Semenjak senyum elok mu yang sudah lama raib, siang ini terasa lebih gerah dari sebelumnya. Tak lagi ada kesejukkan yang selalu aku dambakan dikala teriknya sang surya.
Hanyalah amarahku yang memuncak disaat mataku tertuju pada tanganmu, yang sedang mengenggam erat dia yang tak pernah kuduga sebelumnya.
Marah, emosiku naik setinggi-tingginya. Mengingat alasan perpisahanmu kala itu, yang tak ingin menggenggam siapapun.
Yang tak ingin melihatku semakin menderita.
Yang tak sanggup mencintaiku setulus-tulusnya.
Yang merindukan kesendirian.
Yang tanpa kau sadari, kau malah membuatku semakin terpuruk.
Aku marah, karena mempercayai segala alasan yang pernah terlontarkan. Yang aku yakini, bahwa takkan kau genggam orang lain dengan penuh kebanggaan. Kini, kau lupa, alasanmu dulu telah membunuhku secara perlahan.
YOU ARE READING
4 Waktu
PoetryBerbicara tentang waktu yang berbisik, mengingatkan makna patah hati.