Chapter 10

134 10 0
                                    

            Kali ini aku berjalan, kambali pulang ke rumahku sendiri. Kubuka pintu dan kudapati rumahku yang kosong tidak berpenghuni. Sudah kuduga, kakak masih belum pulang. Aku duduk di kursi yang ada di ruangan itu sambil berpikir. Tawaran sang detektif itu terus terngiang di dalam kepalaku. Apa yang sebenarnya harus aku lakukan? Haruskah aku memberitahukannya soal kakakku? Tapi apa benar kakakku pelakunya? Kepalaku sakit. Aku terlalu banyak memikirkan hal yang tidak-tidak.

           Aku terus memangku tangan sampai aku mendengar ketukan pintu. Aku berdiri, membuka pintu rumah dan kudapati orang yang sedang kupikirkan itu berdiri di hadapanku.

   "Halo." kata detektif itu sambil melambaikan tangan. "Apa maumu datang kemari?" jawabku langsung. Dia membalas, "Ayolah, nona. Jangan terlalu kasar kepada orang lain. Maksud kedatanganku kemari adalah untuk mengundangmu." mendengar kalimat itu aku langsung berkata, "Mengundangku? Untuk apa? Ke mana?" tapi dia dengan cepat menggenggam tanganku dan membawaku pergi. "Kamu akan tahu setelah melihatnya." katanya sambil berjalan.



                                                                                                    ***



           "Ini penjara?" tanyaku langsung ketika melihat bangunan tua bertingkat yang keadaannya seperti telah diambil alih oleh alam itu. Bangunan dengan keadaan yang telah dirambat tumbuhan dengan lebatnya. "Iya, ini penjara. Tapi tidak perlu khawatir. Kamu tidak akan kupenjarakan. Ya, setidaknya mungkin belum." jawab si detektif dan langsung berjalan meninggalkanku sendiri di luar. Sebenarnya aku ragu dan belum sepenuhnya memercayai orang ini, tapi sepertinya aku tidak memiliki pilihan lain. Pada akhirnya kuberanikan diriku memasuki penjara tersebut. Selangkah demi selangkah hingga berjalan sejajar dengan Crow.

           Tempatnya begitu gelap hanya dengan beberapa obor yang menyala di sepanjang perjalanan kami. Anehnya, walaupun gedung ini bertingkat, kami tidak pergi ke atas. Justru sebaliknya, kami memasuki tempat itu semakin dalam ke bawah tanah. Mengingat tempatnya yang gelap kami pun menuruni satu per satu anak tangga tersebut dengan penuh hati-hati. "Kita sudah sampai, nona." kata Crow dengan wajah yang masih saja ceria di depan sebuah sel penjara. Ada seseorang di dalam sel tersebut tapi aku tidak dapat melihatnya dengan jelas hingga Crow menyuruhnya untuk menampakkan diri.

           Crow memanggil gadis itu Diana. Sosok itu ke luar dari sel dan aku melihat gadis bisu itu. Diana? Apakah itu namanya? Gadis itu melihatku dengan tatapan yang wajar dan hanya tersenyum walaupun senyuman itu bisa dibilang samar. Crow menyilakan kami duduk di kursi yang ada dengan sebuah meja di tengahnya. Aku dan gadis itu duduk berhadapan dan Crow duduk di antara kami. Aku berbicara kepada Crow, "Apa maksudmu membawaku ke tempat ini, Crow?" dia belum menjawabku. Dia justru mengeluarkan pulpen dan kertas  lalu diletakkannyalah kedua benda itu di atas meja dekat dengan gadis bisu yang sekarang dipanggil Diana itu.

           Gadis itu mengambil kedua benda yang disodorkan kepadanya lalu mengangguk. "Yah, kita akan berbincang bersama." jawab Crow. Aku hanya dapat mengernyitkan dahi tanda heranku. "Baiklah, mari kita mulai." kata Crow yang memulai perbincangan kami, "Luna," dengan spontan aku menoleh ketika namaku dipanggil olehnya. "Apa pendapatmu tentang Diana? Apa kamu telah mengetahui namanya sebelumnya?" lanjut Crow.

            Aku menghela napas dan berkata, "Dengar, ya tuan detektif. Bukankah aku sudah pernah menjawab pertanyaan yang serupa? Aku tidak mengenal wanita ini. Aku baru menemuinya di dalam hutan waktu itu, tidak lebih." jawabku sejelas-jelasnya dengan menekan kalimat terakhirku. Crow hanya mengangguk, "Lalu bagaimana denganmu, Nona Diana? Apa kamu mengenal anak ini?" mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Crow, Diana segera menggores kertas itu dengan penanya. Dan apa yang dia tuliskan adalah :

        Entahlah.

            Aku tidak yakin.

           "Begitu?" Crow memandang gadis itu dan wanita itu mengangguk sekali lagi. Untuk beberapa saat Crow berkali-kali memandang kami. Kami terdiam sementara dia mulai bertanya kembali. "Nah, jadi siapa pelakunya?" mendengar pertanyaan itu, kami berdua langsung menatap sang detektif. "Siapa pelakunya? Apakah dia orang lain? Orang luar atau orang dalam? Ataukah pelakunya justru salah satu dari kalian?"

Umbrella Full of RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang