Sejak mengetahui jika ibunya ternyata menderita bronkitis, Sena mendadak banyak pikiran. Dia mulai pusing memikirkan banyak hal, yang sebenarnya tidak seharusnya dia pikirkan. Tapi jika ia tidak memikirkannya, maka dia akan menyalahkan dirinya sendiri sebagai anak yang tidak berguna.
Baru saja setelah pulang dari rumah sakit, pembantunya memberitahu jika pihak pembangkit listrik baru saja datang untuk memberikan peringatan.
Listrik di rumahnya akan diputus sementara jika mereka tidak membayar tagihannya besok.
Itulah kenapa Sena menjadi stress sendiri.
Dia tidak tega membiarkan ibunya yang tengah sakit bronkitis kronis menanggung beban itu sendirian. Terlebih ibunya sendiri berulang kali bilang, "eomma tidak punya cukup uang". Ah ... makin penat sudah isi kepala gadis bermarga Oh itu.
Dia memutar otak bagaimana caranya mendapatkan uang sejumlah 250ribu won dalam sehari. Sudah pasti itu mustahil. Apalagi dia tidak punya pekerjaan dan tabungannya juga sangat-sangat terbatas.
Sena ingin sekali menyerah.
Malas memikirkan ayahnya yang tidak pernah mau mengambil tanggung jawab dalam hal bayar membayar. Sena jengah. Sena tak mau lagi memikirkan pria itu.
Sungguh tragis hidup seorang gadis yang sebulan lagi akan menginjak usia 19 tahun ini. Kehidupan ini terlalu sulit untuknya.
Saat yang seharusnya dipakai untuk bersenang-senang dengan teman, mencari pengalaman baru di luar sana, ternyata harus dihadapkan dengan permasalahan seperti ini.
Sena butuh teman.
Satu saja. Sebagai obat penawar rasa lelahnya untuk hari ini.
Dan dari sekian obat penawar, dia memilih satu orang.
Min Yoongi.
Kawan yang tidak bisa dibilang bestfriend, tapi bukan juga kawan asal kawan.
Ia jatuh cinta pada lelaki Min itu, dulu, saat masih SMA. Dan mungkin perasaan itu terus berlanjut hingga sekarang. Buktinya dia selalu berlari pada lelaki itu tiap kali dia stress. Sama sekali tidak punya malu untuk ukuran gadis yang pernah menyatakan perasaannya melalui surat pada seorang pria.
Dia pun mencari kontak Min Yoongi di ponselnya. Dan begitu dapat, langsung ditelepon.
"Hm?" Khas Min Yoongi. Bukannya 'yeoboseyo' tapi deheman tidak jelas seperti orang yang baru bangun tidur.
Sena menghela napas. "Bogoshipda. Ayo bertemu di Sungai Han."
"Wae?"
"Bogoshipda," ulang Sena dengan suara agak serak. Ia sedang berusaha menahan tangis.
"Arasseo. Limabelas menit lagi."
"Hm."
Dan sambungan pun putus detik itu juga.
Sena yang sejak tadi hanya duduk di depan laptop, mencari lowongan kerja tapi tidak ketemu-ketemu karena salah satu kelemahannya yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik, akhirnya segera beranjak untuk siap bertemu Min Yoongi. Suara batuk-batuk ibunya dari kamar sebelah terus membuat hatinya sakit.
Dia ingin segera menemui Min Yoongi.
Setelah siap, dia pun mendatangi kamar ibunya sambil membawa termos berisi air hangat.
"Eomma...." Ia menjeda ucapannya karena ibunya batuk lagi. Kemudian dia mendekat sambil memberikan termos tersebut. Setelah ibunya meminum air hangat itu, dia melanjutkan ucapannya. "Aku akan keluar sebentar. Hanya setengah jam. Tidak apa-apa 'kan? Ada Daehun di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Walk Alone [BTS]
Fanfictionsekumpulan cerita pendek dengan main cast utama member BTS. Daftar isi: 1. Bad Things [Park Jimin ft Park Chanyeol] 2. Lonely Whale [Kim Taehyung ft Jeon Somi] 3. Treat You Better [Jung Hoseok] 4. Give Me Your Headband [Kim Tae...