Chapter 30

130 11 0
                                    

      "Kamu melakukan itu demi dirimu sendiri" ucap Nino padanya.

           Suasana tempat ini tidak kunjung ringan. Semakin berat, semakin rumit saja. Sekarang hanya ada mereka berdua di sana. Membahas sesuatu yang selama ini hanya diketahui oleh mereka. Kakakku terus menatap wanita itu, begitu juga dengan si wanita, dia juga menatap pemuda di hadapannya sambil menahan rasa sakitnya.

      "Kamu berkata bahwa semua ini demi diriku, Rose? Omong kosong!" Kata Nino dengan nada tinggi di akhir katanya, "Semua yang kamu lakukan ini hanya demi dirimu, Rose. Hanya untuk memuaskan egomu semata."

      "Tidak, Nino. Apa maksud semua perkataanmu?"

      "DIAM KAMU!!!" bentak Nino, "KAMU TIDAK PANTAS MENGATAKAN ITU! Justru akulah yang seharusnya mengatakan itu padamu! APA MAKSUDNYA SEMUA INI?!!! Kamu melakukan semua ini sampai sejauh ini demi diriku?! OMONG KOSONG! Kamu hanya ingin memuaskan egomu!"

      "Nino, apa maksudmu?! Ego apa yang kamu maksud?!" sahut Rose padanya. Tapi setelah Rose berkata, terdengarlah kembali suara tembakan. Lagi, peluru itu mengenai sisi lain perutnya. Wanita itu merintih kesakitan dengan tubuhnya yang terus mengeluarkan darah.

      "Rose, sudah lama sejak kejadian itu berlalu. Di saat kita berdua masih kecil, aku bertemu denganmu. Kamu mengajakku yang adalah seorang anak penyendiri ini berbicara, kamu mengajakku bermain, dan kamu mengajakku ke tempat itu. Kamu mengajakku ke neraka itu dan membuatku bertemu dengan iblis itu."

      "Itukah yang membuatmu marah, Nino? Maafkan aku." ucap wanita itu memohon.

      "Tidak, yang itu bukanlah kesalahanmu." sahut Nino, "Itu adalah kesalahku yang dengan mudahnya mengikuti ajakan orang asing. Kesalahku karena mudahnya memercayai orang asing. Itu adalah kesalahan terbesarku dan aku masih terus menyesalinya hingga saat ini, hingga detik ini juga aku menyesalinya. Aku tidak menyangka akan mengalami dan menyaksikan hal keji itu hingga membuatku trauma. Aku salah, tapi kamu juga salah."

      "Hah?"

      "Kamu salah, sejak awal aku telah menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan dirimu." ucap Nino, "Black, orang itu adalah iblis. Itu karena dia dengan jelas melakukan hal keji pada anak-anak itu. Tapi kenyataannya, sebenarnya kamu sendiri tidak berbeda jauh darinya. Kamu juga iblis. Kamu iblis karena kamu menikmati tontonan yang disajikan oleh orang itu. Kamu menikmati melihat mereka dibunuh secara kejam.

      Kamu menikmatinya dan aku memerhatikan itu. Di saat dia melakukannya, kamu berada tidak jauh darinya. Kamu memegang pakaian pria itu dengan erat sambil tersenyum. Kamu ikut tertawa bersamanya, Rose. Apa kamu tidak menyadari itu?"

      "Benar, aku memang melakukannya. Tapi mengapa kamu berkata aku melakukan semua ini demi egoku semata? Nino, asal tahu saja, aku kehilangan mata kananku karenamu." ucap wanita itu.

          Nino menarik napasnya dan mulai berbicara, "Rose, aku sangat mengetahui dirimu. Kamu akrab dengan iblis itu karena hanya kamu yang paling disayang daripada anak-anak lain yang dipungutnya. Dia menganggapmu sebuah mahakarya yang paling sempurna. Tanpa cacat. Sementara anak-anak yang lain masih memiliki kekurangan di matanya. Itu sebabnya dia tidak menyukai mereka lalu memusnahkan mereka begitu saja.

       Setelah aku mengalami dan melihat kejadian di waktu. Mungkin memang sebuah keajaiban di saat kedua anak perempuan itu mati di tangannya, dia masih belum mendekat ke arahku dan membunuhku. Itu sebabnya aku segera mengambil kesempatan untuk kabur dari sana. Aku tahu kamu sedikit aneh, sedikit tidak waras. Namun, aku tetap mengajakmu untuk pergi dari sana. Kita berlari bersama sepanjang hutan.

       Tapi orang itu cepat. Dia berhasil meraih tanganmu. Aku berusaha menolongmu, tapi kamu menyuruhku untuk tetap berlari. Kupikir kamu sudah lama tiada. Tapi ternyata aku salah. Kamu masih ada di sana, menungguku sambil merencanakan rencana balas dendam terbaik.

       Aku yakin setelah dia menangkapmu kembali ke tempat itu, dia menghukummu, bukan? Dia mengambil mata kananmu. Dengan artian lain, itu membuat dirimu cacat. Tidak lagi sempurna di matanya. Dengan itu kamu tahu dan yakin, bahwa cepat atau lambat, kamu akan mati ditangannya. Itu sebabnya kamu membunuhnya.

       Kamu membunuhnya, bukan karena dia membunuh kedua anak perempuan yang kamu sebut temanmu itu. Kamu membunuhnya untuk menyelamatkan dirimu sendiri. Sebelumnya, kamu sangat menyayangi orang itu karena dia baik padamu. Tapi, setelah kamu bertemu denganku. Semua pandangan itu berubah. Kamu tidak lagi menjadikannya orang nomor satu bagimu. Posisi orang nomor satu itu, secara tidak langsung digantikan oleh diriku, bukan?

       Kamu menjadikanku orang nomor satu karena aku baik padamu. Dengan mudahnya kamu membuang iblis itu hanya demi diriku. Kamu itu egois. Sangat egois, kamu hanya memikirkan dirimu."

           Wanita itu terdiam mendengar semua penjelasan pemuda itu. Dia terdiam karena dia tidak menyangka bahwa pemuda yang diinginkannya itu ternyata begitu memahaminya. Semua yang dia katakan benar adanya.

      "Selain itu, masih ada lagi hal yang membuatmu egois, Rose." kata Nino, "Kamu mengatakan bahwa semua ini demi diriku padahal ini hanya demi dirimu seorang. Bila kamu memang peduli padaku. Kamu tidak akan melakukan ini. Kamu tidak akan merenggut satu-satunya keluargaku yang tersisa. Kamu tidak akan membunuh adikku."

Umbrella Full of RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang