Prompt and Kink

407 42 3
                                    

Seharusnya Sehun tahu, menghadapi kekasihnya yang tengah mabuk cinta dengan buku-buku pelajaran tebalnya bukan perkara mudah. Terlebih ketika Luhan adalah seorang penuntut ilmu yang tekun, memiliki tingkat intelegensi berlebihan, tabiat yang tidak pernah mau kalah adu argumentasi, dengan kacamata hitam dengan bingkai bulat besar dan tebal.
Total nerd.

"Luhan.."

Untuk kesekian kalinya, Sehun berusaha memanggil Luhan dan membuatnya mengangkat wajah dari buku-buku sialan yang bahkan tidak dapat ia baca judulnya. Terkadang ia berpikir, diantara buku dan dirinya, mana yang lebih Luhan pilih.
Buku dan ilmu sialan.

"Luhan," hingga akhirnya gubrisan Luhan membuat Sehun menghampirinya. Memaksa si pemuda menatapnya dengan menarik buku tebal sialan itu dari wajah Luhan. "Apa tidak ada etika yang mengajarkan kalau orang memanggil namamu, maka kau harus menatapnya?"

"Oh—maaf Sehun, aku tidak mendengarmu—dan ada juga etika yang mengajari bahwa tidak sopan kan, menarik buku ketika seseorang tengah membacanya?"

"Tsk. Aku sudah pulang dari setengah jam yang lalu."

"Kemudian?"

"Mana ucapan selamat datangku?"

"Ah.. Welcome home Sehun, dear . Nah, kembalikan bukuku?"

Sehun mengernyitkan alisnya, lebih dalam dari kernyitan otomatis yang setiap hari ia kenakan. Sehun memandangnya, setengah gemas.

"Setelah pulang, aku capek—"

"Kalau capek, hal pertama yang perlu kau lakukan adalah menukar kemejamu—jangan lupa gantung jasmu dengan hanger di gantungan baju agar tidak kusut, kau meletakkannya di sofa Sehun,
please akan sulit menyetrikanya esok pagi—kemudian mandi, mungkin berendam dengan air hangat dan sedikit aromaterapi, kebetulan aku baru beli yang aroma Eucalyptus karena menurut riset dapat menolong ketika kau merasa letih, dapat menstimulasi pikiran dan membantu mengembalikan konsentrasi, ada di atas kulkas—lalu minum secangkir teh hangat—kusarankan ambil stok teh-ku yang Gingseng Siberia, itu teh sehat yang dapat membantu menghilangkan penatmu, lakukan sedikit stretching paling tidak peregangan badan, ganti pakaianmu dan tidur. Istirahat cukup 8 atau 9 jam sehari, Sehun, dan besok pagi kau pasti tidak akan capek lagi."

Bawel.

Ucapannya diselak. Ia lupa, Luhannya selalu bawel saat apa yang ia minta tidak segera dipenuhi.

"—dan kau tahu, anak pintar, ada kalanya saat seorang pria tengah capek, maka libidonya akan meningkat. Kau pernah baca teori itu?"

"Oh, teori testosterone ." Luhan mengerjap, membenarkan letak kacamata tebal tidak menariknya yang melorot.

"Ada 11 fakta tentang testosterone dan kelebihan libido itu. Seperti pernyataan kalau kelebihan testosterone berdampak pada kemurahan hati ; menyebabkan pria menjadi lebih egois?" Luhan menggelengkan kepala, menyodorkan tangannya dan kembali meminta.

"Nah, kendalikan testosterone-mu, Sehun, jangan egois dan mana bukuku?"

Sehun mengacak surai hitamnya, menahan gemas.

"Kupermudah. Aku horny, Luhan. Jadi tinggalkan bukumu dan ke ranjang. Sekarang."

"—tunggu, rasanya aku pernah baca tentang hubungan tubuh dalam kondisi lelah dan tingkat libido yang mening—uumpph!!!"

Sedetik sebelum Luhan memutuskan menjabarkan lebih banyak teori dan informasi soal libido dan Sehun mengunci bibir ranum itu dengan ciuman yang agresif. Setengah menabrak, lebih tepatnya.

"Mmmhhhh— "

Luhan sedikit meronta. Sehun yang postur tubuhnya lebih besar merasa di untungkan, dia berinisiatif untuk mendorongnya hingga ke posisi tidur. Yes, di lantai.

"S-–sehun— nnggh— "

Sehun menahan tubuh Luhan dengan tubuhnya. Sementara jemari-jemari terampilnya menarik sweater kebesaran Luhan yang tidak menarik keatas kepalanya. Display dada si pemuda yang sedikit bidang dan mulus barulah menarik, karena Sehun menyudahi permainan lidahnya untuk melarikan sedikit seringai di wajahnya. Setelah satu menit lebih pergulatan.

