#8:matahari

144 16 2
                                    

♥♡♥♡
Sekarang,ini hari ketiga aku berada dirumahnya. Kupandangi salju diluar sana. Sedikit mulai mencair dan hari ini terasa hangat. Cuaca yang hangat ini ternyata tidak bisa mencairkan hati yang telah beku ini. Hati yang membeku oleh ulahmu. Tak apa, aku baik-baik saja soal itu. Namun...

Aku masih memikirkan,apa yang kumimpikan saat pertama kali kudisini?

♥♡♥♡

"Tenang saja nee-chan. Aku baik-baik saja"

"Baiklah,bagaimana dengan kucingnya"

"Ya,dia makan teratur kok. Tapi,ada yang janggal dari sifatnya"

"Apanya?"

"Sifatnya seperti manusia"

"Hahaha.... kau bercanda?"

"Tidak neechan. Aku tidak bercanda. Dia itu pemilih. Saat makanpun ia hanya memakan makananku. Saat di beri makan kucing yang biasa ku berikan pada Taka,ia langsung menendang mangkuk kucing dan mengeong dengan keras"

"Mungkin ia pemilih,Naru. Cobalah untuk memahaminya"

"Baiklah"

"Jaa naa"

"Jaa"

Klik

Telepon terputus,Naruto menggadahkan kepalanya ke atas. Pandangannya menerawang jauh di atas langit malam yang kelam dengan awan cumulus yang mengumpal.

"Bukan seperti itu. Ini berbeda. Dia berbeda,neesan"

"Ah,aku belum memberikan makan pada Hiko. Ia pasti mengeong keras lagi nanti"

Naruto berjalan menelusuri gang sempit yang di kelilingi salju yang menumpuk menuju kediamannya.

♥♡♥♡

Dia lama.

Katanya sebentar,ayolah ini sudah setengah jam ia pergi.

Aku terus menunggunya pulang membawa makanan untukku. Tapi,ia selalu lama. Belum lagi menunggunya menyiapkan makanan. Huh,lamanya~

Eh?

Jendelanya tadi terbuka sendiri.

Akupun langsung melompat, hendak menutup jendela yang dibuka ke arah dalam itu.

Namun...

"Yo,Hinata. Sepertinya kau betah dengan majikanmu,nyan~"

Kupandangi dia lekat. Ia yang mengubahku menjadi seekor kucing. Namun, aku tak tahu tujuannya menyihirku. Kesempatan yang bagus ia ada disini.

"Kenapa kau kemari?"

"Hanya memastikan. Kau ternyata baik-baik saja,nyan. Kalau begitu, aku akan kembali ke alamku saja.Jaa~"

"Tunggu?!"

Dasar,seenaknya saja dia. Benar-benar menyebalkan. Kuhembuskan nafas ku keras hingga terdengar suara 'huff' yang lumayan keras. Lupakan sajalah, yang terpenting perutku lapar sekali~

Dia belum pulang juga. Huh, apa yang di pekarangan itu? Warna kuning cerah itu...

Bunga matahari,kah?

Aku melompat keluar jendela. Sekarang aku sudah biasa dengan tubuh kucing ini. Setidaknya aku harus beradaptasi,kan?. Kupandangi bunga itu. Ah, mengingatkanku pada peristiwa itu. Pada saat itu, aku sedang terbaring diranjang rumah sakit. Kulihat ada bunga matahari diatas nakas,kata tou-sama itu dari Toneri-ku...

Ah,sial. Kenapa selalu ke pria itu lagi. Ayolah, Hinata. Lupakan saja dia. Dia pasti sedang 'bermain-main' dengan 'gadis itu'.

"Woy,Hiko. Kalau mau buang air jangan disitu!!!"

"SIAPA YANG MAU BUANG AIR, BAKA!!!"

Dengan kesal ku maki dia. Meski dia hanya menganggap itu hanyalah meogan.

"Kau tahu, bunga itu sangat berharga"

Ia berjalan kearah ku, iya dia. Uzumaki Naruto. Mantan orang pernah kubully di sekolah. Tak kusangka, ialah yang menjadi majikanku sekarang. Sungguh ironis. Sampai dihadapan ku, ia berjongkok lalu mengelus kepalaku. Ah, entah mengapa tangan itu selalu terasa hangat dan begitu nyaman. Eh, perasaan apa ini?!

"Bunga matahari ini awalnya ada empat. Tapi, aku memberikan dua bunga itu pada makam tou-chan dan kaa-chan. Dan satu lagi ku berikan pada seseorang."

Seseorang?siapa? Kenapa air mukamu sesuram itu? Apa yang terjadi? Ayo ceritakan pada- are , ada apa dengan ku?

"Ah, sudahlah. Aku lapar ayo kita kedalam,Hiko"

Ia berjalan menuju kedepan pintu sambil membawa kantong plastik. Dan aku mematung disini. Entah apa yang terjadi, melihat mimik muka yang suram itu. Aku menjadi...

Khawatir.

Chikkuso, aku lapar. Tunggulah aku Naruto...

-Kun

♥♡♥♡

"Hatimu selalu polos,Hinata-sama. Tak heran kau mudah terpengaruh oleh si Toneri itu. Hatimu itu bagai air bening, akan mengikuti benda yang menampungmu. Apakah kau mampu membedakan mana wadah yang bersih dan mana yang kotor, nyan~"

♥♡♥♡

Entah yang kurasakan ini benar atau tidak. Namun perlahan hati yang membeku ini mulai terasa hangat.

Olehmu, Watashi no taiyou.



TBC

Neko In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang