ARE READING
Dream of Yesterday | Victor x Yuuri | Yuri!!! on Ice
Fiksi PenggemarSejauh ingatan Yuuri, hubungannya dengan Viktor baik-baik saja. Bahkan, mereka bermalam bersama sehari sebelum pertandingan Cup of China. Namun keesokan harinya, Yuuri terbangun dan menyadari Viktor tidak ada di sisinya. Tidak hanya itu, ternyata hu...