Meet

14 4 1
                                    

"Itu tokonya ka"ucap Tasya dengan semangatnya.
Liust membukakan pintu toko yang ditujuk oleh Tasya.

Krreeekkk

"Selamat datang" ucap gadis yang berada diambang pintu.

Keduanya berpapasan sejenak saling memandang kedua bola mata.

Tanpa disadari mereka telah memberikan senyum, entah kenapa itu sangat tidak asing bagi mereka.

"Ka" Suara itu telah membuyarkan tatapan Liust dan Bella.

"Cepat masuk!jangan menghalangi pintu, tuh ada orang yang mau masuk jadi terhalang sama badan kakak yang besar! "Ucap Tasya sambil melihat sejenak ke arah Bella.

"Iya aku tau"decah Liust berada di ambang pintu.

Tanpa basa basi Liust langsung saja masuk kedalam toko tanpa menghiraukan adiknya yang dari tadi memanggil namanya.

"KAKAK!!! " teriak Tasya hingga seluruh orang yang berada diruangan menengok kearahnya.

Dengan rasa yang malu Tasya langsung menyambar tangan Liust yang sudah dari tadi berada di sampingnya.

"Ka, lihat ini! "Ucap Tasya sambil melihatkan setelan baju yang ada digenggamannya.

"Apa menurutmu bagus? "Tanya Tasya.

"Hmmm.... "Jawab Liust tanpa melihat bajunya, melainkan ke arah lain.

"Cobalah kau lihat dulu! "Bentak Tasya.

"Ya aku sudah lihat, jadi jangan tanyakan aku terus! Cobalah tanya Vivy mungkin dia lebih tau apa yang pantas kau kenakan"jelas Liust.

"Baiklah kalau begitu"desah Tasya.

Tasya meninggalkan sang kakak yang sedari tadi melihat seorang pelayan yang mondar mandir melayani para pembeli.

" sebuah rasa yang tidak biasa, rasa apakah ini? Hatiku berasa ada sesuatu didalamnya. Sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata kata sekalipun, apakah ini yang dinamakan cinta? Apakah ini cinta? Apa aku cinta padanya? Memikirkannya  pun tak mungkin bagiku. Apakah dia yang ditakdirkan untuku? Atau hanya untuk sebatas permainan dewa kepada ku atau hanya ilusi semata?  "Tanya Liust dalam hati


Tanpa pikir panjang Liust langsung saja menghampirinya.

Dengan wajah yang bingung dan tanpa berbasa basi Liust langsung berbicara padanya.

"Apakah kau tak ada perkerjaan nanti malam? "Dengan wajah yang merah padam Liust menahan rasa malunya. Jujur Liust baru pertama kali ia seperti ini kepada wanita.

"Ya, kebetulan hari ini toko tutup cepat. Karena pemilik toko harus pergi keluar kota"tegas Bella

"Kalau begitu.... Bisakah kita bertemu di cafe D'bekhvas? "Ajak Liust dengan malu malu.

"Mungkin...... bisa"jawab Bella.

Dengan hati yang berbunga bunga dan tubuh seperti melayang layang di udara. Tanpa disadari Liust tersenyum lebar dihadapan Bella.

"Kalau boleh saya tahu nama kamu siapa ya? " tanya Liust

"Saya Bella Anthony, kau bisa memanggilku Bella. Bagaimana dengan mu? Siapa namamu? "

"Nama ku Liust de... Kn... "Ucap Liust tersendat tatkala ia hampir mengucapkan marga keluarganya.

"Liust de..... "Lanjut Bella tak paham

"Ah.... Maksudku Liust devana"ucap Liust gugup

"Nama yang indah"ucap Bella sengan senyum mekar dibibirnya.

"Terimakasih"

~~~>>>•••<<<~~~

Malam telah tiba, jam sudah menunjukan pukul 7pm.

Liust dan Bella pun sudah berada si cafe tersebut. Tak ada suara disana hanya terdapat hembusan angin yang lewat.

Tentunya tidak ada pembicaraan disana, hanya basa basi kecil untuk mereda ketegangan tetapi tetap saja ketegangan itu muncul.

"Ehhmmmm" deham Liust.

"Oh... Ya? "Bella terbuyar dari lamunannya.

"Ada yang mau aku bicarakan"ucap Liust yang tak mau menunggu lama

"Tentang apa? "Binggung Bella

"Emm.... Kamu mau ngga jadi pacarku? "Ucap Liust yang ta. Pak takut.

"Apa kau gila? Kita baru ketemu tadi pagi! Dan kini kau bilang aku mau jadi pacar mu? "Bella kaget dengan pernyataan Liust yang tiba tiba.

"Aku hanya merasa kamu adalah takdir ku, apa aku tidak boleh mengatkan ini?"

Suasana makin mengkam kala itu, untuk beberapa menit tak ada sepatah katapun yang keluar dari keduanya.akhirnya Liust pun angkat bicara

"Kalau kau tak mau, tidak usah memaksakan diri. Aku pun takkan memaksakan" jawab sedih Liust.

"Sebenarnya... Ak... ku...  Ma... au"

"Apa, aku tidak mengerti maksudmu?"

"Aku mau"ulang Bella

"APA KAMU MAU JADI PACARKU?"Liust merasa kaget tak merasa bahwa ia sudah bertriak di cafe.

Bella hanya mengangguk, yang berarti ia menyutujui perkataannya.

"Aa.... Sudah ku duga dewa pasti tidak akan main main dengan ku, terimakasih dewa sudah memberikan takdir yang baik untuk ku, semoga dengan ini aku akan menjadi raja " ucap Liust dalam hati.

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Bella dengan polosnya.

"Tidak, ngomong ngomong bisakah aku mengantarmu pulang? "Tawar Liust.

"Tentu saja"jawab ramah Bella

Liust mengantar Bella pulang, semenjak tadi Bella tidak mengatakan apapun kecuali menunjukan arah yang benar untuk ditempuh Liust saat ini.

"Kau bisa turunkan ku disini"Bella menunjukan suatu tempat yang tidak asing untuk Liust.

"Kau akan turun disini? "Tanya heran Liust.

"Hmmm"

"Yang benar saja kau tinggal disini?"Tanya liust






Akhirnya selesai juga:-)
Update nya telat banget yah....
Gara gara banyak tugas jadi begini
Maaf kan author.

#sandryna#

~~~next chapter~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang