Saran dari Merah akhirnya dilaksanakan oleh Biru.
Biru membuka pagar rumah pohon milik Ungu. Dari luar saja terlihat sekali kondisi rumahnya sangatlah kotor. Sampah dedaunan yang tak disapu. Kertas-kertas yang berserakan karena tertiup angin. Benar apa kata Merah, kalau Ungu membutuhkan bantuannya dan Biru juga merasa tertolong.
Semacam simbiosis mutualisme.
Biru mengetuk pintu rumah Ungu, tapi tak ada satupun jawaban. Tak pantang menyerah, Biru mengetuknya lagi berharap kalau Ungu akan membukanya. Biru lagi-lagi tak mendapat jawaban. Dia ingin pergi tapi kondisi rumah Ungu sangat lah kotor.
Bagaimana jika nanti Ungu menjadi sakit?
Ah, karena Ungu juga tak keluar, hal itu sedikit membuat Biru gregetan. Dia pun merapikan serta membersihkan pekarangan rumah pohon Ungu bersih. Dia dengan telaten memulai pekerjaannya.
Seluruh sampah yang berserakan disana diambil lalu dimasukkan ke dalam plastik. Daun, kertas, plastik, maupun ranting pohon dibersihkan agar membuat pekarangan menjadi indah. Biru melakukannya, dan jika dia lelah, dia akan tertidur.
Namun setelah lama membereskan segalanya sendiri, Biru tak juga melihat Ungu. Ungu seakan tak pernah terlihat lagi. Mungkinkah kurcaci itu sudah tak ada disini?
Krekkk...
Suara pintu terbuka. Disana ada Ungu yang berdiri sambil memicingkan matanya melihat Biru yang sedang sibuk sendiri.
"Apa yang kau lakukan?"tanya Ungu dingin.
Biru terkekeh pelan. "Aku ingin tertidur, jadi aku ingin membersihkan rumahmu,"
"Baiklah jika kau mau, kau boleh membersihkan nya sesukamu."jawab
Biru kemudian menoleh cepat. "Tapi Ungu, kau kenapa jarang terlihat keluar rumah?"
"Aku sibuk,"
Biru terkekeh pelan. Dia tak menyangka Ungu yang sekarang sibuk belajar. Berbeda dengan dirinya. Artinya satu kampung akan bangga akan kepintaran Ungu. Tak seperti dirinya yang membuka buku saja sudah mengantuk.
"Ungu, kau tau? Hanya kau satu-satu nya orang yang ingin membantuku. Aku tidak bisa tidur, tapi mereka tak mau menolongku. Ya! Terima kasih,"gumam Biru dengan melayangkan senyuman nya.
Ungu mengangguk pelan. "Ya, dari dulu kau selalu bermasalah dengan tidur. Aku masih ingat,"
"Wahhh, ku kira kau melupakan kenangan kecil kita? Anak-anak yang lain mengatakan kalau kau banyak berubah."
Ungu tersenyum singkat. "Benarkah? Ya, aku memang berubah."
"Tapi bagiku kau masih seperti Ungu yang ku kenal. Teman masa kecilku hingga saat ini,"
Ungu mengendikkan bahunya. Dia menepuk pundak Biru seakan memberikan semangat. "Kerjakan, jika kau lelah, kau boleh pulang untuk tidur siang."
"Ungu! Kau memang temanku,"sahut Biru senang.
Biru yang senang itu mulai menyelesaikan tugasnya dengan benar. Setidaknya sebelum matahari terbenam, dia sudah menyelesaikannya. Biru tak menyerah, dengan cepat dan telaten dia membersihkan segalanya.
Kurcaci yang lain memang tak menyukai Ungu karena dia jarang berkumpul lagi tapi kenapa hari ini Ungu malah menolongnya?
Waktu berlalu.
Pekarangan rumah Ungu sudah bersih, tak nampak lagi sampah yang berserakan disana. Tubuh Ungu juga sudah lelah. Dia akan pergi tertidur. Hari ini, hanya ungu yang membantunya.
Biru meninggalkan rumah Ungu untuk kembali ke rumah. Hari ini Biru sudah ditolak berkali-kali oleh temannya sendiri. Untung saja Biru mau menolongnya.
Biru senang akan hal itu,
Akan tetapi.
Setelah kelelahan, Biru tak pernah terlihat lagi. Bahkan kabar tentangnya tak ada satupun yang mendengar. Seluruh anggota kurcaci lain penasaran akan hal itu. Anggota mejikuhibiniu menjadi berkurang lagi. Ungu lalu Biru.
Setelah hari itu, Biru yang berubah menjadi Ungu, sangatlah dirindukan oleh teman-temannya.
Kabarnya, Biru hilang setelah bertemu dengan Ungu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru yang berubah menjadi ungu [selesai]
Historia CortaDia Biru, tapi seketika saja dia berubah menjadi ungu.