Meet Again

155 6 2
                                    


Kupandangi langit malam yang cukup cerah, dipenuhi bintang yang bersinar terang. Malam ini sungguh dingin sekali. Terakhir aku melihat temperatur cuaca di Iphone-ku menunjukan 5 derajat celcius. Berbeda sekali dengan cuaca di Indonesia. Yaiyalah.

Kurapatkan jaket yang kupakai berlapis-lapis, hingga wajah pun aku tutupi dengan tanganku yang diselimuti sarung tangan. Sepertinya bukan ide yang bagus berjalan-jalan malam hari seperti ini. Sendirian pula. Bukan berarti aku ingin ditemani oleh seseorang. Tapi sepertinya akan lebih baik jika aku ditemani oleh seseorang. Tapi siapa? Aku tak mengenal siapapun di kota ini kecuali nenekku. Mana mungkin aku meminta nenekku untuk berjalan-jalan ditengah malam begini, bukan? Kecuali jika aku berencana membunuhnya dengan secara tidak sengaja. Walaupun aku tidak menyukai nenek, bukan berarti aku sebenci itu kepada nenekku.

Mungkin kalian bertanya-tanya, mengapa aku tidak menyukai nenekku? Sebenarnya alasan aku tidak menyukai nenekku karena sifatnya yang terlalu mengekang dan 'melindungi' aku. Bisa dibilang nenekku terlalu over-protective. Aku lebih senang jika bebas melakukan hal yang aku inginkan. Toh aku pun sudah besar, sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Lagipula selama ini aku tidak pernah melakukan hal-hal di luar batas seperti merokok, minum-minuman keras, narkoba, atau pergaulan bebas lainnya. Aku tahu maksud nenekku sebenarnya baik. Hanya saja aku bosan jika terlalu dikontrol.

Tiba- tiba langkahku terhenti melihat sebuah bangunan yang menarik perhatianku. Arsitektur yang klasik namun unik ini sangat mempesona menurutku. Perpaduan gaya Eropa dan Timur Tengah sangat terlihat sekali di setiap bagian bangunan. Terlihat pula patung berbentuk burung pada setiap sudut bangunan yang menambah keindahan gedung tersebut. Saat kubaca tulisan di dindingnya, ternyata gedung tua tersebut adalah sebuah perpustakaan kota. Sepertinya tempat tersebut akan menjadi tempat yang sering kukunjungi nanti.

Kuedarkan pandangan ke satu sudut tempat yang lain dan terlihat sebuah cafe yanga cukup 'hangat' untuk disinggahi. Letak bangunan cafe tersebut di sudut persimpangan. Mungkin ada baiknya jika aku masuk untuk sedikit menghangatkan badan.

Ketika kuhampiri bangunan tersebut, terlihat nama cafe tersebut - cafe de flore. Nama cafe ini sudah tidak asing dibaca. Oh iya, cafe ini pernah difilmkan dengan judul yang sama dengan nama cafe tersebut. Ya judul film tersebut 'Cafe de Flore'.

Aku pun memasuki cafe dan memilih duduk di salah satu sudut ruangan dekat kaca - tempat favoritku. Lalu aku memesan hot chocolate dan roti panggang. Minuman dan makanan yang sangat mendukung untuk malam ini.

Seperti biasanya, aku menunggu pesanan dengan melihat orang- orang yang melintas di luar cafe. Cukup lama memerhatikan pejalan kaki dan kendaraan yang berlalu lalang. Namun lebih banyak kugunakan untuk melamun. Melamunkan seseorang yang selama sebulan ini ada dipikiranku. Tidak terasa, mataku mulai basah. Bisa-bisanya aku menangis hanya karena memikirkannya, membuatku merasa menjadi wanita yang sangat lemah. Kenangan kadang memang melemahkan.

Prang!

Tiba-tiba terdengar suara gelas yang sedang dibawa pelayan terjatuh di dekat meja salah satu pengunjung dan tumpahan gelasnya mengenai pakaian pelanggan tersebut. Namun yang kuperhatikan bukanlah pecahan gelasnya, tapi pelanggan itu. Sepertinya aku pernah bertemu pelanggan lelaki itu. Dimana ya? Aku mencoba menyipitkan mataku agar lebih jelas. Mataku memang sedikit minus dan aku lupa membawa kacamata, lebih tepatnya aku lupa menaruh kacamataku dimana.

"I'm sorry, Sir," terdengar pelayan itu meminta maaf.

"It's okay " ucap lelaki itu singkat tanpa menatap pelayan tersebut sambil berlalu berjalan ke arah toilet. Huh sombong sekali! pikirku.

Makanan yang kupesan akhirnya sampai di mejaku. Aku segera menghapus air mataku ketika pelayan menatapku cemas. Namun sepertinya aku lupa membawa tissue. Aku pun beranjak ke toilet.

I Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang