Robert Pattinson POV
Pemandangan alam kota LA membuatku ingin segera sampai rumah. Disini terlalu terang, mataku silau akan terangnya. Aku terpaksa tinggal bersama ibuku, karena ayahku menikah lagi dengan wanita lain. Bukan berarti aku tidak menyukai pilihannya, aku hanya lebih memilih tinggal bersama ibuku.
Setelah satu jam berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh seorang supir, aku sampai di sebuah rumah besar bernuansa putih. Kakakku Ashley, juga tinggal disini sejak orang tua kami bercerai. Ayahku adalah seorang pengusaha sukses di London. Sedangkan ibuku, adalah seorang aktris senior di kalangannya. Itulah alasannya mengapa aku lebih memilih tinggal bersama ayah kemarin. Karena kemanapun aku dan ibuku pergi, kami selalu diikuti oleh paparazzi sialan. Bahkan aku hanya seorang anak yang tidak terlibat sama sekali di kehidupan artis.
Si supir membawa masuk koper-koperku ke dalam rumah. Kutapakkan kakiku di tanah, mencerna pemandangan di rumah ini sekali lagi. Rumah ini terlalu besar. Tiba-tiba, kudengar sebuah langkah sepatu cetak cetuk dari dalam rumah. Itu pasti Mom.
“Oh, hello, darling!” ia menarikku ke dalam pelukannya. Ia adalah seorang ibu yang terlalu kekanak-kanakan. Wajah mungilnya terlihat cocok dengan rambut pirang ikalnya. Tingginya jelas lebih pendek di bawahku. “Bagaimana perjalananmu?” Aku melepas pelukannya.
“Aku hanya, capek Mom.” Jawabku singkat. Itu memang benar. Bayangkan saja, aku harus duduk diam ditempat selama beberapa jam di dalam sebuah pesawat. Aku ingin meregangkan tubuh dan berbaring dikasur.
“Oh, aku mengerti..” Ujarnya penuh perhatian. Ia membimbingku ke kamar baruku yang bernuansa cokelat muda. Kasurnya terlihat pas untukku. Tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu kecil. Ia tahu kesukaanku. “Ini kamarmu, Rob. Aku harap kau menyukainya.” Aku masuk beberapa langkah. Gila, ini sih bukan kamar lagi, melainkan sebuah rumah mungilku sendiri. Disini terdapat ruang tamu mungilku yang di lengkapi tv flat dan video game. Disisi lain aku dapat melihat sebuah king bed yang terdapat lorong untuk ke kamar mandi. Ruang tamu dan kamarku hanya dipisahkan satu anak tangga saja. Di dekat jendela, aku dapat melihat sebuah sofa besa seukuran single bed namun terlihat lebih nyaman dan lembut.
“Aku menyukainya, Mom. Ini hebat!” Kusentuh selimut tebal kasurku yang berwarna cokelat, dan menaruh tas backpackku disana. Aku menghampirinya, “Omong-omong, dimana Ashley?”
“Oh, dia sedang pergi dengan kekasihnya. Ia akan bergabung dengan kita pada saat makan malam nanti.” Baguslah, aku jadi bisa beristirahat sebentar sebelum melontarkan pertanyaan-pertanyaan berat pada ibuku. “Selamat istirahat sayang.” Ia mencium pipiku, dan menutup pintu kamarku.
Aku benar-benar lelah. Ingin sekali rasanya aku menyentuh air dingin sehabis bermandi matahari tadi. Aku sempat melongok sebentar kedalam kamar mandi. Kamar mandinya besar, terdapat bathtub, pancuran air, wastafel, dll. Disana juga tersedia alat-alat yang kubutuhkan untuk mandi. Tanpa berpikir panjang, aku masuk. Membiarkan punggung terbakarku tersiram pancuran air dingin. Rasanya benar-benar enak.
Selesai mandi, aku mamakai celana pendekku dan langsung tertidur pulas tanpa basa-basi. Walaupun tidak kunyalakan AC, aku tidak merasakan rasa gerah selama tidurku. Bahkan aku tertidur dengan kelewat pulas sampai-sampai aku tidak mempunyai mimpi yang bisa kuceritakan. Tak bisa dipercaya, besok aku akan mengalami semua hal yang baru.

YOU ARE READING
Insane
Teen FictionRobert Pattinson, anak dari seorang aktris hollywood tergila-gila pada seorang Kristen Stewart yang hanyalah gadis kutu buku. Padahal ada lebih dari sepuluh gadis sexy yang berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Apa yang akan dilakukan Kristen S...