Bab 4

12.1K 1.9K 59
                                    



"Jangan pergi." ucapku tanpa bisa kutahan.

Nick membatu karena ulahku, tubuhnya kaku dan beku, seakan tak percaya dengan apa yang kulakukan saat ini. Ya, bahkan aku sendiri saja tidak percaya dengan apa yang kulakukan saat ini. Aku begitu berani, begitu bodoh. Kenapa aku melakukan hal ini? Dan satu-satunya jawaban kini menari-nari dalam kepalaku.

Aku tidak ingin dia pergi meninggalkanku.

***

Bab 4

"Apa yang kau lakukan?" Suara Nick terdengar seperti sebuah desisan. Tapi tubuhnya masih membatu tanpa pergerakan sedikitpun.

Aku mengeratkan pelukanku. "Aku hanya ingin supaya kau tidak pergi."

Nick mencoba melepaskan pelukan tanganku, tapi aku enggan melepaskannya. "Jangan membuatku sulit."

"Aku tidak pernah membuatmu sulit."

"Dengan seperti ini, kau membuatku sulit." lirihnya.

"Nick, aku hanya takut di tinggal di sini sendiri, aku takut tidur di sini sendiri." Aku kembali merengek.

Kudengar, Nick menghela napas panjang. "Oke, aku akan menemanimu sampai kau tertidur, tapi aku harus pulang."

Aku melepaskan pelukanku, Nick kemudian membalikkan tubuhnya hingga menatap ke arahku. Sedangkan yang kulakukan hanya kembali menundukkan kepalaku. Entahlah, kini, aku selalu merasa gugup dan canggung saat lelaki ini berada di dekatku.

"Apa yang terjadi denganmu? Kau berubah menjadi wanita manja." ucapnya pelan.

Aku mengangkat wajahku seketika hingga mataku bertemu tepat pada matanya. "Aku sendiri tidak tahu, aku seperti tidak mengenali diriku sendiri."

"Lupakan saja, ayo, kutemani kau hingga tertidur."

Nick kemudian berjalan di depanku menuju ke arah kamarku, sedangkan aku hanya dapat tersenyum menatap ke arah punggung lebarnya yang sudah semakin menjauh. Jantungku kembali berdegup kencang seakan ingin meledak. Oh, aku tahu perasaan apa ini, aku mengerti apa yang sedang kurasakan pada Nick karena dulu aku juga merasakan perasaan ii pada Ethan.

Tuhan, kenapa jadi seperti ini?

***

Esoknya, aku terbangun sendiri. Ya, tentu saja, Nick sudah tidak ada. Mungkin dia sudah pulang semalam, aku sendiri tidak tahu.

Nick benar-benar menemaniku tadi malam hingga aku tertidur pulas. Tapi bukan menemani tidur di sebelahku, melainkan menemani duduk di kursi sebelah ranjang yang kutiduri. Dia hanya diam, menatap ke arahku yang mencoba memejamkan mata, tapi sedikit sulit. Hingga aku memaksa mataku menutup rapat-rapat dan mulai tertidur pulas sampai pagi ini.

Setelah mandi, aku bergegas ke arah dapur. Lagi-lagi aku bingung akan membuat sarapan apa. Tapi saat sampai di meja dapur, aku melihat sudah ada beberapa masakan di sana.

"Sarapan pagimu. Habiskan"

-Nick-

Aku tersenyum membaca pesan singkat itu. Kuusap lembut perutku, setidaknya Nick sedikit perhatian padaku. Akhirnya aku memakan masakannya hingga habis dan aku kekenyangan.

Setelah sarapan, aku meraih telepon apartemen Nick, memencet tombol dan menghubunginya. Ya, aku ingin mendengar suaranya. Entahlah, rasanya aku selalu merindukannya, apa ini ada hubungannya dengan kehamilanku? Mungkin saja.

SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang