Rintik hujan terdengar merdu. Diiringi suara yang semakin menghilang. Angin perlahan - lahan melambai. Embun - embun menempel di permukaan daun, sisa hujan tadi. Mentaripun enggan memberikan panasnya. Menyisakan dingin yang menyergap kulit. Membuat siapapun ingin bersembunyi di dalam hangatnya selimut. Kebetulan ini adalah hari Minggu. Hari libur semua aktivitas yang melelahkan dari Senin sampai Sabtu. Membuat semua orang ingin terus tidur dalam balutan selimut hangat di musim dingin ini.
Tapi tidak denganku. Disaat kebanyakan orang memilih bersembunyi di balik selimut, kuputuskan melakukan hal yang sebaliknya. Dengan cepat, aku membuka mataku yang masih menyisakan kantuk. Dengan cepat pula aku mengusir rasa dingin yang menyergap. Dingin yang mematikan. Karena aku bisa mati jika terlalu kedinginan. Tak lama kemudian, dengan cekatan kubereskan tempat tidur kesayanganku yang bergambar boboiboy dan teman - temannya, kartun favoritku.
Sejak kecil, aku dibiasakan oleh orang tuaku untuk bangun pagi. Tidak peduli walaupun masih terlalu pagi atau sudah siang. Tidak peduli aku masih kecil aku atau sudah besar. Tidak peduli ini aku masih mengantuk atau tidak. Mereka terbiasa mendidikku dengan tegas. Dengan tegas, tapi tetap ada kelembutan dan kasih sayang di dalamnya. Mereka hanya marah saat aku melakukan kesalahan, baik itu kesalahan yang besar maupun kecil. Mereka tidak ingin aku tumbuh menjadi anak yang manja dan tidak disiplin.
Aku, putri keluarga ini. Putri yang dilahirkan dari seorang wanita yang sangat baik hati. Papa dan Mamaku adalah seorang dokter. Setiap hari mereka selalu di rumah sakit. Pergi pagi pulang malam. Meskipun mereka mendidikku dengan tegas dan disiplin, aku tidak pernah marah pada mereka berdua. Karena aku tahu, mereka melakukan ini agar aku tidak menjadi anak yang malas dan agar aku menjadi anak yang bertanggung jawab. Semua orang tua tentu ingin yang terbaik untuk anaknya bukan?. Aku sangat menyayangi mereka dan mereka pun juga amat menyayangiku.
Meskipun mereka sangat sibuk, tapi mereka selalu menyempatkan diri untuk menelfonku dan mengucapkan selamat tidur setiap malam. Terkadang jika sempat, Mama akan mendongengkan sebuah cerita untukku dan menemaniku tidur. Sedangkan Papa, dia selalu membuatku tertawa dengan lawakannya itu. Meskipun Mama bilang lawakan Papa tidak lucu, aku tetap saja tertawa karena aku sayang Papa. Aku sungguh merasa bahagia.
Tapi, itu semua sebuah masa lalu. Hanya sebuah ingatan dan kenangan yang tak ingin ku ingat, karena setiap mengingatnya, hatiku merasa sangat sakit. Setiap mengingatnya aku merasa seolah aku kembali ke masa itu. Masa dimana aku masih bersama kedua orang tuaku. Masa sebelum kedua orang tuaku pergi meninggalkanku untuk selamanya. Mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil saat pulang dari rumah sakit. Ada mobil lain yang menabrak mobil Papa dan menyebabkan mobil Papaku masuk ke jurang beserta kedua penumpangnya. Papa dan Mamaku. Entah siapa yang menabraknya, aku tidak tahu. Pelakunya kabur begitu saja.
Saat peristiwa itu terjadi aku masih berusia 10 tahun. Aku sedang tidur dan tiba - tiba Bibi Ratu membangunkanku. Bibi bilang bahwa orang tuaku mengalami kecelakaan mobil. Aku pikir itu hanyalah sebuah mimpi, tapi setelah melihat mereka berdua terbujur kaku tak bernafas dan muka yang pucat, aku tahu aku tak sedang bermimpi. Aku tahu bahwa mereka sudah pergi. Meninggalkanku yang masih kecil di dunia ini.
Tes...Tes..Tes...
Tak terasa air mataku menetes membahasi pipiku. Aku sadar bahwa aku sedang menangis. Tidak, tidak boleh!. Aku tidak boleh menangis. Aku sudah berusia 16 tahun, aku tidak boleh menangis seperti anak kecil. Jika Papa masih hidup dia pasti akan meledekku dan bilang aku ini cengeng. Aku harus kuat. Aku tidak boleh membuat orang tuaku di atas sana merasa sedih.
Tok! Tok! Tok!
