Bagian 14 : Jebakan Manis

5.5K 758 13
                                    


"Turun Kian.. Sampai kapan kamu mau terus nempel?" tanya Tangguh pada Georgia yang sudah hampir seperempat jam membenamkan wajahnya pada leher pria itu. Georgia merasa malu, terlebih karena ciuman mereka tadi sangat sempurna sehingga membuat lutut Georgia lemas tak bisa berdiri tegak.

"I miss you, Paul.." bisik Georgia sambil menggosok-gosok hidungnya di pundak pria itu, masih belum siap untuk menatap wajah Tangguh. Mungkin inilah alasan Georgia selalu merasa kurang puas dengan setiap hubungan yang dijalaninya.

Ia pernah merasakan perasaan hebat bersama Paul, dan kini perasaan itu telah berubah menjadi semakin dalam saat bersama Tangguh. Semua hubungan yang terasa dangkal, sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang telah mereka miliki. Atau begitulah anggapan Georgia.

"Aku lebih suka kau memanggilku Ta-ta" kata Tangguh sambil mengusap rambut panjang Georgia di bagian punggungnya.

"Kenapa?" tanya Georgia masih betah menghirup aroma leher pria itu.

"Karena Paul hanyalah seorang bocah ingusan yang baru mengalami mimpi basah. Dia masih belajar ciuman"

"Kalau Ta-ta?"

"Ta-ta telah 3 kali menolak gadis cantik keras kepala, tapi malah mendapatkan sebuah ciuman purrrrfeeect darinya.." Tangguh menggeser tubuh mereka bersandar di kepala ranjang.

"Kau masih mencintaiku?" tanya Georgia masih sangat yakin pria itu akan menjawab 'selalu'.

"Tidak" jawabnya tanpa berpikir.

"Kau bohong?" Georgia mundur untuk melihat apapun yang mengindikasikan kalau Tangguh berbohong. Tapi wajah itu begitu yakin, rasa takut mulai membayang Georgia. Ia merasa tidak bisa apa-apa jika Tangguh tidak lagi memiliki perasaan untuknya.

"Tidak Kiandra.. Aku salah.. Dulu aku hanya menyukaimu karena kau menyenangkan.." Georgia cemberut.

"Sekarang?"

"Aku menyukaimu karena kau seksi.." lalu Georgia melihat kilatan jahil itu menari-nari di mata Tangguh. Pria itu sedang mengerjainya.

"Kurang ajar!" Georgia memencet dahi Tangguh kuat-kuat hingga membuat pria itu meringis.

Georgia tertawa dan Tangguh terpesona, bibir pria itu menangkap tawanya sehingga gadis itu tersenyum di bibirnya.

"Kau mencintaiku?" tanya Tangguh di mulut Georgia.

"Tidak" jawab Georgia melepas tautan bibir mereka.

"Tidak?" tanya Tangguh, Georgia dengan yakin menggeleng.

"Lalu kenapa kita berciuman?"

"Karena teman berciuman" Georgia tersenyum makin lebar.

"Hmm.. Kamu tahu kan lagi duduk di mana?"

"Aku tahu Ta-ta, kau pikir aku sepolos apa?"

"Lalu kenapa kamu gak mau beranjak? Kamu sengaja menggodaku ya?" Georgia memutar matanya.

"Memangnya kau sudah sampai -di satu titik di mana kau mau melakukannya-?" cibir Georgia meniru ucapan serius Tangguh beberapa jam yang lalu.

"Tentu saja sayang.. Kau.. menduduki titiknya" lalu mereka bersitatap membuat situasi memanas. Wajah Tangguh mendekat ke arah nadi yang berdenyut di leher Georgia.

"Iiyyuhhh... Si kunyuk kegatelan.. " kata Kirana dari arah pintu kamar. Sebenarnya Kirana sudah cukup lama berdiri menunggu pasangan hot itu berhenti saling menggoda, tapi sepertinya sampai jadi batupun mereka tidak akan berhenti.

"Kiran.. Cintaku.. Maafkan aku.. Abang khilaf.. " goda Tangguh.

"Wew, masih berani ya godain aku. Padahal udah ada cewek yang nemplok!" seakan tersadar dari posisinya Georgia buru-buru bangkit. Tangguh menepuk tempat kosong di sampingnya, menyuruh Georgia duduk di sana. Kirana menghampiri mereka di sisi ranjang.

Sang Pemilik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang