[Chapter three]

33K 1.2K 3
                                    

Happiness is
talking to your bestfriend for hours
-Alena Heilton-

****

Saat ini Valeri dan Alena tengah duduk berdua di dalam Starbucks. Valeri menyeruput caramel frappuccino miliknya seraya tersenyum. Minuman ini benar-benar enak, dan Valeri bisa meminumnya bergelas-gelas sekalipun.

"Jadi, gimana kabar lo?" tanya Alena sambil menatap Valeri. Valeri yang tengah asyik minum pun menghentikan aktivitasnya dan ikut menatapi balik Alena.

"Gue baik Na, kalo lo gimana?" tanya Valeri yang daritadi penasaran, apa Alena sudah di adopsi oleh seseorang atau ia masih tinggal di panti asuhan?

Valeri tak tahu soal kabar Alena, mereka lost contact untuk waktu yang lama, dan Valeri di adopsi duluan.

"Keadaan gue baik kok dan gue udah gak tinggal di panti itu lagi," jawab Alena seakan-akan membaca pikiran Valeri.

Valeri tersenyum senang, ia senang sahabatnya sudah memiliki keluarga, ia harap Alena juga berbahagia seperti dia sekarang. Sebab, saat mereka masih kecil dulu, Valeri dan Alena sering berdoa ke gereja agar mereka bisa mendapat keluarga yang sayang pada mereka scara tulus, dan Valeri bersyukur Tuhan mengabulkan doanya.

"Bagus deh Na, gue seneng kita berdua udah punya keluarga masing-masing." Valeri tersenyum tulus.

Alena tersenyum kecil lalu tiba-tiba bertanya "Lo tahu gak siapa yang adopsi gue?" tanyanya dengan ekspresi sedikit misterius.

Valeri mengernyit sebentar sebelum menggeleng, "Gak tahu, emang siapa?" tanya Valeri sambil melanjutkan aktivitas minumnya. Dan saat rasa manis itu menyentuh lidahnya, Valeri mendesah kecil. Inikah yang namanya surga?

Alena tersenyum lebar sampai-sampai lesung pipinya keluar, "Gue diadopsi oleh keluarga JYS Crop," ucap Alena pelan sambil mengamati respon Valeri.

Valeri yang mendengar nama perusahaan besar itu tersedak frappuccinonya sendiri.

"Uhuk-uhuk .."

"Eh Val, lo gak papa?" tanya Alena panik, ia langsung bangkit dari tempat duduknya dan menepuk-nepuk punggung Valeri.

"Gue gak--uhuk pa--uhuk pa kok," ucap Valeri sambil terbatuk batuk.

Alena menghela nafas, "Dasar ceroboh," ucap Alena sambil geleng-geleng kepala.

Setelah Valeri sudah tidak batuk-batuk lagi, Alena balik ke tempat duduknya lalu tertawa, "Lo kaget banget ya? Sampe tersedak gitu?" tanya Alena sambil tertawa kecil.

Valeri mengangguk malu, "Selamat ya udah diadopsi, oleh keluarga yang tajir gila lagi. Gue kaget aja pas lo nyebut perusahaan besar, Na," ucap Valeri sambil terkikik tapi sedetik kemudian ia menjadi murung ketika mengingat perusahaan keluarganya sendiri.

"Perusahaan keluarga gue lagi ada masalah, Na," ucap Valeri tiba-tiba.

Alena menaikan alisnya sebelah, "Masalah? Masalah apa?" tanya Alena binggung.

Valeri menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Yah, gue juga kurang ngerti sih. Tapi yang pasti, karena masalah itu gue belum bisa kerja disana."

Valeri menghela nafas panjang lalu melanjutkan perkataannya, "Ya, sebenernya gue juga belum yakin buat kerja di perusahaan keluarga gue. Gue ... gak punya pengalaman dan gue ... takut ngecewain Daddy," ucap Valeri sedih.

Alena ikut sedih melihat sahabat kecilnya murung seperti itu. Biasanya Valeri itu ceria, ceroboh, tapi ia juga tak pantang menyerah. Alena suka sikap Valeri yang terus berusaha tanpa takut apapun. Gadis ini penuh pengaruh positif.