Tiba - tiba ada yang mengetuk pintu kamarku. Pasti itu tante Stella. Aku buru - buru menyeka air mataku. Semenjak kematian Papa dan Mama, tante Stella memutuskan untuk pindah ke rumahku. Tante Stella adalah orang yang sangat baik hati dan tidak sombong. Selain pintar, dia juga seorang wanita yang berbakat dan rajin. Dia bekerja di perusahaan multinasional yang sering menjalin kerja sama dengan negara lain. Posisinya pun sebagai sekretaris sang CEO perusahaan tersebut. Dia sendiri belum menikah sampai saat ini meskipun banyak pria yang menyukainya. Tante Stella bilang dia hanya akan menikah saat aku sudah menemukan pemuda yang tepat dan bisa membahagiakanku. Aduh tante, kau kebanyakan nonton India sih (eh?).
"Desyca, kau sudah bangun sayang?." Ah tante, kau memang sangat peduli padaku.
"Iya tante, Desyca sudah bangun. Sebentar, Desyca bukain pintunya dulu. " jawabku. Aku pun membuka pintu kamarku dan melihat tante sedang tersenyum padaku dan memakai celana training. Ada apa ya?.
"Ada apa tante?." tanyaku.
"Ya ampun Desyca, apa kau lupa? Kita kan mau jogging keliling kompleks, kamu masih muda tapi sudah pikun ya, hehehe." oh ya ampun! Aku benar - benar lupa! Tadi malam kami sudah sepakat mau jogging.
"Tapi ini kan habis hujan tante, masa kita mau jogging sih, kan dingin? Lagian kalau kita pergi nanti Bibi Ratu sendirian, kalau dia butuh bantuan gimana?." kataku sambil pura - pura cemberut. Padahal sih aku sudah terbiasa dengan dingin tapi entah kenapa aku merasa sangat nyaman dengan tanteku ini. Setiap bersamanya aku selalu ingin menjahilinya. Maafkan aku tante.
Oh ya satu lagi, tentang nama pembantuku. Memang pembantu sih, tapi namanya itu loh. Ratu Priscilla, umur 45 tahun. Hebat ya. Bi Ratu sendiri sudah menikah dan punya anak, tapi takdir berkata lain. Suami dan anaknya meninggal dalam kecelakaan kereta. Sejak saat itu, Bibi menawarkan bekerja di rumahku. Bi Ratulah yang menemaniku saat Papa dan Mama sedang tidak ada di rumah. Aku sudah menganggapnya seperti ibuku sendiri. Tadinya aku ingin memanggilnya ibu, tapi Bibi tidak mau. Ya sudah, tidak masalah.
"No!. Semalam kau sudah sepakat mau ikut jogging, sana cepat siap - siap, tante tunggu di ruang tamu. Tidak perlu mengkhawatirkan Bibi Ratu Priscilla, dia pasti baik - baik saja. Kalau kau merasa dingin tinggal pakai jaket, gampang kan. Sudah ya, dadah Desycantikku. Jangan lupa dandan sedikit, siapa tahu kamu ketemu cowok ganteng waktu jogging nanti, hehehe. " Setelah mengatakan itu tante langsung pergi tanpa memberiku kesempatan untuk membalas perkataannya.
"Hmmm, apaan sih tante Stella. Aku jogging keliling kompleks biar badanku sehat, bukan biar bisa ketemu cowok ganteng. Emangnya ini drama korea, lagi jogging tiba - tiba nabrak cogan trus jadian dan jadilah film dengan judul cinta berawal dari tabrakan versi bahasa korea. Ini dunia nyata, bukan drakor. Dunia dimana realita tak seindah ekspetasi dan impian. " Aku berkata sendiri sambil menutup pintu kamarku.
Tapi siapa tahu ketemu cowok ganteng, hehehe.
=================================
Hai, ini cerita keduaku. Cerita pertamaku judulnya Juna Desyca, belum tamat soalnya aku lagi gak ada ide. Tapi jangan khawatir para JuDes shipper, this story about mereka berdua. Jangan lupa vote & commen ya. Vote banyak aku next. Please jangan jadi sider. Eps selanjutnya tentang my bebeb Juna kok.
Ps: yang di mulmed nam namanya Kim Seolhyun. Monggo cari di google, di ig, di fb, atau dimanapun, gak cari juga gak apa - apa.
Sampai babai
KAMU SEDANG MEMBACA
From Juna to Desyca
Fanfiction(HIATUS) Desyca Taniadi adalah seorang anak yang sudah tak punya orang tua lagi dan kini dia tinggal bersama tantenya. Gadis cantik dan periang ini memiliki masa lalu yang pahit yang akan membuatnya rapuh jika mengingatnya. Arjuna Wira Atmadja adal...