Kurapikan sekali lagi blazer peach yang kupakai. Ini sudah kesekian kalinya aku merapihkan sesuatu di tubuhku hari ini. Mungkin jika cermin di kamarku ini bisa bicara, dia pasti akan mengeluh bosan karena aku berulang kali berdiri di depannya.
Hari ini adalah hari terpenting dalam hidupku selama aku menjadi jurnalis. Tepat tanggal 17 juli 2017, aku akan mewawancarai idolaku selama ini. RACHEL WIJAYA.
Rachel Wijaya seorang entrepreneur muda yang berkecimpung di dunia fashion. Bukan hanya itu, ia juga aktif dalam kegiatan mengajar anak anak di pelosok negeri ini selama 3 tahun. Karena itulah, aku mengidolakannya.
Cantik ? Sudah pasti.
Sukses ? Lihat saja bisnis fashion nya sudah merambah hingga 12 negara.
Pintar ? Tentu.Waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi. Aku harus segera berangkat kalau tidak ingin mengecewakan Rachel. Sebelumnya, aku sudah sempat ngobrol dengannya lewat telfon untuk menentukan tempat wawancara, dan hasilnya ia memutuskan memilih cafe dekat kos kos an ku. Tuh kan dia sangat baik.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke tempat wawancara. Saat masuk tentu saja kuucapkan namanya kepada pelayan cafe tersebut. Rachel memilih tempat duduk dekat jendela yang menghadap taman cafe. Di meja sudah tersedia 1 cangkir teh panas -yang kuyakin miliknya dan 1 gelas coffe latte yang kuyakin dia memesankannya untukku.
Sungguh gugup aku dibuatnya, membayangkan duduk berdua bersama Rachel Wijaya, saling melontarkan pertanyaan dan menyelami kehidupannya. Belum lagi wajahku yang sangat jauh dari kata cantik, jujur aku minder. Setelah menghela nafas panjang, akhirnya aku memberanikan diri menyapa wanita cantik dengan celana jins dan sweater biru muda. Sederhana tapi menawan.
" Bu Rachel Wijaya " Sapaku
" EH saya . Kamu pasti Ayu dari majalah Women kan ? silahkan duduk " jawabnya ramah. Suaranya terdengar riang tapi tegas dan membuat orang yang mendengar suaranya akan langsung memperhatikannya.
" Maaf menunggu lama, saya gugup " Jawabku jujur
" Santai aja, hari ini saya tidak ada jadwal. oh iya ini sudah saya pesankan minuman, maaf kalau kamu tidak suka "
" terimakasih bu, saya mulai ya wawancaranya ? "
" Silahkan. panggil mbak saja, saya masih 25 tahun"
" baik mbak. pertanyaan pertama, Apa yang membuat anda berani terjun kedalam dunia bisnis ? "
" Pertama, saya suka membuat sesuatu terutama barang yang berkaitan dengan fashion. Waktu SMA saya membuat tas sendiri, tentu tas buat jalan jalan karena kalau buat sekolah gak kuat bahannya. Setelah itu saya mencoba mendesign baju saya sendiri, celana saya sendiri, saya jahit sendiri, terus saya pakai sendiri. Suatu hari waktu ada acara kampus, saya dipercaya oleh teman sekelas untuk ngedesain kostum buat tampil. Karena teman teman puas, saya mencoba untuk membuka semacam penyewaan kostum. Sejak itu saya percaya bawa saya harus terjun ke dunia bisnis terutama di bidang fashion. "
Aku menulis dengan cepat setiap inti inti jawaban yang diberikannya.
" Lalu, susah senangnya apa sih mbak dalam bisnis fashion ini ? "
" senangnya banyaak, ketemu orang baru, punya penghasilan sendiri. Susahnya mungkin harus selalu berinovasi karena pesaing akan semakin banyak "
" Pertanyaan selanjutnya. Siapa orang yang paling berjasa dalam hidup mbak ? yang bisa membuat mbak seperti ini "
" Ada 3 orang yang terpenting dalam hidup saya. Keluarga, sahabat dan ....."
Dia menggantungkan kalimatnya. Mengambil cangkir tehnya, mengisap perlahan sambil pandangannya mengarah keluar jendela. Pedih. Itu yang tergambar pada matanya. Seakan ia sudah melalui hal berat. Dan saat kulihat bibirnya menyunggingkan senyuman, aku tahu kalau orang terakhir yang akan disebut, adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
" Yang terakhir siapa mbak ? apa saya lanjutkan ke pertanyaan berikutnya ? "
" Mantan saya " jawabnya singkat diakhiri senyuman manis tidak lupa mengusap cangkirnya yang sedari tadi di genggam seakan tidak mau kehilangan.
Menarik batinku