"—nhhh, k-kau tahu.." Luhan terengah, rona merah malu-malu timbul di kedua pipinya.

"Ha—ahh, ada pertukaran air liur yang mengandung berbagai zat—lemak, garam mineral, protein— ketika kita berciuman, dan itu tidak terdengar begitu sehat.."

"Ya, tapi satu menit ciuman dapat membakar sebanyak 25 kalori. Kau jarang olahraga dan ciuman bisa jadi olahraga buat kesehatanmu."

Mulut yang basah dengan jejak saliva itu baru saja ingin mengeluarkan pernyataan lain, saat Sehun mencumbunya kembali. Melanjutkan pekerjaannya menelanjangi tubuh Luhan dan berhasil membopongnya ke kamar tidur.

.
.
.

Luhan menubruk ranjang empuk mereka dengan erangan 'omphh' pelan. Kakinya gemetar dan sekujur badannya terasa lemah, ia tak pernah kuasa menerima cumbuan agresif Sehun yang dapat membuatnya merasa seperti jelly. Entah metode macam apa yang diterapkan Sehun padanya, sehingga ia menjadi seperti ini. Sementara dua obsidian itu menatapnya selayaknya singa menatap mangsanya, Sehun merogoh kotak kondom di dalam laci meja. Ia kembali mengernyitkan alis saat mendapati isinya kosong.

"Tsk, kondomnya habis."

Luhan menatapnya dengan setengah berharap, bahwa Sehun tidak akan melanjutkan aktifitas ranjang mereka dan ia dapat menyelesaikan bukunya. Oh please, dia mahasiswa dan buku itu merupakan tugasnya untuk besok. Tapi, Luhan boleh berharap, Sehunlah yang menentukan.

Si jangkung merangkak naik ke atas ranjang, setelah melempar seluruh sisa pakaian yang menutupi tubuh atletisnya begitu saja. Luhan menegak ludah, berusaha tidak terbawa suasana—meskipun ia harus akui, tubuhnya sendiri tengah melolong minta disentuh—dan mendapati sentuhan Sehun di paha telanjangnya sudah cukup membuat Luhan merinding.

"Sampai dimana tadi.."

"Tapi kondomnya h-habis, Sehun.." wajah itu kembali diterpa rona merah, malu-malu yang semakin lama semakin terlihat jelas.

"Fine then. Tidak usah pakai kondom."

"H-hey aku tahu kau pasti negatif tapi kondom mencegah STD termasuk HIV/AIDS, Sehun, itu untuk keamanan—"

"Kondom juga bisa bocor, Luhan, apalagi kalau kau memberiku blowjob dan mengigitnya. Kau buruk dalam melakukannya, kau tahu?"

"A-APA a-a-aku tidak pernah mengigitmu sampai k-kondomnya bocor!!!! L-lagipula kondom bisa mencegah gonorrhea, chlamydia, trichomoniasis, kehamilan dan—oh tunggu aku tidak mungkin hamil tapi.. Tapi—"

Sehun mengeluarkan tawa sarkasnya, merasa senang karena Luhan tidak akan pernah menang adu argumentasi dengannya. Tidak saat mereka di ranjang dan Sehun dapat berulang kali membuat Luhan si kutu buku yang serba tahu menjadi gagap dan malu.

"Hah! Tambahkan dalam tambahan informasimu, seks tanpa kondom itu baik bagi kesehatan mental dan membuatmu lebih waras."

Tapi Sehun tidak menambahkan 'menurut psikolog Skotlandia' karena Luhan pasti akan berusaha mengubahnya.

"Tapi—"

"Luhan, aku menyukai intelegensimu, tapi tidak saat di ranjang. Akui saja kalau tanpa kondom, kau bisa lebih terangsang dan merasa kenikmatan yang lebih, kan? Jadi no condom. Titik."

Dan ultimatum 'titik' dari Sehun membuat wajah Luhan merona sempurna. Ia toh tidak bisa memungkiri, kalau olah vokalnya diatas ranjang menjadi lebih sensual dan permainan ranjang mereka akan lebih lama, saat Sehun tidak mengenakan kondom. Sentuhan kulit bertemu kulit, organ bertemu organ secara langsung tanpa penghalang selalu berhasil membuat Luhan berteriak dengan gairah penuh.

Oh bagaimana dengan tugas kampusnya? Jelas terlupakan begitu saja.

Sehun, seks, tanpa kondom, dan Luhan berani jamin kakinya tidak akan cukup kuat untuk berjalan keesokan harinya.

.
.
FIN

kumpulan Drabble Hun - HanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang