Chapter 1

6.5K 616 78
                                    

Happy Reading!

-0-0-0-

NAMANYA Geran Geffrio. Iya, komandan pasukan pengibar bendera yang digila-gilai hampir separuh siswi di sekolah. Sayang aja sifatnya galak, suka banget melotot.

Walaupun begitu, gak mengurangi tingkat ketampanannya. Justru, semakin tampan. Apa lagi jika Geran dibalut kostum Paskibra, berdiri di tengah lapangan, memimpin pasukan dengan suara berat khasnya. Rasanya aku ingin guling-gulingan saat itu juga.

"Ran, latihan lagi!" kata Kang Acho, pelatih kami.

Ah, ini yang aku tunggu-tunggu! Melihat Geran memimpin pasukan adalah hal yang paling aku suka.

"Dalam hitungan tiga semuanya udah harus ada di lapangan, SATU!"

Aku refleks melotot, buru-buru aku melempar cermin yang aku genggam dan berlari kencang menyusul teman-temanku yang hampir tiba di lapangan.

"DUA!"

Sial, ini yang aku tidak suka dari Geran. Apa tidak bisa ia memberi waktu sedikit lebih lama?

"TIGA!"

Oh sukurlah, aku tiba tepat waktu. Kali ini, aku bisa lolos dari omelan Geran, semoga.

"Chika!"

Oh Tuhan, apa lagi salah Chika yang cantik jelita?

"Siap!" Aku segera berdiri tegap dan memusatkan pandanganku ke depan, lurus menatap tiang yang jaraknya sekitar lima meter dariku.

"Sepatu lo di mana?"

Wajar kah jika dengan mendengar suara super datar Geran hatiku jadi ser-seran? Jika tidak, tolong beri tau aku, apa nama penyakit yang sekarang sedang menyerangku?

Jempol kakiku bergerak, memastikan bahwa memang sepatuku tidak ada di bawah sana. Dan benar saja, jempol kaki kananku bisa merasakan butiran pasir yang kasar. Mataku melirik ke arah jalur yang satu menit lalu aku lalui untuk berlari. Dan sial, sepatuku yang sebelah kanan tertinggal.  Bodohnya aku sama sekali tidak merasakan jika sepatuku terlepas saat berlari!


Takut-takut, aku kembali melirik ke arah Geran. Ku lihat ia melempar tatapan tajam yang lagi-lagi membuat aku ser-seran. "Hitungan limabelas lo udah baris dengan sepatu yang lengkap!"

Aku melongo. Apa Geran gila? Sepatuku itu berjarak cukup jauh dariku. Butuh waktu beberapa detik untuk berlari ke sana. Lalu mengenakannya. Mengikat tali sepatunya. Lalu kembali masuk ke dalam barisan. Dan Geran hanya memberi aku waktu limabelas detik?

"SATU!"

Dia benar-benar gila, sungguh!

Dengan gerakan super cepat, aku berlari. Mengenakan sepatuku dengan tergesa-gesa dan jantung yang berdebar kuat karena waktu yang Geran berikan semakin menipis.

Aku kembali berlari untuk bergabung ke dalam barisan, sementara Geran masih setia berhitung. Dan hitungannya sudah memasuki angka duapuluh tujuh.

Oh Chika, siap-siaplah menahan bibirmu untuk tidak mengeluarkam perkataan memalukan lagi.

"Duapuluh sembilan."

Aku menggigit bibir dalam, jaga-jaga agar tidak berkomentar. Karena itu semakin memperburuk keadaan. Membuat aku semakin melenceng dari rencana awalku masuk Paskibra; ingin dekat dengan Geran.

"Gue ngasih lo waktu limabelas detik, bukan duapuluh sembilan, Chika."

Oh sial, wajah datarnya itu membuatku ingin menjerit. Apa daya aku hanya bisa menahan senyum dengan mengigit bibir dalam.

"Gue gak lagi bercanda, jangan senyum-senyum!"

Apa aku gila jika aku suka melihatnya melotot? Ya, sepertinya aku gila.

"Ganteng banget sih lo Kak...," 

See? Bibirku ini berbahaya! Aku selalu asal nyeplos setiap berbicara, tidak pernah bisa aku saring. Intinya, apa yang ada di kepala, aku keluarkan tanpa sadar sepenuhnya.

Ketika sadar akan ketololanku, dengan gerakan spontan aku menutup bibirku rapat saat melihat raut wajah Geran yang berubah drastis. Detik berikutnya, tatapan Geran menajam, lalu mendengus keras. Mengusap wajahnya yang membuatku meringis. Jika wajah tampannya itu rusak bagaimana? Dia terlalu kencang mengusap wajahnya, sungguh.

"Turun!"

-0-0-0-

Hallo!

Pertama kalinya aku bikin Short story. Semoga gak aneh ya.

Baydewey, sudut pandang cerita ini bakal berbeda disetiap chapter. Kalo chapter ini, pake sudut pandang Chika. Dan dichapter selanjutnya bakal pake sudut pandang Geran. Begitu terus sampe tamat. Yah ... semoga, hehehe.

See you soon!

Love, Vanillopa.

geran & chika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang