Mentari yang mulai meruyup, mengisyaratkan gerah yang sudah mulai mereda. Namun sebelum datangnya sejuk malam, rindu pun datang berbisik.
Ia menceritakan indahnya lirikan wanita yang membuatku tersentak.
Ia juga menceritakan manisnya senyuman yang mengakar di ingatan.
Lalu ia pun menceritakan pahitnya kasih sayang yang fana.
Ia menceritakan sakitnya perasaan yang masih tersisa kala bertemu dengan perpisahan.
Dan ia memaksaku melupakan segalanya agar hati lekas pulih.
Ia mendesak akal sehat untuk bergegas melupakan damainya dekapan dahulu, yang semakin dalam semakin tajam, hingga tergores luka yang tak kunjung buyar.
Benar, rindu memperingatkanku untuk segera melupakanmu, memerintahkan untuk
bergegas mengendurkan asmara yang terlanjur terlalu dalam, dan lantas menghilang layaknya matahari yang meredup secara perlahan.
YOU ARE READING
4 Waktu
PoetryBerbicara tentang waktu yang berbisik, mengingatkan makna patah hati.