1. Lelah

3.9K 138 11
                                    

Tania mengendap-endap masuk ke rumah seperti maling. Karena sekarang tengah malam. Tepatnya pukul 23:30 yang sudah pasti orang rumah sudah menjelajah di dunia mimpi. Untung saja ia punya kunci cadangan pintu rumah kalau tidak kasihan orang rumah yang harus membuka pintu di tengah malam. Kasihan juga dirinya yang pasti akan di omeli jika ketahuan pulang tengah malam lagi. Bisa-bisa ia disuruh resign oleh Papanya.

Tania masuk kekamarnya dan langsung melemparkan tas kerjanya ke kasur. Menganti pashmina dengan jilbab kaos. Ia juga mengganti baju kerja dengan piyama. Setelah itu keluar lagi berjalan menuju dapur.

Lelah. Itu yang ia rasakan sekarang. Lelah secara fisik maupun batin. Lelah secara fisik karena ia harus lembur demi merevisi proposal yang harus diselesaikan hari tua juga. Padahal besok hari Minggu. Memang rese bos Tania. Sebenarnya kegiatan revisi bukan hal baru dalam dunia kerjanya. Tapi merevisi proposal yang harus selesai hari itu juga dan dipakai besok itu yang membuat Tania kesal. Lelah batin karena hari ini di kantor ia mendapat tiga undangan sekaligus, satu dari teman SMA, satu dari teman kuliah dan satu lagi rekan kerjanya. Kenapa ngasih undangan harus di kantor? Sejak dua tahun lalu Tania sudah ultimatum dengan orang-orang yang ia kenal jika mereka menikah jangan ngasih undangan ke rumah bisa-bisa kejadian waktu nikahan Rena keulang lagi. Soalnya pas Rena ngasih undangan ke rumah mamanya langsung nyindir-nyindir Tania sampai ngasih ceramah satu jam lagi tentang pernikahan, kapan kamu nyusul? Temen kamu udah pada nikah, kamu kapan? intinya mama Tania mendesaknya untuk cepet-cepet nikah. Jadi mending ngundang ke kantor aja biar gak ketauan orang rumah. Kembali ke topik undangan hari ini yang ada tiga sekaligus. Sebenarnya tidak apa-apa kalau cuma ngasih undangan. Tapi tiga temannya itu berkata yang membuat ia kesal tingkat dewa.

"Kapan nyusul Tan?" Dewi (teman SMA yang pukul 09:00 datang memberinya undangan.)

"Luangin waktu buat cari jodoh jangan dipake buat revisi proposal terus," Clara (rekan kerja yang memberikan undangan pada pukul 13:00)

"Jangan fokus sama kerjaan mulu, nanti jadi perawan tua baru rasa lo. " Galih (teman kuliah yang memberi undangan pukul 17:00)

Pertanyaan Dewi dikategorikan masih sopan atau masuk kategori kesel level 1. Perintah Clara yang menyindir Tania karena Clara tahu Tania sering sekali lembur demi merevisi proposal masuk kategori kesel level 2. Dan yang terakhir adalah ucapan Galih dengan nada mengejek bukan lagi masuk kategori kesel tapi gedek level basement. Galih yang sekarang menjabat sebagai manajer di perusahaan ternama di Jakarta memang dari masa kuliah mulutnya kaya cabe rawit merah. Pedes.

Ia meneguk air dingin dari kulkas lantas duduk di meja makan. Tangannya menopang dagu melihat ke arah ruang keluarga yang gelap karena lampu sudah dimatikan.

Pikirannya melalang buana. Apakah salah melajang di usia 27 tahun?

Ia jadi ingat waktu pertama kali di desak untuk segera nikah dua tahun lalu saat ulang tahunnya ke-25. Waktu itu di adakan pesta yang didatangi keluarga dan sahabat dekat. Reka, sahabatnya saat itu datang datang dengan suaminya. Zahra, sahabatnya datang dengan putrinya yang berusia satu tahun karena suaminya sedang ada kerjaan di luar kota. Sena, sahabatnya datang bersama Andri tunangannya. Sepupu-sepupunya yang datang juga didampingi pasangannya. Di keluarga sebenarnya bukan hanya Tania yang belum nikah, ada mas Radit anaknya Tante Maria, Ada mas Deva dan Alex anaknya Om Haris yang notabennya usia mereka lebih banyak daripada Tania. Ada juga Windy anak Tante Wina. Tapi tetap saja ia yang paling di desak untuk segera menikah. Mama-papanya berkilah jika Radit, Alex dan mas Deva belum menikah juga masih wajar karena mereka laki-laki sedangkan Windy karena waktu itu ia baru masuk SMA tentu saja bukan usia untuk menikah. Karena kesal ia bilang ingin jadi laki-laki saja biar tidak di desak untuk nikah dan sukses mendapat jitakan keras dari Mama sambil mengucap 'Astagfirullah, ampuni anak hamba ya Allah.' yang di sambut tawa dari semua.

The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang