Hari menjelang malam dan tibalah aku dengan koperku di sebuah apartemen yang letaknya tak jauh dari Eiffel Tower. Menurutku apartemen ini terlalu mewah untuk seorang mahasiswa apalagi dari Indonesia. Aku memang tidak ikut mengurus kebutuhanku disini. Yang mengurusnya ialah asisten ayahku, David. Sebenarnya dia banyak menanyakan pilihan kepadaku. Dan aku hanya mengiyakan saja tanpa memikirkannya. Sepetinya tak ada waktu untuk memikirkan hal itu disaat- saat akan lulus SMA.
Sebenarnya aku tidak pernah berpikir apalagi berniat untuk kuliah di Paris. Itu hanya keinginan ayahku saja dan sedikit sumbangan ide dari ibuku. Alasan ayahnku yaitu agar aku dapat mengenal keluargaku yang tinggal disini. Memang nenek dan auntieku tinggal di negara ini. Namun hanya nenekku yang tinggal di kota yang sama denganku ini. Tapi, hal ini merupakan kesempatan yang menarik menurutku. Jauh dari orangtua mungkin akan jauh lebih baik(?)
Setelah kudapatkan code for check in dan sedikit buku panduan tentang apartemen ini aku pun menuju lift untuk naik ke lantai 6. Cukup lama aku menunggu. Akhirnya terbuka pintu lift untukku. Aku pun menunggu sambil membaca buku panduan itu. Buku itu hanya berisikan 3 bahasa, yaitu English, Franch, dan Mandarin. Aku pun memilih menggunakan English. Karena hanya bahasa itu yang aku bisa. Walaupun aku terlahir di Paris, aku hanya tahu sedikit tentang bahasanya. Ada rasa menyesal mengapa aku tidak pernah mau untuk belajar bahasa perancis lebih dalam. Karena waktu dulu aku berpikir tidak akan memerlukan itu. Tapi itu dulu. Karena sekarang aku sangat memerlukan itu.
Kudengar lift berdenting dan kulihat sekilas pintunya terbuka. Tanpa babibu aku pun langsung menarik koperku dan tak sadar aku menabrak seorang pria.
"Be careful Miss," ucap pria itu sambil menjentikan jari telunjuknya di keningku dan berlalu keluar lift. Aku pun terdiam beberapa saat dan ketika pintu lift tertutup, kesadaranku pun kembali.
"Diih.. siapa sih tuh orang beraninya giniin jidat aku." Sambil menjentikan jari telunjukku di keningku sendiri.
Sesampai ku di lantai 6, aku pun menulusuri kamar demi kamar untuk mencari kamarku. 246... 247...248 Nah! 249! Aku pun langsung memasukan kodenya dan tidak lupa untuk mengganti passwordnya. Dan ketika aku membuka pintunya. Ternyata benar bahwa apartemen ini mewah sekali walaupun serba minimalis. Di dekat pintu terdapat rak sepatu dan tempat untuk menggantungkan jaket, topi atau apapun. Untuk menuju ruang tamu dan sekaligus ruang tengah ada beberapa anak tangga. Terlihat sofa dengan warna pastel. Warna yang kusukai. Lalu, ada meja dengan kaki rendah yang diatasnya terdapat vas bunga berwarna merah. Sofa dan meja tersebut beralaskan karpet dengan kombinasi warna pastel dan cream. Dan di depannya terdapat LCD TV berukuran sekitar 30 inc mungkin. Lumayan besar intinya.
Aku pun menuju dapur. Dapurnya bersebelahan dengan ruang tamu. Wow! Ada mini bar segala? Untuk apa? Aku kan bukan peminum. Hanya ada 3 kursi bar disana. Tapi kuakui mini bar itu memang cocok ada disana. Kemudian aku baru sadar ternyata ada dua ruangan untuk kamar. Namun yang satunya ruang belajar dan satunya lagi adalah kamar tidurku. Aku memasuki kamarku. Terdapat medium bed disana yang disamping kanannya terdapat lampu tidur dan disamping kirinya terdapat meja telepon. Tempat tidurku menghadap pintu. Pintu yang kupikir akan membawaku ke balkon. Aku pun membuka kedua sisi pintu dan takjub melihat apa yang terlihat diluar sana. Aku bisa melihat Eiffel Tower dengan jelas dari sini! pekikku dalam hati. Kulihat lampunya yang baru menyala karena hari sudah hampir malam. Gemerlap dan indah. Aku pun melangkahkan kakiku keluar. Merasakan udara segar yang menyelinap ke dalam tenggorokanku. Malam ini cukup dingin. Karena tadi sempat kulihat bahwa temperatur menunjukan 14 derajat celcius. Mungkin kuralat bahwa malam ini sangat dingin sekali. Ini pertama kalinya aku merasakan Winter Season. Yaiyalah. Kan hanya ada musim hujan dan musim kemarau di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find You
Romance--------------------------------- Kayla memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Paris. Bukan hanya karena permintaan orangtuanya, namun juga karena Dimas. Kayla ingin melupakan segala yang dialaminya di Indonesia. Namun, tidak seperti yang ia harap...