'Kak Jason yang dingin itu pasti cocok deh sama sifat Valeri' batin Alena tiba-tiba.

DUAK!

Alena menggeprak meja seakan terkejut akan sesuatu dan Valeri yang sedang murung pun terlonjak kaget karenanya.

"Ya Tuhan kaget gue!! kenapa sih Na? Kok tiba-tiba gebrak meja gitu? liat setan emangnya lo?"Tanya Valeri sambil memegangi jantungnya yang sudah berdebar tak karuan karena terkejut,

Alena memonyongkan mulutnya, "Amit-amit deh ya gue lihat yang gituan," ucap Alena sebal.

Valeri terkikik, lupa bahwa sahabatnya benar-benar takut akan sesuatu yang seperti itu, "Terus kenapa coba lo tiba-tiba gebrak meja? Kita di liatin sama mas-mas starbuck noh," ucap Valeri melirik mas-mas yang pastinya juga terkejut.

Alena memandangi mereka dengan tatapan meminta maaf, lalu sedetik kemudian pandangannya kembali ke bola mata hitam Valeri.

"Val gue punya penawaran buat lo."

***

Jason mengendurkan dasi yang mencekik lehernya sedari tadi. Setelah melepas pakaian formalnya, ia mengganti pakaiannya dengan kaos biasa dan celana pendek. Tubuhnya terasa nyaman dengan pakaian biasa, tapi meski begitu, jas adalah hal wajib dalam kehidupannya. Karena di umur 30 tahun lebih, Jason sudah menjadi CEO dari JYS Crop. Well, karena kejeniusannya dalam dunia bisnis, keuntugnan yang diperoleh oleh perusahaannya jadi banyak, tapi parasit yang bermunculan juga makin banyak.

Jason merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kesayangannya dan memandangi langit-langit kamarnya yang tampak putih bersih. Rasanya, ia sudah bekerja selama 10 tahun dan sekarang baru pulang ke apartmentnya.

Jason memejamkan matanya dan berusaha untuk terlelap ketika handphonenya berbunyi, tanda ada SMS masuk.

Trut trut..

Jason menghela napas dan memaksakan dirinya untuk bergerak dan mengambil ponsel yang berada di samping meja itu.

From : Harley Q

Hi Darl! Bagaimana kabarmu sekarang? Aku merindukanmu.
-Harley-

Jason membaca pesan singkat itu tanpa ekspresi meski ada rasa senang ketika membaca kalimat 'Aku merindukanmu'. Ahh, Harley, gadis itu tak baik untuknya, ia tak pernah mengharapkan Jason lebih dari temannya. Ia tak pernah menganggap Jason lebih dari sekedar tempat pelariannya ketika ia mendapat masalah. Dan saat ini Harley tengah berada di New York untuk melanjutkan Studynya.

Jason memutuskan untuk mengabaikan pesan itu meski tangannya gatal ingin membalas pesan Harley. Ia masih ingat dengan jelas ketika Harley membantunya saat SMP saat tak ada seorang pun yang peduli pada Jason ketika ia di Bully. Saat itu semua orang belum tahu siapa keluarganya jadi tak ada yang membantunya sama sekali. Apa lagi mengingat sifat Jason yang tidak banyak omong dengan yang tidak di kenal, membuat banyak orang menjauhinya

Tapi Harley membantu lelaki yang sedingin es ini meskipun Jason tidak kenal dengannya, dan percaya bahwa Harley adalah wanita satu-satunya yang tidak menginginkan hartanya.

Buktinya wanita itu membantu Jason saat ia tidak kenal Jason, bukan?

atau mungkin tidak?

"Ah kenapa aku ini," gerutu Jason menepuki pipinya sendiri. Jason mematikan handphonenya. Ia memejamkan matanya dan tidak lama kemudian ia terlelap bersama berbagai macam pikiran yang bersarang diotaknya.

****

Beloved Boss  [PINDAH KE DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang