Bab 6

22.7K 2.1K 96
                                    

'

Bab 6

Aku terbangun saat merasakan hawa dingin menerpa pundak telanjangku. Sebuah lengan masih setia memelukku dari belakang, berada tepat di bawah dadaku. Itu lengan Nick. Dia masih tertidur pulas, napasnya terasa hangat pada tengkuk leherku, dan dadanya terasa panas, menghangatkan tubuhku.

Aku menggeliat, hingga membuatnya mengeratkan pelukan. Kucari telapak tangan Nick, kemudian kubawa telapak tangan besar itu pada perutku. Kuusapkan di sana, dan rasanya sangat nyaman.

Ini adalah pertama kalinya Nick menyentuh perutku, menyentuh bayi kami, meski aku yang menyentuhkannya. Dia tidak pernah ingin mengakui keberadaan bayi kami. Bahkan tadi malam, saat kami bercinta, dia seakan mengingkari keberadaannya. Sebegitu beratnyakah mengakui keberadaannya?

"Apa yang kau lakukan?" suara serak Nick menghentikan pergerakanku.

"Kau sudah bangun?"

"Ya, sejak tadi."

"Uum, maaf." Hanya itu yang kuucapkan, entah aku meminta maaf untuk apa, aku sendiri tidak tahu. "Uum, aku, aku hanya ingin kau menyentuhnya." Tambahku lagi dengan nada lirih.

Ya, aku hanya ingin Nick menyentuhnya, agar dia tahu bahwa dia juga di inginkan, bahwa aku sangat menginginkan melahirkannya dan merawatnya hingga tumbuh besar.

"Siapa?"

"Apa?" aku tidak mengerti apa yang di tanyakan oleh Nick.

"Namanya, apa kau sudah memberi nama?"

Aku menggeleng pelan. "Aku bahkan belum mengetahui jenis kelaminnya, jadi, aku belum bisa menamainya."

"Kau tidak memeriksakannya?"

Aku hanya menggeleng. "Aku tidak sempat." Hanya itu jawabanku.

Nick terdiam cukup lama, seakan tidak ingin menanggapi pernyataanku.

"Apa aku boleh menamainya?"

Aku menolehkan kepalaku pada Nick seketika. Apa dia sedang bercanda? Dia sudah bangun sepenuhnya dari tidurnya, kan? Kenapa dia memperlakukanku seperti ini?

"Kalau tidak boleh, bukan masalah, aku hanya-"

"Aku senang jika kau yang menamainya." potongku cepat.

"Andrea, panggil saja dengan nama itu."

"Kenapa Andrea?"

"Namanya bisa di gunakan laki-laki atau perempuan, bukankah kau belum mengetahui jenis kelaminya?"

Aku menganggukan kepalaku. "Uum, apa aku boleh menambahkan nama Alexander di belakangnya?"

"Terserah kau saja."

Aku sedih karena Nick tampak tidak suka dengan apa yang kuinginkan. Dan aku memilih mengakhiri percakapan kami. Kupikir, aku akan menambahkan nama belakangku saja pada nama bayiku nanti. Setidaknya, nama depannya adalah nama pemberian ayahnya. Mengingat itu aku kembali tersenyum.

"Kau tidak ingin bangun?"

Aku menggeleng pelan. "Aku masih lelah."

"Baiklah, tidur saja lagi, aku akan bangun dan mencarikan sarapan untukmu."

"Uum, boleh aku meminta sesuatu?"

"Apa?"

"Aku ingin makanan kaleng yang kau masak seperti malam itu."

"Apa?" Nick tampak terkejut dengan keinginanku. "Kau tidak salah?"

"Apa yang salah? Aku hanya ingin makan itu."

SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang