7 tahun yang lalu...
Bandung, rabu pukul 20.00.... awal ketika kisah panjang ini di mulai. saat itu udara dingin telah masuk kedalam rumah reot yang berpenghuni sepasang suami istri dan 2 anak masih kecil dan imut.
Aku baru berusia 10 tahun dan masih duduk di kelas 5 SD.
Aku sangat membenci hidup di pesantren. yang ku tau pesantren adalah tempat dimana anak-anak nakal, "Di buang". Maka...
mulai saat itu aku selalu berusaha untuk menjadi anak yang menurut pandangan orang tua ku adalah anak yang baik. Karna mereka pernah bilang "Za...kalo kamu nakal mama akan memasukkan kamu ke pondok lho... ingat itu!?". Jelas kala itu aku sangat takut dan beginilah jadinya.... mungkin kalian pikir aku tidak akan mondok setelah lulus SD. Ya, mungkin kalian pikir begitu. Tapi kenyataannya... berbalik 180 derajat.
Surakarta,06 Agustus 2016
Kenyataannya, sekarang dan sampai saat ini aku masih bertahan di sebuah naungan yang namanya pesantren.
Duduk di atas karpet berwarna hijau, terselempit sebuah kenangan kecil kala itu... ketika hampir setiap hari bahkan setiap saat air mataku selalu mengalir. Karna hampir setiap detik kenangan bersama keluarga, bersama sahabat, kerabat selalu menghiasi setiap langkahku dalam menuntut ilmu.
Ya, bulan pertama ketika kehidupan pesantrenku dimulai. Pernah suatu ketika aku mengeluh. Kenapa dan bagaimana ini semua bisa terjadi... Padahal salah satu hal yang aku benci adalah hidup di pesantren... Kalian tau kenapa? Sebuah KEBERSAMAAN. Satu kata yang mampu menggerakkan hati keras ini menuju fisabilillah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebut Dia Kebersamaan
Ficción GeneralAku disini bukanlah yang pertama. Aku disini hanyalah seorang murid biasa, ku kira. Aku disini menjadi punya harga. Karena aku disini punya harta. Kebersamaan namanya.