Chapter 12

1.8K 292 15
                                    

Happy Reading!

-0-0-0-


RASANYA badan gue pengin meledak saat melihat Chika berbincang akrab dengan Rendi dari subuh tadi, saat kita semua masih prepare di sekolah. Bahkan sampai tiba di lokasi perlombaan mereka masih asik berbincang. Gue sampe dibuat bertanya-tanya, apasih yang mereka obrolin sampe segitu serunya? Apa mereka gak bosen berdua terus dari tadi?

Oke, harus gue akuin, Chika itu pribadi yang asik sebenernya. Tapi apa iya mereka bisa lupa sama sekitar, seolah dunia ini cuma ada mereka berdua? Yang lebih menjengkelkan adalah; kenapa gue gak suka ngeliat kedekatan mereka? Ayolah, gue gak mungkin terus-terusan kesel sama temen deket gue sendiri cuma karena cewek setengah waras sejenis Chika.

"Geran!"

Sialan, Kak Meta kenapa harus semenyeramkan itu sih? Kepalanya menyembul dari balik pintu dengan mata melotot lebar, lengkap dengan mata panda. "Apa sih Kak?" Bodohnya, gue berujar ketus. Ini semua gara-gara Chika, titik.

"Kok lo yang nyolot?!" Gue menghela napas.

"Apa?"

"Keluar!" Gue berdecak, niat gue di sini itu pengin ngadem, panas di luar. Padahal masih pagi. Setengah mau, gue segera keluar, nurutin kemauan Ndoro ayu besar.

"Sepuluh menit lagi tampil, lo malah ngerem di situ. Yang laen udah pada siap, lo nya begitu. Danton macem apa lo?! Gak guna amat!" Gue meringis, tangan gue gatel pengin nyumpel mulut toa Kak Meta. Sayangnya dia itu singa. Gue bisa dimamam hidup-hidup di sini.

"Kak, pelanin dikit, malu kali." Serius, gue udah berusaha keras supaya intonasi gue lembut, tapi ini Kak Meta, gimanapun intonasi yang gue pake, dia tetep singa!

"Gue malu-maluin, iya?!" Gue meringis lagi. Pengen banget gue teriakin di depan mukanya kalo dia mengundang berbagai macam tatapan tertuju ke arah gue.

Oh Tuhan, beri Geran kesabaran.

-0-0-0-

K

urang dari dua menit lagi kami tampil. Sekarang, gue dan pasukan udah siap berbaris rapi menunggu giliran. Serius, gue harus tenang. Tapi suara Rendi yang masih aja ganggu Chika, merusak ketenangan gue. Bahkan di saat Chika harus fokus, Rendi masih nyosor? Ada apa sih sama Rendi? Kenapa dia jadi super alay gini? Lagian kemana sih perginya alumni dan senior lain? Kenapa gak ada yang larang Rendi?

Karena gak tahan, gue terpaksa menoleh, "Rendi!" Serius, gue gak bermaksud ngeluarin suara segitu toanya. Tapi kenapa sekarang tatapan semua orang menyorotkan keterkejutan? Gue jadi kikuk sendiri.

"Eh, iya iya, sorry." Refleks, gue mendengus keras. Ya, gue emang jahat, mengacaukan acara PDKT temen deket gue sendiri. Tapi salah dia juga, harusnya tau situasi.

Jujur aja, gue belum pernah segini keselnya liat cewek yang gue suka dideketin cowok lain. Lebay banget, dan gue gak suka. Dulu, pas gue naksir Gita, gue santai aja dia deket-deket sama Reynaldi. Bahkan, pas Gita nangis di bis waktu studytour ke Jogja gara-gara Reynaldi, gue biasa aja. Padahal, dia curhatnya ke gue. Miris sih kalo di inget-inget, tapi bodo amatlah. Toh, saat itu gak ada yang tau kalo posisi gue lagi naksir Gita.

Apa iya, naksir cewek itu berpengaruh ke sifat gue? Chika alay, dan gue sekarang jadi lebay. Klop banget.

-0-0-0-

Hallo!

Karakter Geran sama Chika bikin aku kesel sendiri, aneh. Wkwkwk.

Love, Vanillopa

geran & chika Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang