When the sun goes down, I knew his reasons.
—
Perasaanku bercampur aduk. Antara senang, sedih, kecewa, terharu, semuanya bercampur aduk. Termasuk rindu. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku bahkan tidak mengenalinya kalau saja dia tidak memberiku gula-gula.
"Bagaimana kau bisa mengenaliku?" tanyaku penasaran.
"Mudah saja," katanya. "Matahari terbenam."
Aku diam saja.
"Bercanda. Kau tahu, wajahmu tidak banyak berubah."
Aku membisu. Tak berani menatap matanya. Ternyata dia ... dia mengingat wajahku?
"Kenapa kau pergi setelah festivalnya selesai?" tanyaku lagi setelah mengumpulkan segenap jiwa. Aku penasaran setengah mati alasannya pergi.
"Penjual gula-gula itu adalah ayahku," jawabnya sambil menggigit sedikit gula-gulanya. "Makanya aku sangat kebingungan saat kau memberiku gula-gulanya."
"Aku tidak mengerti."
"Aku pergi begitu festivalnya selesai karena ayahku juga pergi. Kami mengunjungi banyak kota untuk mengikuti setiap festival dan setelah ayahku pensiun, kami memutuskan untuk menetap di sini," ungkap cowok itu.
Mataku mengerjap beberapa kali. Oh, aku mengerti. "Lalu kenapa kamu hanya muncul saat matahari terbenam?"
"Saat masih kecil, aku mengalami semacam penyakit kulit. Kulitku akan sangat memerah saat terkena sinar matahari yang menyengat. Itu sebabnya aku hanya diizinkan keluar hotel tempat kami menginap saat sinar matahari mulai meredup. Lebih tepatnya, saat matahari terbenam."
Tuh, kan! Cowok itu bukan makhluk aneh yang dipikirkan Arlene. Dia memang manusia.
"Tapi aku sudah sembuh sekarang, jadi aku bisa keluar setiap saat," katanya sambil tertawa yang membuatku ikut tertawa juga.
"Krystal? Maaf membuatmu menunggu sendiri. Ayo, kuajak berkenalan dengan yang lainnya." Riley datang sambil meraih tanganku dan menggenggamnya.
Aku melirik cowok itu. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana. Aku menoleh ke sekitarku. Tidak ada juga.
"Krystal? Kau kenapa?"
"Aku berbicara dengan...." Aku bahkan lupa bertanya siapa namanya.
Riley mengerutkan keningnya. "Dengan siapa? Kulihat kau hanya berdiri sendirian di sini sambil memandangi matahari terbenam."
Astaga. Kupikir aku benar-benar berbicara dengan cowok itu. Namun, Riley bilang dia tidak melihat siapa-siapa. Aku juga baru tersadar bahwa tanganku kosong; tidak memegang gula-gula pemberian cowok itu. Jangan-jangan yang dipikirkan Arlene itu benar. Cowok itu memang tidak nyata—atau yang lebih buruknya, cowok itu adalah....
THE END.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down
Short StoryDi saat matahari terbenam, di saat itulah aku bertemu dengannya. #shortstoryproject