Hujan perlahan reda. Biru yang sudah menyiapkan payung kini hendak pergi ke rumah Hijau. Begitu membuka pintu rumahnya, Biru menangkap sosok Hijau yang akan pergi. Menyadari itu, Biru langsung berlari menghampiri Hijau lalu menyapa nya hangat.
Hijau sempat diam sejenak. Dia yang sedang ingin mengunci pintu, perlahan menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke arah Biru yang membawa payung.
"Kenapa Biru?"tanya Hijau ramah.
Biru menampilkan senyuman manisnya. "Hijau mau kemana?"
Hijau memerlihatkan tentengan yang ia bawa. Di dalam kantong plastik itu terdapat beberapa peralatan masak yang mungkin akan dia tawarkan kepada kurcaci lain di sekitar sana.
"Mau berdagang?"tanya Biru yang sudah tertebak jawabannya.
Hijau mengangguk pelan. "Biru kenapa emangnya?"
Biru menghelakan napasnya sejenak. Dia berusaha mencari jawaban yang baik agar Hijau tak marah kepadanya seperti kurcaci lain.
"Biru tidak bisa tidur siang. Biru akan tertidur kalau selesai membersihkan rumah atau benda apapun."
Hijau mengangguk mengerti. "Kalau rumah Biru memangnya sudah bersih?"
"Sudah,"
"Terus Biru mau apa menghampiri Hijau?"tanya Hijau lagi ramah.
Biru menyentuh kaca jendela Hijau yang berembun serta berdebu itu. "Biru ingin membersihkan rumah Hijau, boleh?"
"Oh, boleh, sebentar."
Hijau mencari dimana keberadaan kunci rumah yang tadi ia pegang. Sebelumnya Hijau ingat sekali kalau dia menggenggamnya, tapi kenapa sekarang tak ada di tangannya?
Hijau mencari kunci rumahnya yang tak ada itu. Perlahan raut wajahnya berubah menjadi kesal. Hijau kehilangan benda yang penting untuknya. Tidak juga ditemukan akhirnya Hijau menghela napas panjang.
"Hijau nyari apa sih?"tanya Biru pelan dan sopan.
Hijau berdecak kesal sambil menoleh ke arah Biru. "Kunci rumah hilang, ini karena Hijau diajak berbicara sama Biru."
"Biru tidak menghilangkan nya tapi,"
Hijau enggan menjawabnya. Dia masih mencari dimana keberadaan benda kecil itu. Tanpa itu, dia tak akan bisa beristirahat dan melakukan kegiatannya disana. Rumah itu adalah tempat tinggalnya.
"Mau Biru bantu cari?"tawar Biru lagi.
Hijau menggeleng cepat. "Tidak usah, Biru yang membuat Hijau kehilangan kunci ini. Jadi lebih baik Biru tak usah simpati."
"Hijau----"panggil Biru lagi pelan.
Hijau melayangkan lambaikan tangannya seakan berkata tidak. Bahkan Hijau juga tak mau mendengarkan bantuannya untuk mencari dimana keberadaan kunci itu. Suasana hati Hijau berubah menjadi tak dikenali oleh Biru lagi. Sikap lama milik Hijau kambuh lagi seperti ini.
Dia akan marah kepada orang lain atas keteledoran nya sendiri.
"Hijau tidak perlu dibantu oleh Biru. Biru yang menghilangnya, maka dari itu Hijau yang akan mendapatkannya tanpa bantuan dari Biru."
Biru menunduk lemah. Dia lagi-lagi ditolak oleh temannya yang lain. Rasanya itu sedikit menyelekit tapi Biru senang bisa berbicara dengan mereka.
Biru melangkah mundur menjauhi Hijau yang sibuk mencari. Perlahan dia menarik napas sejenak lalu mendapatkan pikiran.
"Aha! Aku temui Nila saja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru yang berubah menjadi ungu [selesai]
Короткий рассказDia Biru, tapi seketika saja dia berubah menjadi ungu.